35. BAYANGAN

21.3K 3.6K 124
                                    

🎼[Kokoronashi]🎼

🌙

"Aku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku... sudah mengingatnya."

Lengang untuk sesaat. Untuk menangis saja, aku sudah tidak ingin.

Lucu sekali, jadi aku dibohongi ingatanku sendiri? Atau terjebak dalam permainan sihir Raja Leandre?

Aku merasa bersalah teringat akan tatapan sayu Al beberapa jam yang lalu. Siapa pun jelas sakit hati jika aku mengatakan hal yang tidak mengenakan itu. Aku akan minta maaf padanya setelah kami bertemu.

Dylan membantuku untuk menenangkan diri.

Dan selang beberapa waktu, kejadian buruk itu benar benar datang.

Kesatria Dylan menatap waspada.

"Sudah terjadi," ucapnya pada diri sendiri, tidak dapat kumengerti.

Dylan sigap berjalan ke arah pintu. Kesatria seperti dia sudah pasti mempunyai insting dan kemampuan membaca situasi yang baik.

"Tuan itu ada di istana ini," ungkap Dylan sembari menimbang sesuatu, matanya bergerak ke sana kemari.

"Tuan siapa?" Aku tahu Dylan tidak sedang berbicara denganku, tapi tetap saja aku penasaran. Walau sangat sulit, aku mencoba mengesampingkan perasaan kacau mengenai orang tuaku. Situasi saat ini lebih penting untuk diwaspadai. Nyawa kami tengah terancam.

Dylan berbalik menatapku serius. "Anda harus segera pergi, Tuan Putri Elmeirhea."

"Tuan siapa? Dan pergi ke mana?" desakku masih ingin tahu. Walaupun sekarang aku sudah berjalan mengikuti Dylan menyusuri lorong.

"Pangeran Bulan, apakah Tuan Putri Elmeirhea mengenalnya?" Dylan masih sempat menjawab.

"Al?"

"Saya akan membawa Tuan Putri ke tempat aman."

"Tunggu? Tadi kau bilang Al ada di sini?" tanyaku. "Aku mau bertemu dengannya."

"Tuan Putri, anda harus pergi." Dylan menolak tegas. Sesekali menoleh ke belakang, memastikan bahwa aku masih mengikutinya.

"Katakan, dia di mana?" desakku.

"Tuan Putri Elmeirhea, kini keselamatan-"

"Jika kau tidak bilang dia di mana, jangan harap aku mau mengikuti orang asing sepertimu," tajamku.

Langkah Dylan langsung terhenti. Menatapku serius. "Tuan Putri, keselamatan anda adalah hidup hamba."

Aku tidak menanggapinya lagi. Tidak ada negosiasi.

Akhirnya, setelah melalui perdebatan singkat dengan Kesatria Dylan, dia setuju untuk pergi membantu Al yang kemungkinan sudah tertangkap. Tentu dengan syarat aku harus senantiasa berlindung pada Dylan dan mengutamakan keselamatanku sendiri. Aku berani bertaruh, nyawa Al pasti sedang terancam saat ini. Rencananya, kami akan 'melarikan diri' dari istana ini bersama sama.

AGRHANA [tamat || terbit]Where stories live. Discover now