EPILOG

30.8K 3.7K 492
                                    

🎼 [Heart-IU] 🎼

🌕🌕🌕

Mentari di langit bersinar terik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mentari di langit bersinar terik. Lagi, aku kembali menjalani hari dengan senyuman.

Karena kutahu, kehidupan akan tetap berjalan tanpa peduli apa yang telah terjadi. Lahir untuk mati, ada lalu lenyap. Bukankah begitu cara kerjanya?

Setiap malam aku selalu menatap bulan di langit. Sembari bertanya dalam hati, apakah Al melihatku dari sana?

Sungguh aku merindukannya.

Pagi ini, aku duduk di bangku taman belakang istana. Di dekatku ada danau yang berkilau indah di bawah cahaya matahari. Rerumputan hijau yang terawat. Juga dikelilingi oleh pepohonan yang menjulang tinggi. Di seberang sana, ada pilar pilar megah berwarna putih- sayap istana Helios.

Aku memegang sebuah tiara kecil di tanganku. Menelisik bentuk indahnya, emas putih dengan beberapa batu permata sebagai pemanis. Dylan baru saja memberikannya kepadaku pagi ini. Katanya, itu adalah tiara yang selalu kukenakan saat masih kecil, tiara milik Putri Mahkota Helios. Dulu sekali- saat aku sedang bermain di taman ini, tiaraku pernah terjatuh ke danau dan akhirnya diambilkan oleh salah seorang pelayan. Kenangan masa kecil.

"Beth, menurutmu aku masih cocok mengenakan tiara ini, tidak?" Aku bertanya ke dayangku, gadis cantik dengan kulit putih yang mulus.

"Yang Mulia selalu terlihat menawan dan bersinar di mata saya. Tentu Yang Mulia akan tampak sangat anggun dengan tiara itu."

Iya, aku sudah memprediksi Beth akan mengatakan hal seperti itu. Kemudian, Beth membantuku mengenakan tiara mungil ini.

"Oh iya, tadi kau bilang akan ada tamu yang datang, ya? Baiklah, setelah ini mari kita pergi ke ruang perjamuan."

Seperti biasa, Lis dan Beth hanya tersenyum simpul.

Beginilah kehidupanku sebagai bangsawan. Salah satunya, aku harus menyambut tamu-tamu yang datang berkunjung.

Sebelum kembali masuk ke istana, aku memutuskan untuk pergi ke tepi danau. Aku ingin berkaca, penasaran akan penampilanku dengan tiara masa kecil ini.

Tetapi saat aku menunduk untuk melihat pantulan diriku, tiba tiba saja tiara ini terlepas dari kepala.

Tepat sebelum tiara itu masuk ke danau, sebuah tangan terjulur menyambarnya. Itu tangan laki laki.

Aku menghela napas lega.

"Terima ka..."

Ucapanku terhenti begitu saja. Sungguh, lidahku seketika menjadi kelu.

Aku terpegun lama menatap sosok itu.

Aku... aku mengenal manik kelamnya. Garis wajah tegas dengan kulit pucat. Bibir merah proporsional. Kemudian dengan rambut hitam legamnya yang kini sedikit berantakan akibat embusan angin.

AGRHANA [tamat || terbit]Where stories live. Discover now