Sharma Sakit Jiwa

26.1K 2.7K 239
                                    

Duk

Sialan! Dasar kakak durhaka. Tidak bisakah dia membiarkan aku puas menatap makhluk tampan ini?

"Hormat Hamba Yang Mulia Kasir Negeri Alrancus." Ader menarik Sharma untuk berdiri. Entah harus berapa kali ia mengajarkan Sharma cara menyapa orang yang berkedudukan lebih tinggi. Salahnya dan Ajoz yang tidak mengajarkan hal ini.

"Hormat Hamba Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus." Akhirnya Sharma ikut membungkuk.

"Hm."

Suara itu begitu dalam dan bisa membuat telinga siapa saja membeku. Mengapa ada sosok seperti ini? Dan satu lagi, kini Sharma benar-benar percaya bahwa Kaisar ini masih muda. Tidak ada janggut, tidak ada kumis, tidak ada perut buncit, tidak ada kerutan, tidak ada kegendutan. Kaisar benar-benar tampan dan tidak ada yang mengalahkan. Bahkan Haikal sang pujaan hatipun kalah dan tertinggal jauh  Hanya saja, Kaisar ini terlalu tinggi untuk Sharma.

Aku menyesal tidak sedari dulu ikut kakak ke istana. Setelah tinggal di negeri Alrancus selama 12 tahun, mengapa aku tidak tahu apa-apa tentang kerajaan ini? Sepertinya aku bukan warga sipil yang baik.

Derit kursi yang ditarik oleh Kaisar menghilangkan kesunyian dan efek horor. Kaisar ini memang membawa aura-aura negatif walaupun dia sangat tampan.

Lagi-lagi Ader harus menarik lengan Sharma agar duduk. Jangan sampai kepala mereka lebih tinggi dari pada kepala Kaisar.

"Bagaimana dengan surat itu, Ader?" tanya Kaisar dengan suara dingin.

Huh, di sini aku yang diundang makan malam. Mengapa malah kak Ader yang disapa? Woy, aku calon Selirmu!

Ader tersenyum lebar seperti biasanya. "Sudah hamba berikan, Yang Mulia. Hanya saja saat perjalanan kemari, hamba berpapasan dengan orang-orang mereka. Beruntung hamba segera bersembunyi."

Lirikan mata tajam Kaisar beralih pada Sharma. "Terima kasih sudah datang, Nona Ghungzi."

Keberanian Sharma langsung menciut. Mata itu seperti sedang menguliti dirinya. "Hahaha, tidak masalah."

Cuiit

Sharma menahan ringisannya saat pinggangnya mendapat sapaan hangat dari jemari Ader. Apa lagi kesalahannya sekarang? Bukankah dirinya sudah berkata dengan benar?

"Hamba meminta maaf atas kelancangan adik hamba Yang Mulia," ucap Ader meminta pengampunan atas adiknya.

Mata Kaisar yang hitam itu masih saja dingin. Rasanya Sharma akan membeku jika berlama-lama di sini. Tadinya ia terkagum-kagum, namun begitu melihat Kaisar terlihat dingin dan bengis, ia ingin mundur saja. Lagi pula, tidak menjadi Selir Kaisar pun, ia akan tetap aman jika ia bisa menjaga diri. Ya, lebih baik setiap hari menjemur daun teh dari pada berada di dekat Kaisar. Baru beberapa detik bersama penguasa ini, ia sudah merasa akan mati karena gagal jantung.  Kalau begitu, ayo buat Kaisar tidak suka padanya.

"Saya akan mengambil Nona Sharma sebagai Selir. Ini adalah amanah dari mendiang Ibu Ratu." Suara dalam milik Kaisar membuat Ader mengangkat kepala.

Ader tersenyum dan mengangguk lalu membungkuk. "Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia. Adik hamba pasti sangat senang."

Ayo kita mulai!

Sharma berdiri lalu keluar dari kursi. Tiba-tiba Sharma menggerakkan pinggulnya naik turun alias 'goyang ngebor' milik artis tanah air yang legendaris. Sambil bergoyang, Sharma tersenyum lebar. "Wah ... Hamba sangat senang Yang Mulia. Terima kasih ya!"

Kaisar menjengitkan sebelah alisnya melihat tingkah laku Sharma. Bagaimana bisa anak kepala desa yang kata Ibu Ratu sangat anggun dan manis bisa bertingkah seperti orang sakit jiwa seperti ini?

Kaisar & Sang AmoraWhere stories live. Discover now