48. Terbongkarnya Rahasia

21 0 0
                                    

Tandai jika typo and happy reading guys 🤗
.
.
.

Pemuda yang hanya mengenakan celana training tanpa atasan itu sedari tadi terus memukuli samsak dihadapan nya.

Tubuhnya sudah terasa sangat lelah namun sedetikpun ia tak bisa melupakan perintah sang kakek yang membuat nya dihantui rasa kecewa.

"Itu anaknya, sejak semalam dia kayak gitu dan sama sekali nggak mau berhenti"

Pemuda berkaos hitam itu mengangguk, menyuruh pemuda yang lebih tua darinya untuk pergi.

"Gue tau loe sedih, loe kecewa, dan loe nggak bisa terima kenyataan ini. Gue juga tau kalau dalam hati kecil loe menaruh dendam sama temen loe sendiri"

Pemuda yang sedari tadi terus meninju samsak mendadak berhenti, matanya memerah antara sedih dan marah.

"Tau apa loe tentang gue?"

Pemuda berkaos hitam itu tersenyum, membenarkan letak topinya. "Tiga tahun kita lewatin semuanya bersama dan itu udah cukup buat gue menilai karakter salah satu cucu Maldevo Lawrance"

"Loe pikir semua itu mudah bagi gue? Nggak Mor! Gue emang nggak akan pernah melupakan jasa seorang perempuan yang udah nolongin gue selama gue sekolah di Belanda, gue akan selalu ingat tentang kebaikan nya ke gue. Tapi tentang perintah itu..."

"Loe harus konsisten"

"Ini bukan masalah konsisten bangsat! Ini masalah persahabatan gue! GUE NGGAK MUNGKIN TEGA BUNUH SAHABAT GUE SENDIRI MORGAN!!"

Bughhh

Bughhh

"Kendaliin hati loe, nggak semua hal bisa loe nilai dari hati tapi inii," Ucap Morgan sembari menunjuk dahi rival nya.

"Loe baru akan sadar setelah loe menilai sendiri gimana sikap nya saat dibelakang loe," Tambahnya lagi

Pemuda bercelana training itu menampik tangan Morgan dari bahunya. "Gue punya pendirian dan gue nggak suka diprovokasi"

Pemuda itu melangkah keluar, namun sebuah kalimat mampu membuatnya berpikir ratusan kali.

"Kalau gitu besok loe ikut gue. Kita nilai bersama bagaimana sikap sahabat yang loe bela mati-matian dihadapan kakek loe sendiri"

🕊RADICA🕊



Masih dalam suasana libur semester, gadis berambut sepunggung sudah rapi dengan pakaian andalannya.

Rencana nya hari ini ia ingin me time. Entah kemana saja yang penting keluar dari rumah, menghirup udara segar ibu kota seharian adalah ide yang bagus.

"Ekhmm"

Caca meringis lalu menoleh kebelakang, ternyata ada sang ayah yang duduk dimeja makan sembari menikmati secangkir kopi yang masih mengeluarkan asap.

Ohh tuhan Caca benar-benar tidak melihat jika ada ayahnya disana. "Hehehe, selamat pagi a-yah," Sapanya canggung

Faza hanya berdehem sebagai jawaban, ia mengamati penampilan putri nya dari atas sampai bawah yang terkesan tomboy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RADICATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang