46. CERITA

19.6K 3.4K 373
                                    

Sungguh, aku tak pernah menyangka akan tidur di kamar dan ranjang yang sama dengan Al, seperti pasangan suami istri sungguhan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sungguh, aku tak pernah menyangka akan tidur di kamar dan ranjang yang sama dengan Al, seperti pasangan suami istri sungguhan. Atau, bolehkah aku menganggap hubunganku dengan Al memang seperti itu? Ya, walaupun awalnya aku sangat membenci Al.

Seperti pagi ini, baru saja aku membuka mata- aku sudah melihat wajah Al. Kami berbaring dengan posisi saling berhadapan.

Aku menguap pelan. Mengerjapkan mata beberapa kali untuk mengumpulkan kesadaran.

Aku menatap Al selama beberapa detik. Lelaki itu bergeming.

"Kau tidak tidur semalaman?" Pasalnya, Al hanya diam menatapku sedari tadi. Matanya menyorot tenang, tak ada tanda kantuk sedikitpun.

Tetapi saat kuperhatikan lebih baik. Al sudah mengganti pakaiannya. Sepertinya dia bangun lebih pagi dibandingku.

"Tapi sebenarnya kau sadar sejak kapan, ya?" Aku lanjut berbicara sendiri sebelum Al menjawab. Aku memutar ingatanku ke kemarin malam.

"Aku tidak tidur."

Mataku membulat mendengar jawaban Al. "Maksudmu? Kau begadang semalaman? Atau sebenarnya kau sengaja pura-pura tak sadarkan diri selama ini?"

"Tubuhku tidak dapat digerakkan. Tetapi aku mendengar seluruh suara dan sentuhan."

Spontan aku berdecak kagum mendengar penjelasan Al. Jadi selama ini Al bukan pingsan atau koma? Ia bahkan mendengar aku setiap mengajaknya berbicara. Juga termasuk percakapanku dengan Selena?

"Sihir Na membuatku terjaga," lanjutnya lagi. Ternyata Selena yang mengisi energi untuk tubuh Al.

"Jadi saat kemarin malam, kau baru dapat menggerakkan tubuhmu, ya?" tebakku.

Al hanya bergumam sebagai jawaban.

Aku tersenyum. "Ternyata kau memang spesial, Al."

Aku lalu membalikkan tubuhku, menghadap langit langit kamar. Sepertinya ini masih subuh, belum ada cahaya matahari yang masuk melalui celah tirai.

Jadi, tidak ada pelayan yang masuk kemari dan memintaku untuk melaksanakan rutinitas pagi menyebalkan. Seperti dimandikan, berendam, didandani, sarapan bersama, dilanjutkan dengan pelatihan khusus kerajaan. Sesungguhnya, ini untuk mempersiapkanku sebagai ratu.

Kurasa, masih ada sekitar 20 menit sebelum para pelayan itu kemari.

"Kau tidak marah?" Al bertanya tiba-tiba.

"Marah kenapa?"

"Selena sudah memberitahumu."

Aku berdecak kesal mendengar jawaban Al yang 'tanggung'.

"Memberitahu apa?"

"Kau hanyalah sarana perpindahan kutukan bagiku."

Ternyata dia memang mendengar percakapanku dengan Selena kemarin malam.

AGRHANA [tamat || terbit]Where stories live. Discover now