48. SANG BULAN

24.2K 3.5K 453
                                    

🎼 [precious you] 🎼

🌕🌒🌑

- A G R H A N A -

[last part]

[last part]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌕🌒🌑

Cahaya matahari menyeruak masuk melewati celah tirai kamar. Aku bangkit dari ranjang, berjalan untuk menyibak tirai itu. Seharusnya ini dilakukan oleh pelayan istana. Tetapi kemarin aku telah berpesan pada mereka untuk tidak masuk ke kamar saat aku dan Al masih ada di dalam.

Aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Al.

Dari ujung sana muncul semburat jingga, matahari telah terbit. Kabut juga masih tebal.

Di sela aku berdiri, tiba tiba kurasakan seseorang memelukku dari belakang. Aku terpanjat kaget. Rasanya tubuhku menjadi kaku seketika.

"Al, kau sudah bangun?"

Dengan kaku aku menepuk pelan tangannya yang berada di perutku. Aku masih belum terbiasa dengan hal seperti ini. "Geli tau."

Bukannya melepaskan tangannya, kini Al justru meletakkan dagunya pada bahuku. Membuat aku semakin kesulitan untuk bergerak. Seluruh tubuhku berubah kaku. Gugup.

"Kau adalah gadis pertama yang kudekap seperti ini." Al berucap pelan, menciptakan gesekan kecil antara pipi kami.

"Bohong. Kau pasti juga sudah pernah peluk Selena' kan?"

"Perasaanku berbeda."

"Beda gimana?"

"Rasanya tak ingin kulepaskan."

Aneh, tapi rasanya seperti ada kupu-kupu yang terbang di perutku.

Aku tak melawan lagi. Kubiarkan Al tetap memelukku seperti ini. Lagi pula, masih ada sekitar 80 menit sebelum waktu sarapan.

Aku terus menyorot ke pemandangan luar.

"Kau suka melihat pemandangan matahari terbit dan tenggelam, tidak, Al?" tanyaku, mengambil topik acak.

"Kau lebih indah untuk ditatap."

"Gombal," decakku pelan.

Sungguh, jika saat aku masih remaja dahulu, aku pasti akan bergidik ngeri melihat pasangan yang 'bermesraan' di depanku. Apalagi mendengar rayu-gombal seperti ini, mungkin aku sudah muntah.

Tetapi lihatlah sekarang, aku justru tersenyum setiap mendengar ucapan yang keluar dari mulut Al. Mungkin ini yang dinamakan karma.

Sekali lagi aku menepuk tangan Al yang masih berada di perutku.

"Lepas Al, aku mau mandi. Sebentar lagi kita harus sarapan."

"Hmm."

Aku berdesis pelan. Jangankan melepas, bahkan Al tidak mengganti posisinya sedikit pun.

AGRHANA [tamat || terbit]Where stories live. Discover now