(Ending) Pangeran & Putri Alrancus

24.5K 2K 170
                                    

Bab ini dua kali lebih panjang dari episode sebelumnya.

Karena ucapan tabib istana kemarin, Kaisar menjadi resah. Kaisar tak bisa tidur sejak kemarin. Pada akhirnya Kaisar meminta Peramal Ramon untuk datang ke hutan istana untuk menemui dirinya. Dan kini mereka kembali bertemu di tempat yang sama seperti waktu lalu, yakni di dekat danau hijau.

Tak membuang waktu, Kaisar segera menceritakan apa yang disampaikan oleh tabib istana kemarin. Ramon mendengarkan dengan seksama.

"Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada anakku, Tuan Ramon. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Kaisar setelah menceritakan semuanya.

Peramal Ramon memejamkan mata sebentar kemudian membuka matanya lagi. "Besok hamba akan datang untuk melihat langsung kondisi kandungan Amora. Hamba akan mengajak Ajoz."

Kaisar mengangguk. "Baik."

* * * *

Ajoz dan Ramon sama-sama memeriksa kandungan Sharma. Sedangkan Kaisar menunggu di samping Sharma yang masih berbaring di atas ranjang. Siapapun dilarang masuk termasuk Wenari dan Nora. Ajoz dan Ramon memeriksa dengan cara yang berbeda dari tabib istana. Ramon dan Ajoz menggunakan kekuatan mereka untuk mengetahui apa yang terjadi pada kandungan Sharma. Tak lama kemudian, mereka selesai memeriksa kandungan Sharma.

"Bagaimana?" tanya Kaisar tak sabar.

Ramon menunjuk Ajoz untuk menjelaskan. Ajoz mengangguk. "Begini Yang Mulia. Yang dikatakan oleh tabib istana tidak salah. Setelah hamba selidiki, ada ilmu hitam yang memenuhi kandungan Sharma. Hamba pikir ini adalah salah satu akibat dari buah Sraca, atau bisa jadi pengaruh Haikal. Apakah Yang Mulia ingat, saat pertarungan hari itu Sharma menyerang Yang Mulia?"

Kaisar mengangguk, ia sangat ingat dan tak mungkin melupakan kejadian di hari itu.

"Ternyata pengaruh Haikal tak sepenuhnya mempengaruhi Sharma. Kenapa? Karena bayi itu pasti suci. Bayi yang suci telah menghadang aliran ilmu hitam yang masuk ke dalam tubuh Sharma. Dan pengaruhnya masih tertinggal sampai sekarang."

Kaisar semakin khawatir. "Lalu apa yang harus kita lakukan?"

Ajoz menatap Sharma yang masih terpejam. Tadi ia telah membius Sharma agar tak mendengar percakapan ini. Ia tak ingin Sharma banyak pikiran.

"Hamba tidak bisa membersihkan pengaruh ilmu hitam itu jika anak itu masih berada di dalam kandungan. Tidak ada pilihan lain. Setelah kandungan Sharma berusia 8 bulan lebih, kita harus mengeluarkannya segera. Jika dibiarkan sampai sembilan bulan, hamba khawatir bayi yang energinya terserap ilmu hitam ini akan menularkannya pada bayi yang satu lagi. Jika itu terjadi, maka kedua bayi Yang Mulia tidak akan bisa diselamatkan. Atau lebih parahnya, bisa merenggut nyawa Sharma juga yang merupakan ibunya."

"Jika kita melakukan apa yang Paman katakan, apakah kedua anakku bisa selamat?" tanya Kaisar penuh harap. Ia tak ingin kehilangan salah satu bayinya.

Ajoz mengangguk. "Mungkin saja, Yang Mulia. Akan tetapi kemungkinannya sangat kecil. Tapi dari pada kita tidak berusaha sama sekali, lebih baik kita berusaha terlebih dahulu. Hidup dan mati telah diatur oleh Yang Maha Kuasa."

Kaisar mengangguk setuju. Mereka harus berusaha. "Bagaimana cara mengeluarkan bayi kembar itu secara paksa?" Kaisar tak mengerti dan tak bisa membayangkan dengan cara apa? Tidak mungkin dengan operasi. (Zaman Kaisar tak ada operasi Caesar ya).

"Dengan kekuatan. Sharma akan melahirkan secara normal, akan tetapi hamba yang akan mempercepat kelahirannya dengan kekuatan hamba."

Kaisar mengangguk paham, kemudian Kaisar mengusap kepala Sharma sambil mengecup keningnya. "Kita harus melewati cobaan ini untuk yang terakhir kalinya."

Kaisar & Sang AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang