Part 8

1.4K 241 4
                                    

"Abimayu bilang begitu?" Ulang Saga sambil tetap menatap kumpulan soal Matematika yang sudah ia siapkan.

"Iya. Gara-gara itu aku diplototi Bella terus sampai jam pulang sekolah." Kataku sambil mengedarkan pandangan ke kelasku yang sudah sepi.

"Lalu sekarang Bella sudah bayar hutangnya?"

"Belum." Aku menggeleng.

Saga menghela nafas kemudian memasukan lagi kumpulan soal Matematikanya ke dalam tas.

"Kenapa di masukin lagi?" Aku menatap Saga heran kemudian langsung terdiam begitu melihat wajah Saga tampak gusar.

"Saga kenapa? Mau kubelikan teh di kantin?" Tanyaku khawatir.

"Nggak perluh." Saga buru-buru menggenggam pergelangan tanganku sebelum aku bangkit berdiri.

"Apa kita belajarnya di rumahku aja? Nggak di sekolah?"

"Ibumu sudah pulang kerja jam segini?" Tanya Saga.

"Belum, biasanya kalau hari Sabtu sepulang kantor ibuku belanja kebutuhan sehari-hari dulu."

"Untuk hari ini kenapa kita nggak jalan-jalan aja?" Saga mulai tersenyum kembali.

"Nggak jadi belajar bareng?"

"Hari Minggu ibumu ada di rumah kan? Kalau ada, besok kita bisa belajar di rumahmu dulu sebelum kita pergi."

"Beneran?" Seruku gembira.

"Padahal kamu segitu sukanya belajar, tapi kenapa nilaimu nggak naik-naik?" Saga tersenyum geli dan ia mengulurkan tangannya untuk mengelus puncak kepalaku. Aku menyambutnya dengan penuh semangat, sejenak melupakan suasana hatiku yang sedang tidak enak.

"Kenapa wajahmu selalu merah setiap aku ngelus rambutmu?" Tiba-tiba Saga menyentuh pipiku.

"Apa?" Aku tersentak kaget tidak menyangka kalau ternyata selama ini debaran jantungku terrefleksikan ke wajah.

"Kenapa?" Ulang Saga dan matanya berkilat jahil.

Sontak aku panik. Tidak mungkin kan aku mengaku ke Saga kalau penyebab utamanya adalah karena tangan Saga berada terlalu dekat dengan wajahku. Tangan Saga lebih besar dua kali lipat dari tanganku, tanpa lemak dan ada urat-urat nadi bertonjolan berwarna biru. Tangannya kelihatan keras sekali seperti tembok. Aku tidak tau sejak kapan tangan saja jadi persoalan pelik begini.

"Saga nggak apa-apa kalau pegang tangan denganku di sekolah?" Aku berkelit mencari bahan pembicaraan.

"Kenapa enggak? Asal masih dalam batas wajar."

"Terus kenapa kalau di lingkungan rumahku nggak suka?"

"Sebenarnya aku nggak terlalu masalah bukannya nggak suka. Aku cuma mau jaga martabatmu karena posisiku di lingkungan rumahmu." Nada suara Saga mengalun sempurna, sopan, berwibawa dan formal. Kemampuan bicara yang tidak bisa kutiru. Martabat. Kata itu terdengar canggih sekali seperti bahasa para tetua. Saking canggihnya aku hanya bisa mengangguk-angguk.

"Terus pegangan tangan dalam batas wajar itu gimana?" Tanyaku dengan tololnya. Seandainya pelajaran soal pacaran di ajarkan di sekolah, aku pasti juga remidi melulu.

"Kenapa tiba-tiba kamu bahas soal ini?" Alis Saga terpaut lucu.

Aku mendekatkan kursiku pada Saga kemudian mulai berbisik, "Soalnya May bilang aku harus mesrah-mesrahan sama Saga di sekolah supaya penggemarnya Saga berhenti cari perhatian sama Saga."

"Kenapa harus bisik-bisik?" Saga mulai tertawa.

"Soalnya kalau nyebut kata mesrah-mesrahan keras-keras aku jadi malu sendiri." Bisikku jujur.

"Lalu?" Saga menatapku sambil tersenyum gemas.

"Saga juga nggak suka kan mesrah-mesrahan di depan umum?" Aku yakin itu memang benar, karena nggak di depan umum saja (misalnya di mobil) Saga selalu bersikap sopan padaku. Satu-satunya sikap Saga yang melewati kebiasaan adalah sewaktu ia menciumku di rumah sakit berbulan-bulan yang lalu. Setelah itu, Saga tidak pernah menciumku lagi.

"Kalau kamu suka?"

Aku buru-buru menggeleng.

"Bukannya kamu pasti dengar banyak kan dari May. Apa kamu nggak cemburu?"

"Eh?" Aku menggigit bibir, berpikir, "Tapi aku percaya Saga."

"Pertanyaanku itu, apa kamu nggak cemburu?" Nada suara Saga berubah formal lagi.

"Sedikit." Bisikku malu, "Tapi aku bisa apa?"

"Maaf." Raut wajah Saga berubah muram, "Aku bakal berusaha lebih keras supaya mereka berhenti."

"Kayaknya susah." Aku meringis sambil menggigit bibir atasku membuat Saga kembali menatapku gemas, "Soalnya siapa yang nggak jatuh cinta sama Saga?"

Dunia Jo (Completed)Where stories live. Discover now