47. Amarah Yang Sesungguhnya

24 1 4
                                    

Tandai jika typo and happy reading guys 🤗
.
.
.

Brakkk

"Bedebah sialan, bisa-bisanya mereka kalah dengan seorang manusia penyakitan itu," Geramnya

Belakangan ini ia terus-menerus mendapat kabar buruk. Tentang bisnis gelapnya yang mulai tercium oleh pihak kepolisian, sabotase yang dilakukan pihak musuh, rencana nya yang selalu gagal, dan tentang seorang anak buahnya yang gugur dalam menjalankan misi.

"Jika seperti ini terus mau tidak mau saya harus turun tangan," Tekadnya. Kali ini rencana nya tidak boleh sampai gagal lagi.

"Mungkin Tuhan menginginkan saya yang mencabut nyawamu secara langsung dengan tanganku sendiri," Pikirnya lagi.

Smirik menghiasi wajah keriputnya. Ia berganti menarik busur anak panah dan melepaskannya tepat mengenai apel merah yang ada diatas kepala salah satu bawahannya.

"Pergi dan katakan bahwa sebentar lagi dewa kematiannya ini akan datang"

Pria itu mengangguk, ia tetap melaksanakan perintah dari atasannya meski seluruh tubuhnya bergetar.

"Permainan yang sesungguhnya akan segera ku tamatkan dengan caraku sendiri"

🕊RADICA🕊

Sepasang suami istri terus berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Baru pagi tadi Erdyan mendapat kabar bahwa putri tunggalnya masuk rumah sakit bahkan hingga saat ini ia belum mendapat kabar apapun. Membuatnya semakin cemas dengan keadaan Luna.

"Dok, gimana keadaan putri saya? Luna baik-baik saja kan?" Tanya Erdyan pada salah seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan Luna.

Dokter yang identik dengan jas putihnya mengangguk sekilas. "Putri anda baik-baik saja, tuan. Beruntung sekali temannya membawanya kemari tepat pada waktunya, telat sedikit saja kami tidak bisa menolong putri Anda"

"L-luna sudah sadar belum dok?" Kini giliran Okalina yang bertanya

Lagi-lagi dokter itu mengangguk, dan mempersilahkan kedua pasutri itu untuk masuk dan melihat langsung kondisi anaknya.

"Loe butuh apa? Bilang sama gue mana yang sakit?"

"Gue pijitin mau?"

"Kalau sakit bilang sakit, nggak usah gengsi-gengsi segala. Loe itu cuma manusia biasa bukan robot yang nggak punya rasa sakit"

Seperti itulah kecerewetan Revano pada pagi hari ini. Sejak semalam Revano tak beranjak barang secenti pun dan tetap menjaga Luna hingga akhirnya perempuan itu siuman.

Revano terus menjaga dan merawat Luna. Bahkan ketika dokter mengatakan bahwa kondisi Luna sudah berangsur membaik namun tak membuat Revano lengah.

Jujur Revano masih takut dengan ucapan dokter semalam.

"Dengan keluarga pasien?"

"Sssa-saya temen nya dok. Keluarga pasien masih dalam perjalanan," Jawab Revano. "Gimana keadaan teman saya? Lukanya nggak terlalu parah kan dok?"

"Ada pendarahan darah di otaknya akibat pukulan atau benturan yang terlalu keras hingga menyebabkan gagar otak ringan. Tapi kamu jangan khawatir, insyaallah dengan pertolongan dan perawatan yang tepat teman kamu akan baik-baik saja seperti sedia kala"

"Gue baik-baik aja Vanooo," Gemas Luna "Plis deh, bersikap biasa aja bisa? Gue ini udah dewasa bisa pakai sandal sendiri"

Yaa, saat ini Luna memang ingin ke toilet, tapi tidak dengan Revano yang selalu membuntuti kemana pun ia pergi.

RADICAWhere stories live. Discover now