Ungkapan Halus

20.1K 2.3K 63
                                    

Sesampainya di Istana, Kaisar mengumumkan bahwa Sharma telah ditemukan sehingga pencarian bisa dihentikan. Kaisar juga mengatakan bahwa Sharma hilang karena diculik oleh mantan Permaisuri dan juga Selir Lira. Mantan Permaisuri sudah masuk ke dalam penjara, sedangkan Selir Lira dibunuh karena melakukan perlawanan dan berniat membunuh Kaisar dan juga Selir Sharma. Pada malam itu juga berita itu geger sehingga banyak orang yang tidak tidur demi menggosipkan mantan Permaisuri Thanu dan juga Selir Lira. Mereka sangat terkejut dengan berita itu.

Di samping hangatnya berita yang baru saja tersebar, Kaisar meminta Sharma untuk ikut ke istana pribadinya. Untuk malam ini ia ingin Sharma istirahat di kamarnya saja. Ia tidak ingin nanti Sharma akan diganggu oleh banyak pertanyaan dari dua pelayan pribadinya ataupun Selir-selir yang penasaran. Terutama Kaisar tidak mau Sharma diganggu oleh Permaisuri Ghauni.

"Tapi hamba harus bertemu dengan Wenari dan Nora," ucap Sharma yang tangannya ditarik menuju istana Kaisar.

"Menurutlah untuk kali ini," ucap Kaisar terus membawa Sharma.

Baru sampai di depan pintu utama, Kaisar dan Sharma dicegat oleh Permaisuri Ghauni. Permaisuri Ghauni berdiri sambil menatap Sharma dan Kaisar secara bergantian. Di kanan-kiri Permaisuri Ghauni terdapat dua pelayan pribadi.

"Hormat hamba Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus." Permaisuri Ghauni membungkuk memberi hormat.

Kaisar mengangguk.

"Yang Mulia. Hamba sangat mengkhawatirkan Yang Mulia. Tadi hamba sempat mendengar dari Erlanh dan pasukan yang Yang Mulia bawa bahwa Anda mengalami sakit tiba-tiba. Anda juga dibawa oleh seseorang." Permaisuri Ghauni berbicara dengan khawatir. Memang benar, Permaisuri Ghauni memang benar-benar mengkhawatirkan Kaisar.

"Aku tidak apa-apa," jawab Kaisar seadanya.

Tatapan Permaisuri Ghauni beralih pada Sharma. "Kau juga baik-baik saja 'kan, Selir Sharma?" tanya Permaisuri Ghauni dengan nada lembut.

Sharma juga mengangguk seperti apa yang dilakukan Kaisar. Dia mengikuti ekspresi Kaisar yang dingin dan datar. "Aku tidak apa-apa." Bahkan nada bicara pun mengikuti nada bicara Kaisar tadi.

Permaisuri Ghauni menahan kesal dalam hati. Kekesalannya itu ditutupi dengan senyum lebar yang dipaksakan. "Syukurlah jika begitu. Lalu mengapa Selir Sharma tidak pergi beristirahat?" tanya Permaisuri Ghauni dengan nada lembut yang sama.

Sharma tersenyum lebar mengikuti cara tersenyum Permaisuri Ghauni. "Aku memang akan pergi beristirahat."

Permaisuri Ghauni menggeram dalam hati. Jika tidak ada Kaisar, sudah ia cakar-cakar wajah Sharma itu. "Lalu mengapa malah datang kemari? Kalau Selir Sharma lupa, di sana arah ke istana Selir." Permaisuri Ghauni menunjukkan arah yang benar.

Sharma malah berpangku tangan. "Kalau Permaisuri tidak tahu jangan banyak bicara. Aku ke sini karena Yang Mulia Kaisar yang meminta. Aku akan beristirahat di istana Kaisar."

Permaisuri Ghauni langsung menatap Kaisar. "Maaf Yang Mulia, apakah itu benar? Bukankah seharusnya malam ini Anda bersama hamba?"

Kaisar maju sambil kembali menarik tangan Sharma. "Selir Sharma pasti trauma atas kejadian yang baru saja menimpanya. Oleh sebab itu aku akan menemaninya. Dia membutuhkan seseorang yang bisa menenangkan dirinya." Kemudian Kaisar melewati Permaisuri Ghauni. "Lebih baik kau bersiap pindah ke istana Permaisuri. Aku akan pergi beristirahat."

Permaisuri Ghauni berbalik dan hendak mengikuti Kaisar. "Tapi ...."

