17. PENAWARAN DAN PERMINTAAN

27K 4.2K 59
                                    

Sepanjang malam aku merengek pelan seperti anak bayi, kebiasaanku sejak kecil jika merasa tubuhku sakit dan tidak nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang malam aku merengek pelan seperti anak bayi, kebiasaanku sejak kecil jika merasa tubuhku sakit dan tidak nyaman. Biasanya, ini akan membuatku merasa lebih baik. Kepalaku terasa pusing dan berat. Tubuhku panas, namun anehnya, ujung tanganku terasa sangat dingin seperti berada di salju.

Berulang kali aku membolak balikkan badan, mencari posisi yang paling nyaman.

Dan tentunya, sembari mengutuk Al dalam hati. Sebenarnya apa isi kandungan darahnya itu? Aku khawatir golongan darah milik Al adalah B sehingga tidak cocok dengan tubuhku yang memiliki golongan darah A.

Jam pasir ajaib di kamarku sudah jatuh ke bawah seperempat. Artinya, ini setara dengan jam 3 di duniaku, dan aku masih belum tidur.

Aku langsung menutup mata saat mendengar suara pintu dibuka dan ditutup kembali.

"Gadis bodoh."

Aku kenal suaranya. Baru datang Al sudah menistaku.

Aku mengulumkan bibir dalam dalam, sama sekali tidak berniat untuk membuka mata. Langsung membalikkan badanku untuk membelakangi Al.

"Jangan takut." Sepertinya pikiranku terbaca oleh Al.

"Kau membutuhkanku," lanjutnya lagi.

Itu adalah ucapan berengsek yang sukses membuatku emosi. Namun aku tetap memilih untuk pura-pura tidur.

Malas sekali jika harus berurusan dengan iblis satu ini.

Tanganku sudah meremas ranjang, menahan rasa panas yang membakar tubuhku, terutama di bagian perut, seperti ada api yang menyala di sana.

Terdengar suara decihan dari Al. Ia membenarkan selimut tebal yang kukenakan. Sialan, aku kepanasan, dia justru memakaikan selimut.

Dan gilanya, tiba tiba Al justru menunduk. Dalam diam merasakan ujung bibir Al bergerak kecil menyentuh daun telingaku. Ia berbisik pelan dengan suara seraknya, "Ketahuilah, aku dapat membuatmu hangat, gadis manusia..." Ia menjeda sejenak. "Atau panas dingin jika kau ingin."

Lelaki sinting.

Sungguh embusan napasnya membuat aku merinding. Aku menggerakkan kepalaku menjauh tanpa ingin menjawabnya.

Setelahnya Al tak bersuara lagi. Namun aku merasakan pipiku disentuh pelan oleh jari Al.

Cukup, aku tidak tahan lagi.

"Apa yang kau-"

"Kau akan merasa lebih baik."

Dan tubuhku seolah tersihir untuk diam saat tangan Al mulai membelai rambutku. Tapi semakin lama, rasanya semakin nyaman. Sebenarnya apa yang ia inginkan?

"Al, aku membencimu," lirihku pelan dari balik selimut.

"Tetapi aku tidak."

Eh?

AGRHANA [tamat || terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang