Ader Jujur

21.7K 2.9K 14
                                    

"Yang Mulia, Ha-"

"Diam," potong Kaisar. Kaisar menelisik pakaian Sharma. "Ganti pakaian dengan yang lebih pantas."

Sharma menunduk untuk melihat pakaiannya sendiri. Apa yang dimaksud Kaisar tidak pantas? Ini masih normal dan menutup tubuh. Ia hanya memotong gaunnya hingga selutut agar memudahkan dia berlari.

"Dan kau." Kaisar berbicara pada pria yang menurunkan Sharma. Pria itu tidak lagi menunduk. "Lupakan apapun yang tidak sengaja kau lihat. Jika aku tahu itu masih berkeliaran di otakmu, akan ku lelehkan otak itu."

Pria itu membungkuk. "Hamba tidak akan berani, Yang Mulia."

Sebelum pergi, Kaisar menatap Sharma sekilas kemudian berbalik. Pria itu juga langsung mengikuti Kaisar. Bisa disimpulkan bahwa pria tadi adalah pengawalnya.

Begitu Kaisar menghilang dari pandangan, Sharma menghela nafas lega. Ternyata Kaisar hanya menggertak tadi.

* * * *

Kaisar duduk tenang di kursi kerjanya. Di hadapan Kaisar ada Ader. Ader datang menghadap untuk membahas tentang rencana pengintaian di perbatasan Barat. Menurut kabar terakhir, keadaan di desa barat tiba-tiba tenang. Para peneror tidak terlihat lagi dan tidak melakukan apapun. Sepertinya para peneror itu sedang menyamar sebagai penduduk desa.

"Hamba akan kembali ke perbatasan segera sesuai dengan perintah, Yang Mulia," ucap Ader yang selalu menjalankan perintah dari Kaisar.

Kaisar melirik Ader dengan manik hitam pekatnya. "Tapi ada yang ingin kutanyakan padamu."

Ader membungkuk dalam duduknya. "Silahkan, Yang Mulia."

"Mengapa kau memberikan pelayan pada nona Sharma tanpa seizinku?" tanya Kaisar dengan nada sedikit tak suka. Ia tidak suka ada orang yang bertindak diluar izinnya.

Ader langsung berdiri dan langsung melipat lututnya. "Ampun Yang Mulia, hamba telah lancang. Akan tetapi izinkan hamba untuk memberikan alasan."

Kaisar sangat percaya pada Ader. Kaisar yakin Ader tidak mungkin memiliki niat yang tidak baik. Untuk kali ini, ia akan memaafkan Ader dan mendengarkan penjelasan mata-mata kepercayaannya ini. "Aku maafkan. Beritahu aku apa alasannya? Aku yakin kau tidak pernah bertindak gegabah."

Ader bangkit dan kembali duduk di tempatnya. "Sejujurnya Yang Mulia, hamba ingin bercerita ini jauh sebelum perjodohan antara Yang Mulia dengan adik hamba berlangsung. Namun sekarang sudah terlanjur, jadi hamba hanya bisa mengatakan ini sekarang."

"Sebenarnya, paman Ajoz berniat membatalkan perjodohan Anda dengan adik hamba. Alasanya, yang menginginkan perjodohan ini, yakni Ibu Ratu sudah tiada dan paman Ajoz yakin Anda sendiri tidak memiliki minat pada adik hamba. Akan tetapi akhir-akhir ini, hampir setiap malam, paman Ajoz didatangi Ibu Ratu dalam mimpi."

Kaisar menegakkan posisi duduknya saat mendengar Ibu Ratu mendatangi Ajoz dalam mimpi.

"Beliau datang dengan baju yang penuh darah. Beliau memohon pada paman Ajoz untuk menyelamatkan Anda dari penyihir. Hamba tidak tahu menahu soal penyihir itu sehingga hamba sangat bingung. Kemudian Ibu Ratu meminta agar perjodohan Anda tetap dilakukan. Hamba-"

Sring

Betapa terkejutnya Ader ketika tiba-tiba pedang Kaisar terhunus tepat di depan lehernya. Kaisar sudah menatapnya dengan sangat tajam.

"Apakah Sharma adalah Amora?"

Seketika Ader membulatkan matanya. Ternyata Kaisar sudah tahu tentang Amora. Tapi, sepertinya selama ini Kaisar tidak tahu bahwa Sharma adalah Amora. Dan kini baru mengetahuinya. "Ba-bagaimana Anda tahu?"

