14. Tawaran

76 60 62
                                    

Tandai jika typo and happy reading guys 🤗
.
.
.


Kapan lu mau lanjut sekolah? Nih sekolahan gue masih free, buruan daftar keburu full

Sebuah pesan singkat dari Xavier berhasil membuat konsentrasi nya menurun. Sedari tadi ia selalu mendapat omelan dari pustakawan pedes gledek karna pekerjaan nya selalu salah dan lamban

"Heh masih niat kerja nggak sih?! Jangan mentang mentang deket sama pemilik perpustakaan kamu jadi seenak nya ya," Cerca pustakawan pedes gledek

"Ck, iye iye bentar lagi juga selesai, kaga usah marah marah puyeng pala gue dengernya," Jawab nya asal

"Bentar lagi bentar lagi, kamu nggak lihat tuh kerjaan kamu masih numpuk sementara kamu disini kerjaannya lelet? Dasar nggak tau diri minta di gaji pula yang ada perpustakaan ini rugi karna memperkerjakan orang nggak berguna kayak kamu," Omel nya panjang lebar

Setelah selesai menata buku buku baru dari dalam kardus ke sebuah rak Caca segera berdiri, mengangkat sebuah kardus kosong dan memberikan secara paksa pada orang dihadapan nya yang tengah berkacak pinggang

"Gue emang nggak berguna dimata orang yang hidup nya lebih nggak berguna dimata Tuhan"

Sebaris kalimat Caca mampu menusuk hati pustakawan, memangnya dia siapa berani berkata seperti itu kepada diri nya?

Sama sama makan nasi aja belagu!

🕊RADICA🕊

"Awss," Ray meringis kala sebuah jarum suntik berhasil menancap tepat di lengan kanan nya

Sementara Dokter Larry tersenyum samar sembari melepas suntikan tsb "Tidak sakit kan?" 

Remaja laki laki itu menggeleng lucu, sepertinya ia sedang mengumpulkan nyawa nya yang masih tertinggal di alam mimpi

"Ini... dimana?" Suara nya serak khas orang bangun tidur

"Anda ada di apartemen tuan muda, pagi pagi sekali Tuan Stive membawa anda pulang dari sebuah wisma," Jawab Dokter Larry

Ray mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi. Pasal nya sedari kemarin ia selalu mengekori kemana pun Caca nya itu pergi.

Mulai dari berjualan susu dan koran keliling, datang ke perpustakaan, menemani Caca bekerja part time hingga larut malam

Secuil ingatan pun muncul. Bukan kah semalam ia tidur dikamar Caca lalu ini kamar siapa? Mengapa berbeda dari yang semalam?

Kebiasaan buruk, mungkin ini faktor dari  kepala nya yang terasa berat karna kehujanan

"Anda terserang flu tuan muda, pakaian anda juga basah, apa semalam anda bermain air hujan?"

"Yaa kami bermain air hujan dan itu... sangat menyenangkan," Ray tersenyum manis mengingat Caca yang tiba tiba manarik tangan nya ditengah derasnya hujan turun

"Tidak trauma dengan air?" Tanya Dokter Varo yang entah sejak kapan sudah berdiri disamping nakas

"Hujan itu berbeda, dia mampu menutupi sebuah luka hanya dengan berjalan dibawahnya saja"

Kedua dokter itu saling melempar pandang, aura pemuda ini benar benar berbeda dari sebelumnya.

"Jika saya boleh bertanya, apa anda memiliki sebuah harapan atau keinginan dimasa depan?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Dokter Varo. Dia berharap semoga kali ini Rayyanka sudah memiliki jawaban atas pertanyaan nya tsb

"Mmm... Harapan ya?" Ray menatap kearah jendela besar tepat disamping tempat tidur nya. Sepertinya pagi ini hujan masih mengguyur ibu kota

"Ray ingin menjadi payung dikala hujan, menjadi pelangi dikala mendung, dan menjadi senja terakhir yang mengukir kenangan dibawah langit malam"

RADICAWhere stories live. Discover now