34. KEBENARAN

23.5K 3.6K 154
                                    

Sepanjang malam yang panjang, aku hanya menghabiskan waktu untuk menangis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepanjang malam yang panjang, aku hanya menghabiskan waktu untuk menangis. Aku baru tahu, ternyata kamar istana dirancang kedap suara, pantas saja tidak ada satu pun pelayan yang mendengar "keributan kecil" di kamarku.

Aku juga tidak peduli dengan bagaimana Al bisa lolos dari penjagaan ketat keamanan istana.

Aku mendudukkan diri di pinggir kasur. Mataku sembab, tidak lagi menangis. Sepertinya sekarang pukul 3 pagi, dan aku masih tidak bisa tidur.

Kuputuskan duduk di depan cermin, merapikan penampilanku. Mencegah agar tidak diserbu beragam pertanyaan oleh Lyra yang melihat mata sembab ini ataupun penampilanku yang terlampau kacau.

Saat aku sedang memoles wajahku dengan bubuk putih- yang lebih mirip dengan bedak di duniaku, tiba tiba pintu kamarku diketuk tiga kali. Aku spontan berdiri menghadap pintu, memasang sikap waspada.

Sekali lagi pintu putih itu diketuk tanpa dibuka. Begini lah tatakrama kerajaan, dilarang masuk kamar "bangsawan" sebelum diperbolehkan. Siapa pula yang datang ke kamar putri tengah malam seperti ini? Aku bisa mengambil kesimpulan, mungkin saja ini penting.

Usai merapikan rambut dan memastikan wajahku sudah baik, aku balas berseru sedikit kaku, "Masuklah!"

Pintu terbuka, seorang lelaki tinggi nan gagah masuk dengan raut wajah khawatir. Ia mengenakan pakaian khas pengawal kerajaan kelas atas. Pakaian lengan panjang berwarna gelap, jubah panjang yang menggantung sepanjang punggungnya, juga sepatu hitam mengkilap. Yang paling pasti, ada lambang matahari Helios pada jubahnya dan pedang yang menggantung di sisi tubuhnya. Rambut cokelat tuanya sedikit berantakan, seperti buru buru datang kemari. Kami masih satu generasi, usianya mungkin sepantaran dengan Al.

Jika tidak sedang berada dalam situasi seperti ini, aku pasti sudah mengagumi perawakannya yang tampan itu.

Pintu sudah ditutup kembali. Mata kami bertemu. Lelaki itu tampak terkejut untuk sesaat, lalu tersenyum haru. "Saya tahu suatu hari Tuan Putri akan kembali."

Belum sempat menjawab, lelaki itu tiba tiba berlutut hormat.

"Segala keagungan bagi tanah dan langit Helios. Segala kasih melimpah kepada Putri Elmeirhea En Stophia, matahari Helios yang telah ditemukan kembali." Suaranya tegas dan berwibawa.

Aku tertegun melihatnya berlutut. Mulutku tertutup rapat.

Ia kembali berdiri tegak. Dia tersenyum, raut wajahnya tampak khawatir bercampur lega, terharu dan setengah tidak percaya. Ia kembali menelisik wajahku. "Tuan Putri Elmeirhea...," lirihnya.

Aku benar benar terdiam sangat lama. Perasaanku mengatakan bahwa lelaki asing ini sudah mengenalku.

"Tuan Putri Elmeirhea, perkenalkan saya Dylan Nivyliem, Kesatria Helios yang mengabdi pada Yang Telah Gugur Raja Caspian En Stophia. Kini hidup dan mati saya diabdikan untuk Tuan Putri Elmeirhea En Stophia, Matahari Helios."

AGRHANA [tamat || terbit]Where stories live. Discover now