"Sebelum Ibu Ratu meninggal, di kata terakhirnya, Ibu Ratu mengatakan Amora akan segera datang. Dan sekarang, Sharma lah yang datang. Ibu Ratu sangat bersikeras menjodohkanku dengan Amora. Pasti ada alasannya."

Pada saat itu Kaisar benar-benar terkejut saat Ibunya menyebut nama legendaris yang puluhan tahun lalu disebutkan oleh peramal terkemuka di negeri Alrancus. Amora adalah julukan untuk penyihir putih. Penyihir putih ini lahir 500 tahun sekali. Peramal itu menceritakan semua tentang penyihir putih. Namun karena para rakyat tidak mempercayai adanya penyihir putih, bahkan pada penyihir biasa pun mereka kurang percaya, maka ramalan itu pun dianggap omong kosong. Karena tuduhan itu, akhirnya peramal itu pun diasingkan oleh Kaisar sebelumnya ke sebuah hutan. Dan sampai kini, bagi rakyat,  'Amora' hanyalah sebuah dongeng.

Namun, walaupun rakyat tidak mempercayai ramalan tersebut. Ia sangat percaya dengan ramalan tersebut. Ia percaya akan sihir. Terbukti, Ibunya mati disebabkan sihir.

"Katakan siapa Sharma!" tegas Kaisar.

Ader menelan ludah. Setelah Kaisar tahu bahwa Sharma adalah Amora, apakah Sharma akan baik-baik saja? Namun karena ia adalah abdi setia Kaisar, ia pun menjawab dengan jujur. "Sharma adalah Amora, Yang Mulia."

Seketika Kaisar menarik pedangnya dan tatapannya sulit diartikan. "Amora benar-benar ada. Sangat sulit dipercaya."

"Tapi kekuatan Sharma sudah disegel oleh paman Ajoz, Yang Mulia," ucap Ader mengatakan yang sejujurnya.

Saat Ajoz membawa Sharma keluar dari negeri asal mereka, yakni negeri Chaulus, Ajoz menyegel kekuatan Sharma agar keberadaan Sharma tidak mudah dicium oleh penyihir ataupun orang-orang pintar lainnya. Setelah menyegel kekuatan Sharma, Ajoz langsung membawa gadis itu ke Alrancus.

Kaisar menyipitkan mata. "Untuk apa kekuatan itu disegel?"

"Agar keberadaan Sharma tidak mudah dicium, Yang Mulia. Bagi kami, Sharma yang seorang Amora hanyalah petaka. Keluarga kami dibantai oleh orang-orang licik di negeri Chaulus demi mendapatkan Sharma. Oleh sebab itu, Sharma memilih menyegel kekuatan agar bisa hidup normal," jawab Ader.

Setelah mendengar jawaban Ader, pertanyaan di kepala Kaisar semakin banyak. Bagaimana orang-orang yang mengincar Sharma mengetahui bahwa Sharma adalah Amora? Dan mereka menculik Amora untuk apa?  Lalu Ajoz, Ajoz yang menyegel kekuatan Sharma. Siapakah Ajoz? Sepertinya ia harus mengulik ini lebih dalam.

"Yang Mulia, hamba mohon lindungi Sharma dari orang-orang yang mengincarnya. Hamba sengaja memberikan pelayan pribadi tambahan kepercayaan hamba untuk menjaga Sharma," pinta Ader. Inilah tujuan utamanya. Sharma harus benar-benar aman.

Kaisar berpikir sejenak. "Ya."

Tapi Kaisar tidak bisa menjamin. Sebenarnya, di istana sendiri tercium bau-bau penyihir gelap. Namun ia belum bisa mengetahui asalnya. Ia harus mencari tahu dengan caranya sendiri.

"Yang Mulia, hamba memiliki satu permohonan lagi. Tolong jangan ceritakan ini pada siapapun, termasuk pada Azoch. Dia misterius bagi hamba, jadi hamba kurang percaya," pinta Ader lagi.

Jujur, sebenarnya Kaisar sendiri pun tidak memercayakan semua rahasianya pada Azoch seperti ia mempercayai Ader. Entah mengapa ia hanya percaya pada Ader. Tidak pada siapapun termasuk Permaisurinya.

"Tenang saja. Aku tahu harus bertindak apa."

Kaisar & Sang AmoraWhere stories live. Discover now