44. PERPISAHAN

21.2K 3.3K 411
                                    

"Aku menginginkan kematianmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku menginginkan kematianmu."

Jelas aku terkejut dengan penuturan Al yang tiba-tiba. "Al, apa maksudmu?"

Al tak menanggapi, pandangannya tak lepas dari Raja. "Biarkan gadis itu pergi ke kamarnya," ucapnya datar.

Raja Leandre hanya menatapku sejenak, kemudian tersenyum arogan pada Al. "Aku yang mengundang kalian berdua kemari dan kau tidak bisa memintanya untuk pergi begitu saja, Pangeran Bulan. Pergi dan bawalah 'istrimu' itu keluar jika kau masih hidup setelah ini."

Tak lama kemudian, seorang prajurit masuk dan menyerahkan sebuah pedang ke Raja. Itu pedang Al.

"Aku ingin mengetahui seberapa lemah Pangeran terkutuk dalam berpedang."

Raja memang mengucapkannya dengan kharisma, namun setiap kalimat yang keluar tak ada bedanya dengan sampah.

Aku menarik lengan baju Al pelan saat dia menerima pedang itu. "Al, kita pulang saja ya? Buat apa melakukan pertarungan konyol seperti ini?" bujukku pelan. Lalu beralih menatap Raja sinis.

Tetapi Al sama sekali tak menanggapiku, membuatku berdecak kesal.

"Al, sebenarnya apa yang kalian pertaruhkan untuk ini?"

"Tidak ada yang dipertaruhkan, Tuan Putri." Raja tiba-tiba membalikkan pedangnya, lalu menyodorkan gagangnya padaku. "Dalam tubuhmu mengalir darah murni dan sihir yang kuat."

Dan untuk pertama kalinya, aku melihat Raja Leandre tersenyum lembut padaku. "Tusuklah dirimu, dan berikan sihir itu pada pamanmu ini, ya? Matilah terlebih dahulu dan kau tidak perlu sakit hati melihat kematian pangeran terkutuk ini, Tuan Putri."

Seketika aku tertegun, terkejut mendengar ucapan berengsek Raja.

"Aku tidak mengerti maksudmu." Aku mencoba untuk tak terlihat takut.

Raja menatapku dalam. "Tuan Putri, kau adalah keponakanku. Andai saja kau tidak lahir sebagai anak pertama adikku, aku pasti akan membiarkanmu tetap hidup dengan penuh kasih sayang. Paman mana yang rela membunuh keponakannya sendiri, Tuan Putri?" Ternyata masih tentang tahta. Persetan, aku tidak peduli dengan itu.

"Lantas apa hubungannya dengan Al?" tanyaku dengan berani.

Raja berubah menatap Al lurus sembari tersenyum penuh kharisma.

"Demi kemakmuran rakyat Helios, kerajaan ini harus diperluas."

Aku mengerti maksudnya. Raja menginginkan wilayah kekuasaan Al. Pemikiran kekanakan macam apa ini?

"Kau tak perlu khawatir Tuan Putri. Makhluk terkutuk itu sudah menyetujui hal ini. Setelah salah satu dari kami mati, konflik ini akan selesai." Enteng sekali dia berbicara hal ini. Al juga tampak tenang dan tak keberatan. Dia hanya tetap diam sembari menyorot Raja dingin.

"Al, ini tidak masuk akal. Kita pergi ya?" bujukku lagi, tak mengindahkan ucapan Raja. Aku menarik pelan ujung lengan pakainnya.

Tetapi Al justru melepaskan tanganku dari pakainnya. "Menjauhlah seratus langkah dari sini."

AGRHANA [tamat || terbit]Where stories live. Discover now