Chapter 20

1.6K 240 6
                                    

Aku buru-buru berjalan mundur menjauhi Abimayu. Aku takut Abimayu bicara hal yang lebih aneh. Bukannya aku takut kalimat Abi berpengaruh untukku, aku cuma nggak mau Saga atau siapapun sampai dengar.

Sebelum aku sempat kembali lagi ke pinggir lapangan, aku melihat Saga. Mata kami tanpa sengaja bertatapan. Saga menatapku tanpa ekspresi sementara aku menatap Saga gugup. Tidak ada bekas darah di wajah maupun badan Saga, tidak seperti Abimayu yang bibirnya berdarah.

Saat itu juga Saga berjalan menghampiriku. Begitu sampai di depanku Saga hanya menghela nafas kemudian berkata, "Ayo pulang."

Tanpa menungguku berkomentar, Saga mengambil tasnya yang ia geletakan di pinggir lapangan kemudian berjalan tepat di sampingku tanpa suara.

Saga tetap diam selama mengendarai mobil sementara aku mengkeret di sampingnya. Rasanya seperti dulu sewaktu aku pertama kali aku duduk semeja dengan Saga.

"Saga?" Panggilku canggung.

Saga melirikku sekilas kemudian tatapan matanya teralih lagi ke depan, "Ya?"

"Maaf Saga, tadi aku malah ke lapangan basket bukannya nunggu Saga di kelas." Kataku. Keningku mulai berkeringat dingin saking canggungnya, "Maaf, aku juga nggak lihat waktu Saga jatuh di lapangan. Tau-tau waktu aku noleh, Saga udah di kerubungi murid-murid lain."

"Aku nggak luka sama sekali. Tenang aja." Jawab Saga singkat.

Aku menggigit bibir dalam-dalam saking gelisahnya. Aku ingat pernah beberapa kali minta pada Saga supaya jangan galak-galak denganku tapi kini aku malah berharap Saga super murka. Aku ingin Saga untuk satu kali ini menunjukan ekspresi marahnya  supaya rasa bersalahku sedikit menghilang. Sayangnya Saga hanya diam sepanjang jalan sementara aku seperti pengecut duduk diam di sampingnya.

Menjelang jalan dekat rumahku, aku mendengar suara helaan nafas Saga. Tanpa sadar aku menoleh. Saga menatapku tajam sekilas sambil berkata, "Dulu kamu pernah bilang, kenapa aku  dan Abimayu berteman padahal selera kami jauh beda."

"Eh?" Aku mengkerutkan kening mencoba  mengingat-ingat, " Seingatku, iya."

Saga mendengus mengejek setengah tertawa,  "Ternyata ada satu yang sama. Selera cewek kami, sama."

Kalimat Saga seperti air dingin yang di siram langsung ke atas badanku. Untuk sesaat kepalaku kosong. Tubuhku membeku. Aku bingung harus berkata apa selain maaf.

"Jangan minta maaf. Ini bukan salahmu." Potong Saga.

Aku menatap Saga canggung sebelum berkata lirih, "Tapi aku betul-betul minta maaf. Aku nggak sengaja."

"Nggak sengaja?" Sekilas aku melihat raut mata Saga berubah lebih ringan. Seperti menyimpan humor untuk dirinya sendiri.

"Iya. Aku beneran nggak sengaja. Kok bisa ya?"

"Mungkin karma."

Aku mengangguk ragu, "Mungkin iya ya? Soalnya Abi nakal. Suka gangguin guru dan usil. Makanya dia kena karma."

"Bukan. Rasa suka Abimayu ke kamu itu bukan karma." Tegas Saga, "Dia justru beruntung." Saga menoleh menatapku kemudian melanjutkan kalimatnya dengan ekspresi tak terbaca, "Bukan dia yang kena karma, tapi aku."

Aku terpaku bingung, tidak memahami kalimat Saga, "Kenapa Saga?"

"Karena sekarang aku lebih paham posisimu selama ini dengan Lintang. Maaf kalau dulu aku belum sefaham ini."

Dunia Jo (Completed)Where stories live. Discover now