07. MENUJU KASTIL

37K 5.4K 231
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sulit dipercaya, saat ini aku berjalan Bersama seorang pembunuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sulit dipercaya, saat ini aku berjalan Bersama seorang pembunuh.

"Pangeran," panggilku memberanikan diri.

Aku menoleh sejenak ke belakang.

"Kita akan meninggalkan bapak itu begitu saja?" tanyaku hati hati.

Dia tidak menjawab, membuatku semakin geram.

"Kau tau, yang kau bunuh barusan itu adalah manusia!" Nadaku mulai meninggi. Aku masih memiliki hati nurani sebagai sesama manusia.

"Aku tidak pernah membutuhkan persetujuanmu untuk membunuh."

Jelb.

Jujur, awalnya aku tidak begitu percaya ada iblis yang dapat dilihat oleh manusia, aku sempat meragukan identitasnya. Namun setelah melihat bagaimana dia dapat membunuh seorang manusia dengan sekali tusukan dan tanpa hati nurani, sepertinya dia sungguh iblis!

Aku memilih untuk menutup mulutku rapat rapat.

Aku tidak tahu ke mana dia lelaki tinggi bertanduk itu akan membawaku. Yang kutahu, saat keluar dari ruang bawah tanah itu, kami sudah berada di tengah hutan. Dan katanya, kami pergi mencari kudanya.

Jujur, aku masih tidak mengerti bagaimana bisa ada "penjara bawah tanah" berkedok kastil di tengah hutan ini. Aneh.

Matahari sangat terik. Hutan ini memiliki aroma yang khas. Dengan banyak dedaunan kering yang sedari tadi sudah kuinjak. Pepohonannya sangat besar dan tinggi, namun tidak begitu rimbun hingga cahaya dan panas matahari masih dapat masuk. Bahkan aku bisa melihat burung burung beterbangan. Dan yang pasti, kami tidak berjalan di jalan setapak, melainkan di 'jalan' yang penuh semak semak dan rumput liar.

Aku mengusap pelipisku yang sudah banjir keringat.  Lelaki angkuh itu berjalan di depanku, sekaligus membuka jalan dari semak semak belukar. Sedangkan aku mengekorinya dengan setengah berlari. Dia berjalan terlalu cepat.

Bruk!

Aku tersandung sesuatu, jatuh menghantam tanah dengan kencang. Tubuhku tengkurap di tanah. Telapak tanganku terasa sangat perih. Untung saja kaca mataku tidak terlepas, walaupun kini sudah kotor terkena tanah.

AGRHANA [tamat || terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang