Ucapan Al benar benar sudah keterlaluan. Harga diriku diinjak olehnya.
Aku mengepalkan tangan dengan kuat, menahan segala gejolak di tubuh. Yang kulakukan sekarang hanyalah diam. Menutup mulut rapat rapat, dan menahan untuk tidak menangis. Lebih tepatnya aku menahan diri agar tidak memaki Al. Aku tahu, ketika aku mengucapkan sepatah kata saja, amarahku akan bercampur dengan air mata nantinya.
Setelah punggung Al menghilang dari pandangan. Aku memutuskan untuk kembali masuk ke kastil, pergi ke kamarku. Semoga saja satu malam cukup bagiku untuk menyiapkan segala sesuatu, aku akan pergi dari tempat terkutuk ini. Setidaknya, aku tidak mau lagi tinggal bersama makhluk kejam yang menyebutku hama.
Pikiranku kacau.
Sayangnya, saat aku sampai di puncak tangga, tepat di hadapanku- di depan kamarku, ada Al dan Selena di sana. Gadis dengan rambut biru tua yang menjadi alasan aku dan Al bertengkar tadi. Seperti biasa, penyihir itu memeluk lengan Al. Kebetulan yang memuakkan.
Kuangkat gaunku, aku memasang muka tebal, hendak berjalan masuk ke dalam tanpa mempedulikan mereka.
"Al, kurasa aku sudah banyak membantumu." Selena mengetuk ketuk bibirnya. Sedangkan tangan lainnya sibuk menggulung rambut. "Aku ingin meminta imbalan, berikanlah kamar ini untukku." Dia menunjuk kamarku.
Langkahku terhenti. Dari sekian banyak kamar yang jauh lebih indah di kastil Al, dan dia menginginkan kamarku?
Selena lebih dahulu menyadari kehadiranku dibanding Al. Ia menutup mulutnya, terkejut dengan gaya feminim.
"Oh? Apakah itu kamarmu, gadis manusia?"
Apakah Selena memiliki penyakit pikun? Ia saja sudah pernah masuk ke sana.
"Kini ini menjadi kamarmu, Selena," ujar Al dengan cepat sebelum aku sempat menjawab."Apa pun yang kau inginkan, akan kuberikan."
Aku terdiam. Emosi yang sedari tadi kutekan terasa kembali mendorong untuk keluar.
Tapi aku memaksakan untuk tersenyum kemudian. Seperti berkata, baik aku tidak apa apa, silakan berbuat sesuka hati kalian. Karena aku sudah jelak dengan semua tindakan mereka.
"Kau dapat memilih kamar lain yang kau ingin, gadis manusia." Ternyata Al masih menyadari kehadiranku.
"Oh, tidak, terima kasih." Aku tersenyum sambil menggeleng. "Waktunya pas sekali, aku juga akan pergi dari kastil ini sekarang."
Aku langsung menerobos masuk ke kamar. Dengan cepat mengambil asal semua barangku yang terlihat dan memasukkannya ke dalam tas merah marunku.
"Oke, kini kamar ini bebas untuk kau gunakan, Selena. Aku sudah merapikan semua barangku."
Sebelum benar benar pergi, aku menyempatkan diri untuk memaksakan senyum yang terakhir kalinya, lalu membungkukkan badan dengan singkat. Menyesuaikan dengan tata krama pada zaman ini.
YOU ARE READING
AGRHANA [tamat || terbit]
Fantasy"Jadilah istri kecil yang berguna atau kau akan mati layaknya hama di istanaku." Ini gila! Aku Re, gadis dengan kemampuan otak di atas rata rata. Di umurku yang muda, aku berhasil menciptakan mesin teleportasi ke dunia lain. Aku kira penemuan ini ak...