Terpilih Menjadi Permaisuri

17.3K 1.9K 41
                                    


Selama pemulihan Sharma, Kaisar terus bersama Sharma. Jika Kaisar kerja, maka Kaisar akan meluangkan waktu satu jam sekali untuk melihat kondisi Sharma. Sharma mengalami demam beberapa hari ini, mungkin karena fisiknya sudah sangat lemah dan juga karena kurang makan beberapa hari yang lalu. Wenari dan Nora tak pernah lelah merawat Sharma. Mereka dengan tulus menemani Sharma dan membantu tabib istana mengobati Sharma.

Hari ini Ajoz akan pulang ke desa Teh, Ajoz telah berpamitan pada Sharma dan kini tinggal berpamitan pada Kaisar.

"Apakah tidak bisa Paman tinggal di istana? Sharma pasti akan sangat membutuhkan Paman," ucap Kaisar. Jika Ajoz bersedia tinggal di istana, maka Kaisar akan menyiapkan tempat tinggal yang sangat layak untuk Ajoz. Kaisar akan senang jika Ajoz tinggal di istana.

Ajoz membungkuk. "Maaf Yang Mulia, bukannya hamba menolak kebaikan Yang Mulia, akan tetapi hamba memiliki tanggung jawab di desa Teh. Hamba adalah kepala desa di sana, desa Teh sangat membutuhkan hamba."

Kaisar baru ingat bahwa Ajoz adalah kepala desa Teh. Ah, ia hanya ingat bahwa Ajoz adalah pengasuh Amora. "Baiklah jika itu keputusan Paman, aku tidak akan memaksa."

Setelah itu Ajoz benar-benar pamit kemudian pulang ke desa Teh. Sepeninggalan Ajoz, pintu ruang kerja Kaisar kembali diketuk. "Yang Mulia, Tuan Azoch izin ingin menghadap."

Kaisar baru ingat lagi dengan kakaknya itu. Ia pun mempersilahkan masuk. Setelah dipersilahkan, pintu dibuka dari luar dan masuklah Azoch dengan penampilan seperti biasanya, memakai jubah yang menutupi sebagian kepalanya.

Azoch membungkuk. "Hormat hamba Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus."

Kaisar mengangguk. "Silahkan duduk." Setelah Azoch duduk, Kaisar baru bertanya lagi. "Ada apa, Kak Azoch?"

Azoch langsung mengangkat kepala mendengar Kaisar memanggil dirinya kakak. "Yang Mulia memanggil hamba 'kakak'?" Azoch menolak percaya.

Kaisar mengangguk. "Mau bagaimanapun, kau adalah kakakku. Apapun yang terjadi, tidak akan mengubah hubungan kita. Lagi pula kau telah membuktikan bahwa kau benar-benar tak berkhianat."

Azoch membungkuk. "Terima kasih atas kepercayaan Yang Mulia pada hamba. Hamba datang ke mari untuk menanyakan perihal posisi hamba. Apakah hamba masih seorang mata-mata Yang Mulia?"

Kaisar mengangguk. "Jika itu yang diinginkan oleh Kakak, tentu saja."

Azoch membungkuk lagi. "Tapi apakah Yang Mulia bisa mempercayai hamba lagi? Dulu hamba menjadi mata-mata yang hebat karena hamba adalah seorang Phoenix merah dan juga dibantu oleh Amerta. Sekarang hamba hanyalah manusia biasa."

Kaisar menegakkan posisi duduknya. "Apakah kau tak melihat Ader, Kak? Dia adalah manusia biasa, tapi kemampuannya luar biasa. Kakak bisa mencontohnya."

"Jadi Anda mempercayai hamba lagi?" tanya Azoch senang akan tetapi suaranya tetap terkontrol.

Kaisar mengangguk. "Benar. Kau adalah salah satu orang yang bisa aku percaya."

Azoch membungkuk. "Terima kasih Yang Mulia. Terima kasih."

Kaisar mengangguk. "Tapi maaf, statusmu sebagai kakakku tak bisa aku umumkan. Orang-orang akan semakin bingung."

"Tidak masalah, Yang Mulia. Hamba tidak membutuhkan gelar apapun. Dengan Yang Mulia mau mengakui hamba sebagai kakak saja sudah lebih dari cukup."

Setelah obrolan selesai, Azoch pun izin untuk pergi. Kaisar mengizinkan. Setelah Azoch pergi, pintu kembali diketuk. Kaisar bertanya-tanya siapa lagi yang datang. Jika terus begini, maka pekerjaannya tidak akan selesai.

"Aku belum bisa diganggu," ucap Kaisar sebelum penjaga di depan memberitahukan siapa orang yang ingin bertemu.

"Maaf Yang Mulia, tapi Selir Sharma ingin bertemu." Biasanya penjaga akan langsung berhenti berbicara jika Kaisar tak bisa diganggu. Akan tetapi karena ini adalah Sharma, mereka harus menyampaikannya hingga selesai. Mereka yakin Kaisar pasti akan langsung membuka pintu. Dan benar saja, pintu langsung dibuka oleh Kaisar.

Kaisar & Sang AmoraWhere stories live. Discover now