41. PERSIAPAN

22.4K 3.8K 313
                                    

Di malam yang sejuk bertemankan bintang-bintang di langit, aku dan Selena duduk di kursi kayu halaman belakang kastil

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Di malam yang sejuk bertemankan bintang-bintang di langit, aku dan Selena duduk di kursi kayu halaman belakang kastil. Aku melongo menyaksikan apa yang sedang dilakukan oleh Al dan Dylan.

"Selena, menurutmu mereka memang hanya latihan?" bisikku pada Selena yang berada di samping.

Selena tampak santai melihat Al dan Dylan yang sedang beradu pedang, tak menjawabku sama sekali. Sesekali ia memainkan kuku di jari jari lentiknya, atau menggulung rambut berombaknya itu.

Sedangkan aku berspekulasi dengan pikiranku sendiri, tak habis pikir dengan kedua lelaki itu.

Seperti ada dendam di antara mereka saat berpedang. Lebih tepatnya, Al yang sangat brutal seperti ingin membunuh Dylan. Berulang kali Dylan dibuat terpojok oleh Al.

Lihat, Al sekarang menyerang Dylan tanpa henti. Pedangnya bergerak sangat cepat hingga suara dentingan nyaringnya memenuhi telingaku. Tatapan Al lurus dan tajam, benar benar fokus.

Dylan terjatuh, pedang Al berada di lehernya.

"Ch, payah." Ini sudah yang kelima kali Al menang setelah hampir dua jam mereka berlatih tanpa henti.

"Sungguh kehormatan bagi saya dapat berpedang dengan Tuan," balas Dylan sangat sopan. Padahal barusan Al menistanya. Aku saja yang hanya melihat merasa jengkel.

Dylan bangkit sendiri. Mereka kembali bertarung.

"Al ga bisa santai sedikit ya latihannya?" gummaku pelan, agak ngeri melihatnya.

Lalu aku memicingkan mataku, memperhatikan lebih jelas lagi.

"Selena, mengapa pedang yang digunakan Al lebih tipis dan ringan dibanding punya Dylan."

"Al menggunakan pedangnya. Sedangkan Dylan menggunakan pedang untuk latihan, yah jelas lebih berat," jawab Selena, santai.

Aku hanya mangut mangut, semakin ngeri melihat pertarungan mereka berdua yang sengit- meski aku tahu itu hanya latihan. Al sengaja menggunakan pedang asli saat latihan sekali pun. Jika ini adalah pertandingan sungguhan, pasti Al sudah membunuh Dylan. Membayangkan pertengkaran kedua lelaki itu membuatku bergidik sendiri.

Aku melirik Selena sejenak, rambut pirang gadis itu tampak bersinar di bawah cahaya bintang. Dan jika dipikir pikir, sejak kapan kami menjadi akrab ya?

"Selena," panggilku.

"Uh?"

"Kenapa tiba-tiba mereka harus berlatih sekeras ini? Maksudku, selama ini aku tidak pernah melihat Al latihan berpedang." Ya, walaupun Al pernah menyuruhku untuk belajar berpedang.

AGRHANA [tamat || terbit]Kde žijí příběhy. Začni objevovat