27. IKATAN

26.2K 3.9K 417
                                    

Aku terdiam selama beberapa detik setelah Al mengucapkan satu kalimat yang tak dapat kupercaya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku terdiam selama beberapa detik setelah Al mengucapkan satu kalimat yang tak dapat kupercaya.

Lalu aku tertawa hampa.

"Kau jatuh cinta padaku? Haha... Aneh kau, Al. Bisa bisanya kau mencintai dua wanita sekaligus. Kau ini kerbau atau buaya sih?"

"Dua wanita?"

"Benar, kan? Dua wanita. Pertama Selena, sekarang aku."

"Gadis manusia bodoh."

Aku menatap Al tak percaya. "Kau bilang aku bodoh?" sinisku."Kau yang bodoh, Al. Perasaan sendiri saja tidak bisa ditentukan. Dasar labil, plin plan, inkonsisten, egois!" Makiku bertubi-tubi.

Tidak ada perubahan ekspresi dari Al. Dia tetap tenang menyorot mataku.

"Aku serius dengan perasaanku."

Aku tertegun sejenak, tetap tidak mau untuk terbawa perasaan.

"Kalau begitu terima kasih, Al. Tapi kau tetap tidak bisa menahanku. Aku tetap akan pergi."

Terlihat jelas ekspresi Al yang terkejut bercampur tidak suka. Aku langsung menyentak tangan Al dari pinggangku selagi ia tidak fokus.

Aku berjalan melewati Al. Jika dia tidak mau membukakan pintu utama kastil. Maka aku akan keluar lewat pintu belakangnya.

Namun, belum sepuluh langkah, tiba tiba Al kembali berucap.

"Aku mengenal orang tuamu."

Langkahku terhenti. Aku menoleh pada Al geram.

"Tidak perlu mengucapkan hal tidak masuk akal seperti itu demi menahanku." Konyol sekali. Secara logika, satu satunya tempat yang memungkinkan untuk menemukan orang tuaku adalah di bumi, bukan di tempat aneh ini.

Ya, kecuali...-

Mataku membesar menyadari satu hal.

Kecuali orang tuaku juga seorang jenius yang telah berteleportasi ke dunia ini.

Al terlihat serius dengan perkataannya. "Aku mengerti ucapan kakek itu."

"Apa maksudmu?" Maksudnya kakek tua yang kami jumpai saat sedang berburu tempo lalu?

Tapi Al tidak mau menjawab. "Tetaplah di sini," katanya lagi.

"Katakan Al, apa maksudmu?" balasku penuh penekanan.

"Kau dapat bertemu orang tuamu," perjelas Al.

Aku langsung terdiam mendengar ucapan Al. Di antara percaya dan tidak.

"Mana buktinya?"

"Kemarilah," suruh Al.

Sekali pun aku masih tidak percaya, tapi aku tetap menyeret kakiku untuk kembali pada Al.

"Mana?" Aku mendongak pada Al. "Jika kau memang mengenal orang tuaku, bawa aku ke kediaman mereka sekarang, dan aku akan tinggal di sini. Mana mereka?" tantangku.

AGRHANA [tamat || terbit]Where stories live. Discover now