Inti Darah Sharma

20.6K 2.6K 88
                                    

Seluruh pelayan dan penjaga di Istana Selir membungkuk memberikan hormat pada Kaisar yang berjalan keluar. Setelah Kaisar pergi, mereka saling bertanya. Mengapa Kaisar ada di Istana Selir pagi-pagi? Dan kelihatannya Kaisar baru saja keluar dari kamar Selir Sharma. Apakah semalam Kaisar tidur di Istana Selir? Waw, ini harus dicatat dalam sejarah. Sejak kapan Kaisar menginap di istana Selir? Gosipan-gosipan tersebut menyebar dengan sangat cepat bahkan sebelum Kaisar sampai di istana pribadinya.

Kaisar sampai di istana pribadinya. Di sana Kaisar sudah disambut oleh Erlanh. Pengawal pribadinya itu sudah siap mengawal dirinya hari ini. Setelah Erlanh memberikan hormat, Kaisar melanjutkan langkahnya memasuki istana. Erlanh langsung mengikuti dari belakang.

Saat sampai di ruang utama, Kaisar melihat Permaisuri berjalan menghampiri. Wajah Permaisuri terlihat lebih pucat. "Hormat hamba, Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus," ucap Permaisuri Thanu dengan suara yang lemah.

Kaisar langsung menghampiri dan meraih tangan Permaisuri. "Kau sakit lagi?" tanya Kaisar.

Permaisuri menggeleng. "Hamba tidak sakit, Yang Mulia. Hamba hanya kurang tidur. Tadi malam, saat hamba terbangun, Yang Mulia tidak ada di sisi hamba. Hamba mencari ke seisi istana Kaisar akan tetapi tak kunjung menemukan Yang Mulia. Anda ke mana saja, Yang Mulia?"

Oh ya ampun, kini Kaisar tidak bisa langsung menjawab. Ia baru ingat tadi malam ia meninggalkan Permaisuri sendirian. Ia lupa dengan Permaisuri karena terlalu khawatir dengan keadaan Sharma.

Kaisar melepas tangan Permaisuri kemudian meminta Permaisuri untuk duduk terlebih dahulu. "Tadi malam aku melihat kondisi Sharma. Dia sedang sakit."

Permaisuri mengangkat kepala untuk melihat Erlanh yang sedang berdiri dengan tegak. Pria itu menunduk, tidak pernah bersitatap langsung dengan Permaisuri. "Erlanh, apakah benar?"

Seketika Kaisar mengerutkan keningnya dengan marah. "Kau tidak mempercayai aku? Kau pikir aku berdusta?"

Permaisuri menatap Kaisar lagi. Ia terkejut mendapati amarah dalam nada bicara Kaisar. Biasanya Kaisar tidak pernah berbicara dengan nada seperti itu pada dirinya. "Bukan maksud hamba begitu, Yang Mulia. Maksud hamba, apakah Selir Sharma benar-benar sakit?"

Kaisar berdiri. "Erlanh pengawal pribadiku, bukan pengawas Selir Sharma." Kemudian Kaisar berjalan meninggalkan Permaisuri sendirian. Itu tandanya Kaisar sedang marah pada Permaisuri.

Sebelum mengikuti Kaisar ke arah ruang kerja, Erlanh membungkuk memberi hormat pada Permaisuri Thanu. "Hamba permisi, Permaisuri. Kaisar sedang banyak pikiran. Tolong Anda mengerti."

Permaisuri Thanu menghela nafas lalu mengangguk. "Ya. Pergi temani Yang Mulia."

Erlanh pun meninggalkan Permaisuri Thanu dan langsung menyusul Kaisar ke ruang kerja. Sesampainya di depan ruang kerja, penjaga di sana langsung memintakan izin pada Kaisar. Setelah diizinkan masuk, barulah Erlanh masuk.

* * * *

Tanpa dikawal oleh siapapun, malam ini Kaisar pergi ke hutan istana secara diam-diam. Kaisar pergi menggunakan jubah hitam yang biasa ia pakai untuk pergi keliling kerajaan. Kaisar akan bertemu dengan mantan peramal kerajaan yang dulu telah di usir. Sudah dua Minggu Kaisar mengirim surat permintaan untuk bertemu, akan tetapi baru hari ini peramal itu bisa menemuinya.

Sesampainya di hutan istana, Kaisar segera mencari titik pertemuan di dekat danau hijau. Begitu melihat danau hijau, Kaisar juga melihat seseorang pria berjubah yang sedang duduk di tepi danau. Sepertinya peramal itu sudah lebih dulu sampai dan sudah menunggu sejak tadi.

"Tuan Ramon."

Pria berjubah itu langsung menoleh. Dialah Ramon, peramal kerajaan yang diusir. Pria tua itu tersenyum kemudian berusaha berdiri untuk memberi hormat. Tahu apa yang ingin dilakukan oleh pria tua itu, Kaisar menahannya. "Tidak perlu, Tuan Ramon. Duduk saja."

Kaisar & Sang AmoraWhere stories live. Discover now