Namun langkahnya dihadang oleh dua penjaga istana Kaisar. "Maaf Permaisuri, siapapun tidak diizinkan masuk kecuali diundang oleh Yang Mulia Kaisar."

Permaisuri Ghauni berdecak kesal. Akhirnya ia dan dua pelayannya pergi meninggalkan istana Kaisar.

Di dalam istana Kaisar, Sharma berjalan mengikuti Kaisar sambil tertawa terbahak-bahak. Ia sangat senang melihat ekspresi kesal yang ditahan oleh Permaisuri Ghauni. Ia tahu Permaisuri Ghauni berusaha untuk bersikap lembut di depan Kaisar. Wanita itu ingin memiliki image yang lembut seperti Permaisuri Thanu.

Kaisar melirik Sharma yang berjalan di belakangnya. "Hentikan tawamu itu. Tawamu sangat menggema di ruangan ini."

Tentu saja tawa Sharma sangat menggema karena ruangan utama Kaisar sangat luas. Sharma menyadari itu dan langsung menutup mulutnya. Walaupun demikian, ia masih tertawa kecil.

"Bibi Anela." Kaisar memanggil Anela.

Tak lama kemudian muncul Anela dari sebuah pintu. Anela membungkuk hormat setelah sampai di depan Kaisar. "Hormat hamba Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus."

Kaisar mengangguk. "Tolong siapkan air mandi untuk Selir Sharma, kemudian siapkan juga makan malam untuknya!" perintah Kaisar. Kaisar ingat, saat perjamuan makan malam tadi, Sharma tidak ada dan pastinya belum makan sesuatu pun.

Anela membungkuk lagi. "Baik, Yang Mulia."

Setelah Anela pergi, Kaisar duduk di bangku yang biasanya ia duduki. Sharma juga ikut duduk namun di bangku yang bersebrangan dengan Kaisar. "Yang Mulia. Apakah Anda akan memperlakukan Permaisuri Ghauni sama seperti Anda memperlakukan Permaisuri Thanu?" tanya Sharma penasaran.

Kaisar mengangkat matanya untuk melihat Sharma. "Tidak akan," jawab Kaisar singkat.

Sharma langsung cemberut. "Tuh kan, berarti perlakuan Yang Mulia pada Permaisuri Thanu itu murni karena cinta. Buktinya Permaisuri Ghauni tidak mendapatkan perlakuan yang sama walaupun kini dia telah menjadi Permaisuri."

Kaisar menghela nafas. "Sharma, sudah aku katakan bahwa aku menyayangi Permaisuri Thanu hanya karena aku pikir dia gadis yang dulu aku selamatkan. Tidak lebih dari itu."

Sharma menunjuk dirinya sendiri. "Hamba lah gadis yang Yang Mulia selamatkan dulu, dan Yang Mulia tahu itu. Mengapa Anda tidak memperlakukan hamba dengan lembut dan romantis seperti Anda memperlakukan Permaisuri Thanu. Anda pasti berbohong."

Kaisar menegakkan badannya kemudian menatap Sharma. "Aku mungkin bisa memperlakukanmu dengan lembut, akan tetapi tanyakan pada dirimu sendiri. Apakah kau bisa lembut dan menjadi anggun? Aku rasa tidak. Aku bersikap padamu sesuai dengan apa yang ingin aku tunjukkan. Alami aku lakukan tanpa dibuat-buat. Jadi, apapun sikap yang aku tunjukkan padamu, yang jelas aku menyayangimu."

Deg

Jantung Sharma langsung berpacu dengan sangat cepat. Apakah ini sebuah pengakuan cinta? Atau hanya sekedar kata-kata biasa saja? Apa baru saja Kaisar mengungkapkan kata cintanya secara halus?

"Yang Mu-"

"Hormat hamba Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus. Air mandi untuk Selir Sharma sudah siap. Makanannya akan hamba buat. Lebih baik Selir Sharma pergi mandi setelah itu baru makan malam."

Kaisar mengangguk kemudian menatap Sharma. "Cepat mandi. Aku akan pergi menemui Erlanh dan paman Ajoz. Setelah mandi makanlah dan setelah itu tidurlah."

Sharma mengangguk. "Baik Yang Mulia." Padahal tadi ia ingin memastikan ucapan Kaisar. Akan tetapi sepertinya sekarang suasananya sudah tidak enak untuk membahas hal tadi.

Sebentaaar lagi akan ada adegan romantisnya Guys🤭. Sabar ya Guys. Malam ini sampai sini dulu

Kaisar & Sang AmoraOù les histoires vivent. Découvrez maintenant