Kejutan Yang Dipersiapkan

15.6K 1.8K 128
                                    

Kaisar tersenyum kemudian memeluk Sharma. "Habisnya kau sangat menggemaskan."

Hening. Tak ada yang mengeluarkan suara. Saat Kaisar mengedarkan pandangan, ternyata semua orang menatap Kaisar. Oh my God! Kaisar lupa! Tadi ia kelepasan mencium dan tersenyum.

Ya, semua orang menganga melihat Kaisar mencium Permaisurinya dan tersenyum. Padahal Kaisar tak pernah tersenyum sebelumnya. Dan mereka tidak menyangka senyuman Kaisar sangat mempesona. Pantas saja selama ini Kaisar tak pernah tersenyum, ternyata menyembunyikan pesona senyuman yang luar biasa.

"Apa yang kalian lihat?" tegur Kaisar tegas. Wajahnya kembali dingin.

Semuanya langsung menunduk. "Maaf Yang Mulia." Kemudian mereka kembali menikmati pesta.

Kaisar melepaskan Sharma. Kaisar mengambil alih piring di tangan Sharma kemudian mengambil kain lap yang lembut. Dengan sangat lembut Kaisar mengelap tangan Sharma. "Tanganmu jadi kotor. Kau tak perlu mengelilingi meja prasmanan sambil membawa-bawa piring. Kau bisa meminta Wenari atau Nota untuk mengambilkan semua makanan yang kau inginkan."

Sharma malah cengengesan. "Mengambil sendiri lebih puas, Yang Mulia." Ya, ibarat membeli sesuatu sambil melihat-lihat dan memilih langsung lebih menyenangkan dari pada memesan barang yang sudah pasti.

Kaisar mengelus kepala Sharma. "Ayo kembali duduk di singgasanamu. Aku akan meminta pelayanan mengambilkan apapun yang kau inginkan."

Seperti apa yang diucapkan oleh Kaisar, Kaisar benar-benar menghidangkan banyak makanan untuk Sharma. Kaisar berpikir, kapan lagi Sharma mau makan banyak seperti sekarang. Biasanya Kaisar harus membujuk Sharma terlebih dahulu, jika tidak, Sharma tidak akan mau makan dan bahkan terkadang muntah lagi.

Setelah Sharma selesai makan, dan beristirahat sebentar, Kaisar pun mengatakan pada Sharma bahwa ia akan pergi sebentar untuk buang air kecil. Sharma mengangguk dan memilih menunggu sambil memperhatikan para tamu yang sedang berdansa di lantai dansa. Sharma tersenyum senang melihat hiburan yang disuguhkan. Pasangan suami-istri yang berdansa terlihat sangat romantis di lantai dansa. Seandainya saja ia bisa berdansa dengan Kaisar.

Tap.

Tiba-tiba musik berhenti. Semua tamu langsung celingak-celinguk ke pengiring musik. Bukannya merasa bersalah, pengiring musik malah tersenyum.

"Untuk Permaisuriku." Terdengar suara Kaisar di tengah kesunyian yang terjadi. Semuanya menoleh ke sumber suara. Begitupun dengan Sharma.

Pintu utama kembali dibuka. Begitu dibuka, dapat semua orang lihat lilin merah yang berjejer rapi di sepanjang arah pintu masuk. Dan yang paling mengejutkan adalah sosok Kaisar yang berdiri di antara lilin yang berbaris panjang. Kaisar telah berganti pakaian, dan pakaian yang dikenakan Kaisar sekarang adalah jubah pasangan dengan gaun yang dikenakan oleh Sharma. Jika zaman sekarang mungkin disebut dengan 'baju couple'.

Kaisar berjalan dengan langkah tegas namun tetap terlihat santai dan elegan. Manik mata Kaisar tak pernah lepas dari sosok Permaisurinya, Permaisuri di hatinya. Begitu sampai di depan Sharma, Kaisar mengeluarkan sekuntum mawar merah yang indah dari balik jubah. "Bunga mawar yang indah."

Prok prok prok. Riuh tepuk tangan memenuhi aula pesta. Semuanya ikut merasa bahagia atau boleh dikatakan 'baper'. Sungguh mereka tak menyangka Kaisar bisa seromantis ini.

Sharma menutup mulutnya untuk menutupi senyum malu. Dengan tangan kanan Sharma mengambil bunga mawar yang Kaisar berikan. "Terima kasih, Yang Mulia."

Kaisar tersenyum kemudian mengangkat satu tangannya. Sepertinya Kaisar masih memiliki kejutan lain. Setelah Kaisar mengangkat sebelah tangan, musik romantis mulai mengalun. Kaisar langsung bertekuk sebelah lutut di depan Sharma sambil mengulurkan tangan. "Maukah kau berdansa denganku, Permaisuriku?"

Sharma menutup mulut. Apakah Kaisar tahu apa yang tadi ia pikirkan dalam hati? Atau memang Kaisar sudah mempersiapkan ini sejak jauh-jauh hari? Aaaaaaa! Jika tidak ingat sedang berada di depan umum, Sharma pasti sudah rolling depan alias jungkir balik.

Sharma mengangguk cepat. "Tentu, Yang Mulia," ucap Sharma sambil menyambut tangan Kaisar.

Setelah Sharma menerima ajakannya, Kaisar berdiri kemudian membawa Sharma ke lantai dansa. Semua orang menyingkir untuk memberikan ruang yang luas pada Kaisar dan Sharma.

Merasa sudah berada di tengah-tengah lantai dansa, Kaisar meraih pinggang Sharma, kemudian membawa tangan Sharma untuk merangkul pundaknya. Dan satu tangan yang bebas ia gunakan untuk menggenggam tangan Sharma. Setelah posisi siap, Kaisar mulai melangkah untuk melakukan dansa.

Sharma tersenyum sembari menatap mata Kaisar yang sedetikpun tak pernah lepas dari matanya. Mungkin Kaisar merasa dunia milik berdua sehingga tak pernah melihat ke lain arah.

"Yang Mulia, hamba sangat senang," bisik Sharma.

Kaisar menunduk hingga wajah mereka sangat dekat. "Tanpa kau tahu, yang aku rasakan lebih dari apa yang kau rasakan."

Cup.

Yang belum memiliki pasangan langsung menutup mata, sedangkan yang sudah memiliki pasangan langsung memeluk gemas pasangannya. Mereka gemas dengan apa yang Kaisar lakukan. Pria yang paling tampan, gagah, dan tampak dingin selama ini ternyata memiliki sisi kelembutan dan juga sisi romantis yang luar biasa. Dan yang memunculkan sifat itu adalah seorang Sharma. Gadis yang mereka kenal sebagai gadis desa yang ceria dan baik hati. Ya walaupun sering membuat keributan.

Wenari yang berdiri di dekat Nora langsung memeluk orang yang ada di sampingnya. Ia memeluk orang yang ada di sampingnya dengan gemas. Namun, yang dipeluk malah diam tegang seperti patung. Tak lama kemudian orang yang ia peluk berusaha melepaskan diri.

"A-ada apa dengan Anda?" Erlanh berusaha melepaskan pelukan erat Wenari.

Mendengar suara pria, Wenari langsung melepaskan pelukannya dan melotot begitu melihat Erlanh. "Hah!" Wenari menutup mulut karena terkejut. Ia menoleh ke kiri. Oh Tuhan, ternyata Nora ada di sebelah kirinya. Ia kira tadi ia memeluk Nora.

Wenari langsung membungkuk dengan pipi yang memerah karena malu. "Ma-ma-maaf, Tuan."

Erlanh memperbaiki posisi jubahnya. Ia berdekham. "Ekhm. Tidak apa-apa. Lain kali lebih hati-hati." Maksud Erlanh, untung Wenari salah memeluk dan malah memeluk dirinya. Bagaimana jika orang lain yang seorang pria hidung belang? Jujur saja, Wenari itu cantik. Jadi pasti banyak orang-orang yang menyukainya juga.

Dan disudut lain, berdiri seorang lelaki tampan yang sedang menyendiri. Sejak awal pria itu terus memperhatikan Kaisar dan Sharma, terutama Sharma. Kini pria itu tersenyum melihat Kaisar dan Sharma berdansa dengan sangat romantis. Walaupun tersenyum, sebenarnya hatinya terasa ditusuk-tusuk. Siapakah orang itu? Siapa lagi kalau bukan Pangeran Giler.

"Aku bahagia, akhirnya cintamu terbalaskan, Sharma. Walaupun itu artinya aku benar-benar harus merelakan mu," gumamnya pelan kemudian menarik nafas dalam.

Tarikan nafasnya yang begitu berat serta hembusan nafasnya menandakan bahwa mengikhlaskan orang yang dicintai itu begitu berat. Namun ia berjanji untuk ikhlas. Sharma bukanlah jodohnya, dan pasti ia akan menemukan jodoh terbaik untuk dirinya.

Hehehehe, gimana? So sweet gak Kaisar? Dan diakhiri dengan perasaan Pangeran Giler yang mengikhlaskan Sharma bersama Kaisar. Gak apa-apa Giler, gak sama Sharma gak apa-apa. Masih banyak yang ngantri.

"Mana?"

"Noh, para wanita cantik yang sedang membaca kisah ini🤭. Silahkan dipilih. Lengkap bebas milih dari yang masih sekolah ampe emak-emak juga ada. Tinggal pilih sesuai selera 🤣🤣🤣."

Pangeran Giler malah tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala. "Aku pilih yang mau menerima aku apa adanya. Yang sanggup menerima cintaku yang begitu besar."

"Kalau gitu sama Sely aja, Pangeran."

Pangeran Giler tersenyum manis. "Kita belum begitu mengenal. Kita jalani dulu saja."

Aaaaaaaaa! Love You Pangeran Giler 😘😘😘.

Eh, ngomong-ngomong, ini belum tamat ya😁. Tapi sedikit pemberitahuan, ini memang belum tamat tapi akan segera tamat. Ya biar gak kaget aja gitu begitu nanti dibeberapa episode berikutnya membaca kata 'Tamat'. Sampai jumpa di episode selanjutnya 😘😘

Kaisar & Sang AmoraWhere stories live. Discover now