2. Small Hope

270 128 358
                                    

Tandai jika typo and happy reading guys 🤗
.
.
.

Seorang pria berpakaian formal berjalan tergesa gesa menuju kesebuah ruangan dimana sudah ada seorang dokter yang menunggunya

"Maaf saya terlambat, ada urusan mendesak dari kantor"

"Tidak apa-apa tuan, saya memaklumi nya," Ucap Dokter Larry menatap pria dihadapan nya

"Bagaimana keadaan nya? Apa ada kemajuan?"

"Hingga saat ini belum ada kemajuan yang signifikan dari tubuh tuan muda, tuan," Menunduk adalah jalan terbaik disaat kita tidak dapat berbuat banyak

Mencoba menetralkan rasa amarah dan kesedihan yang berdebat hebat di dalam hati nya, menatap sang anak yang tertidur dengan tenang bahkan kelewat tenang hingga melewatkan natal untuk yang ketiga kalinya

Berjalan mendekati cahaya harapan agar kemungkinan yang hanya 5% itu dapat melonjak tinggi dan sang anak dapat segera terbangun dari tidur panjangnya

Mengerti akan perasaan yang tuannya rasakan, Dokter Larry memutuskan untuk memberi ruang lebih agar ayah dan anak ini dapat menghabiskan waktu bersama tanpa adanya gangguan dari orang asing seperti dirinya

"Apa kau akan melewatkan ulang tahun ke 16 mu boy?" Disaat angin tak mampu menghapus bulir bulir bening maka kedua tangannya lah yang mampu mengusapnya secara kasar

"Apa yang akan papa katakan kepada mama mu saat ia kembali ke Seoul, hmm? Apa disana terlalu indah sehingga kau tidak ingin kembali kedunia semu ini?"

Cup. Satu kecupan mendarat di kening sang anak, sepertinya sinar matahari atau bahkan penghangat ruangan pun tak cukup membantu tubuh lemah itu untuk tetap menghangat

"Maaf tuan menganggu waktunya, setelah ini anda masih memiliki janji dengan Perusahaan Xender tuan," Ucap Stive -tangan kanan Ghie- Tanpa mengurangi rasa hormat.

Jujur semenjak peristiwa itu terjadi mata hitam pekat yang tuannya miliki seolah selalu memancarkan laser yang siap membasmi serangga serangga kecil yang akan mengusik hidup keluarganya

Satu tarikan napas dapat membuat topeng tegasnya menjadi kuat selama ia berada diluar "Papa pergi dulu ok? Wake up quickly, the world is waiting for you"

Ghie keluar dari ruangan, meninggalkan Stive yang terdiam ditempat

"Anda tertidur terlalu pulas tuan muda, hingga saya merindukan beberapa nasihat yang menjadi makanan pokok saya ketika dipagi hari," Masih teringat betul bagaimana first immpresion Stive dengan anak dari bos nya tersebut

Flash back on

"Hai boy, coba lihat siapa yang papa bawa untukmu"

"Mainan?" Anak laki laki berumur 3 tahun kurang 6 jam itu berlari kearah ruang tamu sembari membawa teddy bear yang selalu ia bawa kemana mana

Ghie berjongkok menyesuaikan tingginya dengan sang anak

"Lihatlah dengan baik, jika tidak papa akan membawa mu kedokter mata jikalau mata mu mengalami masalah"

Anak laki laki itu mendongak menatap seorang laki laki yang mirip dengan papa nya. Mungkin letak perbedaan nya hanya di rambut, laki laki ini memiliki rambut yang lebat sementara papa nya tidak

"Perkenalkan dirimu kepada nya"

"Ha?" Ia menoleh ke kanan dan mendapati wajah tegas yang papa nya berikan

"Apa telingamu juga bermasalah?"

Pandangan nya kembali menatap laki laki ini dari atas kebawah, meneliti setiap inci tubuh nan tinggi dan tegap itu dengan seksama

"Mmm... nama tu Layyanca cau bica memanggilku Lay," Cicit nya setelah itu ia berlari kebelakang tubuh sang papa dan bersembunyi disana. Sepertinya anak ini tengah malu

"Lay?" Ia sedikit bingung, seingat nya nama tuan muda nya adalah Ray bukan Lay

"Dia sedikit cadel Stive," Mengangguk dua kali pertanda bahwa Stive sudah paham. Maklum ini adalah kali pertama setelah beberapa tahun Stive kembali kemansion utama milik Keluarga Ghie

"Tuan muda, saya memiliki hadiah kecil untuk anda. Semoga anda berkenan untuk menerimanya nya," Stive tersenyum ramah kearah balita yang masih mengenakan baju tidur. Jika dipikir pikir anak ini sangat lucu, ditambah pipi tembam yang menutupi hidung mungil nya menambah poin tersendiri bagi Stive

Tanpa menunggu lama peper bag bergambar spiderman itu sudah berada di tangan kecil nya. Hendak berlari menyusul para maid yang sudah menunggu nya didekat tangga namun tangan kekar milik sang papa membuatnya berhenti

"Kemana rasa hormat mu boy? Apa begini cara papa mendidik mu hmm?", Ray kecil mengkerucutkan bibir ia terlalu senang mendapat hadiah hingga lupa akan satu hal

Ray kecil berjalan mendekati Stive dan menatap lekat kedua bola mata Stive yang sama persis seperti milik papa nya

"Telima cacih Tiv. Maapin lay ya talna tadi yangcung lali, yupa nda biyang matacih"

[Terima kasih Stive. Maafin Ray ya karna tadi langsung lari, lupa nggak bilang makasih]

Tolong cegah Stive untuk tidak mencubit pipi tembam milik Ray kecil yang sangat menggoda iman. Akan sangat bahaya jika itu sampai terjadi Ghie pasti tidak akan membiarkan Stive hidup dengan mudah disaat ia telah melukai satu satu nya pewaris  utama Keluarga Ghie

"Lain kali jangan lupakan sopan santun mu terhadap orang lain, terlebih dia lebih tua darimu," Ujar Ghie menasihati anak nya. Karna Ghie menginginkan selain anak nya good rekening Ray juga harus good attitude

"Tidak apa apa Tuan Ghie saya memaklumi nya, mungkin tuan muda hanya lupa dan tidak sengaja melakukan hal itu. Jadi tolong maafkan lah dia tuan, tidak baik memarahi tuan muda dihari spesial nya"

Ray kecil tersenyum bangga, ia segera berlari ke anak tangga disusul para maid dibelakang nya

Ray kecil tersenyum bangga, ia segera berlari ke anak tangga disusul para maid dibelakang nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Waahh.. agus anget ceyimut nyaa, lay cukaaa"

[Waahh.. bagus banget selimut nya, Ray suka]

Flash back off

Binar dimata abu abu gray milik tuan muda nya akan selalu Stive ingat hingga kapan pun, namun kini binar itu seolah redup dan tak dapat Stive lihat kembali

"Andai kau masih hidup, mungkin kita juga akan memiliki anak yang sangat tampan, setampan Tuan Muda Rayyanka"

Bersambung...

Semoga tidak membosan kan

If you like this story, don't forget to vote and comment

Siu dada babay 💜

Ditulis : 23-06-22

Pub : 13-09-22

RADICAWhere stories live. Discover now