32. Ulah Luna CS

12 1 0
                                    

Tandai jika typo and happy reading guys
.
.
.

"Loe nggak pesen makan Lun?"

"Gue perhatiin udah semingguan loe jadi pendiem gini, biasa nya loe yang paling bawel diantara kita bertiga," Jelas Adira yang datang sembari membawa dua piring batagor beserta minumannya.

"Nggak tau, gue capek," Luna menelungkup kepala nya dilipatan tangan. Akhir-akhir ini moodnya menjadi tidak karuan, padahal ia tidak sedang PMS.

Desvita berdecak kesal, biasanya jika mood Luna sedang baik ataupun buruk dia akan melampiaskan nya dengan cara membully teman seangkatan nya atau justru kakak kelas. Luna tidak pernah takut dengan siapapun disekolah ini kecuali satu orang.

"Loe kenapa sih Lun, cerita gih sama kita berdua. Bukannya kalau ada apa-apa loe selalu curhat ke kita?

Luna mendongak, memperlihatkan wajah pucat nya, membuat Desvita dan Adira semakin penasaran.

"Udah seminggu gue nggak lihat Kak Asgavaro, loe berdua tahu nggak dia kemana?"

Adira menarik napasnya kemudian menoleh kearah Desvita yang juga menoleh kearah nya "Enggak, kita nggak ada yang tahu Lun"

Desvita mengangguk, mengiyakan ucapan Adira "Coba loe tanya ke Pak Zean, dia kan wali kelas XI A siapa tahu dia tahu Kak Asga ada dimana"

Luna memutar bola matanya malas. Tidak mungkin kan tiba-tiba ia pergi ke ruang guru hanya untuk bertanya keberadaan kakak kelasnya? Walaupun seorang pembully Luna juga punya rasa malu terlebih jika itu menyangkut Asgavaro. Crush pertama Luna

"Lun!! Bengong aja loe diajak ngomong dari tadi kayak orang gila gue nya ngomong sendiri," Gerutu Adira yang merasa ucapan nya tidak dihargai. Ia kembali melahap batagor yang hanya tersisa separuh.

Luna menegakkan tubuh nya, menatap kedua teman dihadapan nya "Gue mau Asgavaro, entah gimana cara nya pokoknya Asgavaro harus jadi milik gue seorang" Ucapan Luna terjeda kala melihat musuh baru nya memasuki area kantin "gue nggak perduli kalau gue harus berurusan sama cewek murahan itu"

Luna bangkit, menghampiri seorang gadis yang tengah melamun dipojok kantin.

"Teh nya Ca-"

Byurr!!!

Baik Caca maupun Reza sama-sama berdiri, Xavier yang baru mengiling saos diatas mangkuk mie ayam nya terlonjak kaget hingga saos tersebut mengenai jam tangan mahal Pietter

"Asyuuu~" Xavier segera membekap mulut Pietter, takut bila pemuda ini semakin memperkeruh suasana

Caca memperhatikan seragam nya yang basah pun dengan wajah nya yang terasa panas karna Luna menyiramkan teh hangat yang baru Reza berikan.

Luna tersenyum sinis, bersamaan dengan Adira dan Desvita yang datang dengan wajah tengil nya.

"Maksud loe apa nyiram gue kayak gini? Loe masih mau cari gara-gara sama gue? Udah nggak takut lagi loe sama gue?" Geram Caca berusaha mengendalikan emosinya.

Seisi kantin ikut menegang padahal kejadian seperti ini sudah sering kali terjadi, namun baru kali ini mereka melihat ada seorang siswi yang berani melawan Luna cs.

"Loe apa-apaan sih Lun, dateng-dateng langsung cari keributan? Nggak malu loe dicap sebagai ratu bullying?"

"Biarin mereka menyelesaikan masalahnya sendiri kak. Mending kita cari tempat lain, aku denger-denger Kak Reza jago main musik ya?" Tanya Adira mendekat, melingkarkan tangan nya dilengan Reza hingga merambat kedepan mengusap-usap dada bidang Reza.

RADICATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang