36. SELAMAT TINGGAL HELIOS

25.2K 3.9K 118
                                    

"Umh, jadi kalian ingin tetap di sini? Menunggu prajurit prajurit Helios yang lain kembali untuk mencelakai kalian? Ups, aku tidak bermaksud menuntut balas budi, tetapi Al sudah membunuh mereka semua demi menyelamatkan nyawa kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Umh, jadi kalian ingin tetap di sini? Menunggu prajurit prajurit Helios yang lain kembali untuk mencelakai kalian? Ups, aku tidak bermaksud menuntut balas budi, tetapi Al sudah membunuh mereka semua demi menyelamatkan nyawa kalian. Jika kalian mati sekarang, yah artinya usaha aku dan Al sia sia."

Suara centil itu menyadarkan aku dan Dylan. Entah sejak kapan, Selena duduk dengan santai dipinggiran jendela-lebih tepatnya sebuah lubang persegi berukuran 1 kali 2 meter pada dinding, lubang Al keluar tadi.

Gadis penyihir cantik itu dengan santai memainkan rambut gelombang biru tuanya sembari melirik sinis.

"Oh, jika kau penasaran bagaimana bisa tercipta lubang serapi ini, tentu saja aku yang membuatnya. Ruangan seperti ini bahkan tidak dirancang tahan sihir. Yah, wajar saja, karena tidak ada rakyat Helios yang terdaftar memiliki sihir aktif selain Raja dan Ratu. Pasti tidak ada yang menduga jika tembok rapuh ini dapat berlubang hanya oleh sihirku, penyihir terakhir negeri ini- Selena Leviathon," ucapnya dengan nada angkuh yang khas.

"Yah, jujur saja aku lelah berbicara dengan kalian."

Tanpa menunggu balasan kami, Selena langsung meloncat turun dari ketinggian 2 meter itu menuju rumput di luar. Meninggalkan kami.

Kini tersisa aku dan Dylan yang sedang terbatuk, dengan belasan prajurit yang terbaring kaku di lantai. Beberapa melotot, dan matanya mengeluarkan darah.

Aku sudah terlalu lemas untuk bergerak, juga aku tidak bisa berpikir jernih lagi.

Sedangkan Dylan, dia dengan cepat memulihkan keadaannya. Lelaki itu mengawasi sekitar dengan tangkas. Menyadari bahwa banyak prajurit lain yang sedang menuju kemari.

"Tuan Putri silakan. Kita harus bergegas."

Akhirnya, Dylan membantuku untuk naik dan keluar melalui lubang itu. Aku menunggang kuda yang sama dengan Dylan. Berpegangan dari belakang.

Kami persis seperti maling yang mencoba kabur.

"Oh, aku sudah menduga kalian tetap akan ikut," celetuk Selena tiba tiba. Gadis itu langsung memacu kudanya cepat, disusul oleh Dylan.

"Berpegangan, Tuan Putri Elmeirhea."

Tidak ada yang kulakukan selain diam dan menurut. Bahkan aku hampir tidak sadar bahwa kuda yang kami tunggangi sudah berlari. Kejadian ini masih terlalu cepat untuk dicerna diotak.

Gerbang yang tidak dijaga itu terbuka luas untuk kami keluar. Juga tidak ada prajurit yang mengejar kami. Dan ketika aku menoleh ke belakang, sadarlah aku bahwa Raja Leandre sedang memantau kami dari atas. Dia mengangkat satu tangannya sebagai perintah pada para prajurit untuk tidak mengejar, sengaja meloloskan kami. Entah ada maksud apa.

🌙

Selama beberapa menit yang menegangkan, tidak ada satu pun percakapan yang terjadi. Selain Dylan yang secara berkala memastikan aku masih dalam keadaan baik baik saja.

AGRHANA [tamat || terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang