Susis, Suami Takut Istri

19.5K 2.3K 96
                                    

Sebulan kembali berlalu tanpa terasa. Kehidupan di istana berjalan seperti biasanya. Yang membuat berbeda hanyalah kini ada Ader di istana. Ader yang kini berkerja bersama Erlanh menjadi memiliki banyak waktu bersama adiknya. Jika tidak ada pekerjaan, Ader akan datang menemui adiknya kemudian mengajaknya jalan-jalan.

Terkadang Ader juga mengajarkan Sharma cara menunggang kuda. Dengan Ader yang sering mengajak Sharma bermain, Kaisar jadi tenang saat bekerja. Ya, Kaisar sangat bersyukur walaupun terkadang ia tetap harus turun tangan jika Ader dan Sharma membuat keributan. Dan untuk Azoch, pria itu tak pernah kembali ke istana lagi. Jika kembali, Kaisar berjanji akan menghabisi pria pengkhianat itu.

Siang ini Sharma sedang duduk santai di depan danau teratai. Ia baru saja selesai berkeliling istana bersama Ader. Ia sedang melancarkan latihan menunggang kuda. Di samping Sharma, duduk Ader yang sedang mengipas wajahnya dengan telapak tangan.

"Kak, tolong pijat bahuku. Aku merasa lelah sekali," ucap Sharma sambil memijat bahunya sendiri.

Ader melirik sinis. "Kau yang seharusnya memijatku. Dasar adik durhaka."

Sharma menoleh pada Ader. "Hei, aku ini Selir kesayangan Yang Mulia Kaisar. Kakak mau dihukum oleh Kaisar?"

Ader juga menoleh. "Hei, kau tahu? Aku ini mata-mata yang sangat Kaisar percayai dan kini menjadi pengawal pribadi Kaisar juga. Kau tahu, aku lebih penting dari dirimu. Aku sangat dibutuhkan oleh Kaisar karena jarang sekali manusia yang bisa dipercaya. Sedangkan kau hanya Selir. Jika ada yang lebih menarik dari dirimu atau menemukan wanita cantik yang seperti Thanu, Kaisar bisa saja mencampakkanmu dan menjadikan wanita itu sebagai Selir kesayangannya."

Sharma langsung cemberut. "Tidak mungkin. Kaisar tidak seperti itu. Kaisar sangat menyayangiku. Lagi pula Thanu itu cantik karena sihir. Aslinya sangat buruk rupa."

Ader tertawa. "Percaya diri sekali kau ini. Buktinya saja akhir-akhir ini Kaisar jarang memiliki waktu bersamamu dan malah memerintahkanku untuk mengajak kau bermain, kan?" Maksud Ader hanya bercanda karena biasanya mereka memang suka berdebat dan berakhir dengan gelak tawa.

Tiba-tiba mata Sharma berkaca-kaca. "Tidak mungkin Kaisar melakukan itu." Saat setetes air mata jatuh, Sharma mengelapnya kemudian berdiri. "Aku akan bertanya langsung pada Yang Mulia." Sharma pun berlari seperti anak kecil sambil mengelap air matanya berulang kali.

"Eh?" Ader bingung. "Hei Sharma! Aku hanya bercanda!" Ader berteriak guna memanggil Sharma akan tetapi percuma karena Sharma sudah berlari jauh.

Ader menepuk keningnya kemudian berdiri dan ikut berlari. Bodohnya ia yang melupakan bahwa ia bisa menunggang kuda yang sedang memakan rumput di bawah pohon. Ia malah memilih berlari seperti Sharma. Memang adik-kakak yang satu ini sama-sama aneh.

Sharma berlari masuk ke dalam istana Kaisar dengan kondisi yang sudah menangis bombai. Para penjaga yang berjaga di depan istana Kaisar hanya bisa saling lirik. Mereka bertanya apa yang terjadi pada Selir lincah yang satu itu. Biasanya Sharma terlihat ceria selalu.

Begitu sudah sampai di dalam, Sharma langsung menerobos masuk ke dalam ruang kerja Kaisar. Erlanh yangs sedang berjaga di depan pintu pun tak bisa menghadang dan malah langsung menyingkir. Erlanh masih takut dicium oleh Sharma.

"Yang Mulia!"

Kaisar yang sedang memberi cap pada beberapa laporan pun dibuat terkejut dan langsung mengangkat kepala. Belum sempat mencerna apa yang terjadi dengan Sharma, Selirnya itu langsung memeluknya dengan erat sambil menangis tersedu-sedu.

Kaisar mengerutkan kening. "Ada apa?" tanya Kaisar sambil meletakkan cap kerajaan di atas meja sedangkan ia membiarkan Sharma memeluknya.

"Kak Ader jahat," jawab Sharma merengek seperti anak kecil.

Setelah tangan Kaisar tak memegang apa-apa, barulah Kaisar bisa membalas pelukan Sharma. "Jahat seperti apa?" tanya Kaisar masih bingung mengapa Sharma menangis seperti ini. Seperti anak kecil saja.

Sharma melepaskan pelukannya kemudian menunjuk keluar seolah-olah Ader ada di sana. "Ta-tadi ...." Sharma bahkan tersedu-sedu saat berbicara.

"Tadi kak A-ader bilang. Dia lebih penting dari hamba. Dia bilang dia sangat dibutuhkan sedangkan hamba tidak. Jika ada wanita yang lebih cantik dan menarik dari hamba, bisa saja Yang Mulia mencampakkan hamba kemudian menjadikan wanita itu Selir kesayangan." Sharma mulai menangis keras. "Huaaa ... Katakan itu tidak akan terjadi, kan?"

Kaisar menghela nafas. Ternyata hanya karena itu. "Ya Tuhan, Sharma. Hanya karena itu kau menangis?"

Sharma langsung melotot. "Hanya karena itu?!"

Suara Sharma sampai terdengar ke luar pintu hingga Erlanh dan dua penjaga lainnya terkejut. Bisa-bisanya ada Selir yang berani berbicara dengan nada tinggi seperti itu di depan Kaisar. Oh ya, pengecualian untuk Sharma. Ingat, ini adalah adegan berbahaya yang tidak boleh ditiru. Silahkan saja ditiru jika ingin kepala kalian digantung di alun-alun eksekusi.

"Ini penting Yang Mulia. Bagaimana jika nanti itu terjadi? Oh hamba tidak akan bertanya 'bagaimana jika itu terjadi'. Karena jika itu terjadi, maka hamba akan memotong 'milik' Yang Mulia agar tidak bisa genit lagi pada wanita."

Sharma berbicara dengan suara lantang hingga yang diluar menutup mulut untuk tak tertawa. Mereka juga bergidik ngeri membayangkan jika itu terjadi. Betapa mengerikannya Selir Kaisar yang satu ini.

Tak hanya orang-orang diluar itu, Kaisar sendiri membelalakan mata sambil menelan ludah. Bagaimana jika itu terjadi? Oh, jangankan dipotong, terbentur sedikit keras saja sudah ngilu sekali rasanya.

Kaisar menarik tangan Sharma untuk duduk dipangkuannya. Ia memahami sekarang Sharma sedang dalam suasana hati yang buruk. Walaupun ia tidak tahu apa penyebabnya, ia tetap akan membujuk Selir kesayangannya. "Tidak. Itu tidak akan terjadi." Kaisar menyelipkan anak rambut Sharma dan mengelap air matanya. "Sudah jangan menangis."

Sharma mengerucutkan bibirnya. "Kalau begitu Yang Mulia harus mengatakannya pada kak Ader. Katakan padanya bahwa hamba itu sangat penting dan dia tidak penting. Yang Mulia harus mengatakan bahwa Yang Mulia tidak akan mencampakkan hamba karena hamba sangat cantik, menarik, baik hati, lembut dan anggun."

Kaisar mengangguk. Kaisar sudah seperti seorang ayah yang mengiyakan permintaan anaknya.

Sharma malam semakin mengerucutkan bibirnya. "Janji dulu."

Kaisar kembali menghela nafas. "Ya, ya. Aku berjanji akan mengatakannya pada Ader."

"Hormat hamba Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus. Tuan Ader ingin bertemu dan juga ingin menemui Selir Sharma," ucap Erlanh dari balik pintu.

"Persilahkan," ucap Kaisar.

Tak lama setelah itu Ader masuk dan langsung membungkuk. "Hormat hamba Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus." Saat Ader mengangkat kepala, ia mendapatkan tatapan tajam dari Kaisar. Ader kembali menunduk. "Ampun Yang Mulia."

"Apa yang kau katakan pada Sharma?" tanya Kaisar dengan tajam.

Ader sedikit menegakkan badannya. "Hamba hanya sedikit bergurau, Yang Mulia. Hamba tidak menyangka akan dianggap serius oleh Sharma."

Kaisar tahu Ader jujur. Pasti semuanya hanya karena Sharma yang salah paham dan menganggap ucapan Ader serius. "Baiklah-" ucapan Kaisar terhenti karena terkejut mendapat cubitan kecil dari Sharma. Ia menatap tajam pada Sharma.

"Katakan ...!" geram Sharma sambil berbisik.

Kaisar membuang nafas kasar kemudian menatap Ader lagi. "Kau yang salah Ader. Kau tidak penting dan Sharma sangat penting bagiku. Aku juga tidak akan mencampakkan Sharma karena Sharma sangat cantik, menarik, baik hati, lembut dan anggun."

Kemudian Kaisar melayangkan tatapan pada Sharma. Tatapannya seolah mengisyaratkan 'dengar? Sudah puas?' ditambah dengan sedikit tajam. Ia benci dengan kekonyolan seperti ini sedangkan ia harus bekerja.

Sharma langsung cengengesan sambil mengacungkan jempol.

Kaisar mulai kalah nih sama Sharma🤣🤣. Ya jelas takut dong kalau 'punya' Kaisar dipotong-potong. Ngeri banget kayak psikopat 🤣🤣

Kaisar & Sang AmoraWhere stories live. Discover now