PROLOG

121K 9.5K 274
                                    

🌙

"Semesta itu tak terhingga. Dongeng itu nyata. Bulan itu abadi. Hanya saja kita yang tak percaya."

- A G R H A N A -

Dalam hitungan ke tiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam hitungan ke tiga...

"Pip."

Dua...

"Pip."

Satu...

"Pip."

Nginggghhhhh--------

Bertepatan dengan suara mesin yang berbunyi melengking, aku merasakan tubuhku seolah tertarik ke belakang. Di sini gelap. Dadaku benar benar sangat sesak, seperti ditekan oleh berkilo kilo beton. Begitu juga tengkorakku yang terasa seperti dihimpit dan akan segera pecah. Sampai akhirnya suara mesin itu tak terdengar lagi, aku benar benar kehilangan kesadaran.

Entah berapa lama aku tak sadarkan diri, namun perlahan aku membuka mata tatkala aku merasakan silau. Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Hal pertama yang aku lihat adalah permukaan air danau yang berkilau indah memantulkan cahaya matahari. Di sekelilingku, terdapat pepohonan yang menjulang tinggi dengan anggun, mereka sangat besar.

Tidak, sepertinya aku bukan di hutan. Tetapi aku berada di semacam taman yang sangat indah. Di seberang sana aku dapat melihat ada pilar pilar putih megah.

Menakjubkan!

Aku yakin, aku sudah berhasil berpindah tempat. Mesin teleportasi ruang dan waktu ciptaanku benar benar bekerja!

Namun ada yang disayangkan, semua ini terlihat buram. Kupegang mata ku, dan benar, sepertinya kaca mataku tertinggal. Tidak masalah, aku tetap dapat melihat walau tak begitu jelas.

Senyumku mengembang puas. Masih ada satu hal yang harus kupastikan. Aku lalu berjalan ke arah tepi danau untuk bercermin.

Deg!

T-tunggu. Kenapa aku jadi anak kecil?!

Aku mengangkat kedua tanganku yang kini terlihat mungil.

Belum selesai mencerna situasi, aku tersentak kaget saat sesuatu jatuh dari kepalaku. Masuk ke danau membuat aku terkena cipratan airnya. Keningku mengkerut, itu sebuah tiara yang sangat indah, makin lama makin hanyut ke dalam air.

Belum sempat kebingunganku terjawab, aku mendengar ada suara mendekatiku. Ketika aku berbalik badan, ada siluet hitam yang sangat tinggi berjalan ke arahku. Aku mundur beberapa langkah mengambil jarak aman, sampai tak sengaja aku justru terjatuh terduduk di atas batang kayu besar.

Dia seorang pria, lalu berjongkok di depanku untuk mensejajarkan posisi.

Aku mengedipkan mata beberapa kali, mencoba untuk melihat lebih jelas. Namun sosok itu tetap buram di pandanganku yang tanpa kacamata.

Satu satunya yang dapat kurasakan adalah tangan dinginnya mengelus pelan pipiku sambil berucap pelan, "Cepatlah tumbuh menjadi gadis dewasa. Aku akan kembali saat hari itu tiba."

[dipublikasikan 12-12-2021]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[dipublikasikan 12-12-2021]

🌙

#LuvLuvAuthor
Heyoo! Dengan Elynne di sini!(◕ᴗ◕✿)

Selamat datang di cerita AGRHANA!(人*'∀`)。*゚+ Makasih udah mau baca prolognya(≧▽≦)

Gimana nih PROLOGnya? Suka engga? Ada komentar? Lanjut ke part 1 yuk!(ノ◕ヮ◕)ノ*.✧

FYI, AGRHANA bacanya A-GRHA-NA yaw! Atau kalau susah, A-GRA-NA. Bukan Agerahna, Agrahna, apalagi Agerhana ya! WKWKWKW

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote yaw!(*'ω`*)

Okeh, cukup sampai di sini.

Sampai ketemu di part 1!(◍•ᴗ•◍)❤

Tengkyu

AGRHANA [tamat || terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang