40. Berubah

24 0 0
                                    

Tandai jika typo and happy reading guys
.
.
.

Caca menghela napas jenuh, sejak kembali dari rumah sakit -beberapa menit yang lalu- Rayyanka terus menghiraukannya.

Entah apa yang pemuda itu pikirkan yang jelas Caca merasa bahwa Rayyanka tengah menyembunyikan sesuatu darinya, tapi apa?

Caca sama sekali tidak berani bertanya, ia takut jika ia banyak bertanya Rayyanka akan semakin marah dan Caca tidak mau hal itu sampai terjadi. Ia sudah belajar banyak tentang menjalin hubungan yang harmonis.

Tapi jika dipikir-pikir raut wajah Rayyanka saat ini sama seperti seorang dosen muda, ganteng tapi kiler.

"Kok berhenti?" Tanya Caca kala Rayyanka memberhentikan mobil yang mereka naiki ke tepi jalan.

"Caca ibadah dulu, Rayyan tunggu disini," Putus Rayyanka tanpa menatap Caca yang duduk di sampingnya

Caca memaklumi setiap perubahan sikap Rayyanka padanya, tanpa membantah Caca segera keluar menuju masjid yang berada disebrang sana.

Walaupun mereka berbeda keyakinan, tetapi Rayyanka selalu mengingatkan bahkan rela mengantar Caca hingga kemasjid untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Begitupun sebaliknya. Hubungan mereka selalu seimbang, tidak pernah saling merendah atau memamerkan apa yang mereka miliki. Karna cinta itu saling melengkapi bukan saling bersaing memamerkan harta duniawi.

Rayyanka menatap punggung Caca yang mulai menjauh, tanpa sengaja netranya menatap tasbih di dashboard depan. Rayyanka menggoyang-goyangkan tasbih yang ia pegang, mengangkat nya tinggi hingga bayangan tasbih itu memantul ke wajah tampannya.

"Tuhan... Apapun yang terjadi nanti tolong selalu jaga dan lindungi Caca. Buat dia agar selalu bahagia, jangan biarkan Caca menanggung segalanya seorang diri"

"Maaf... Maaf apabila suatu saat nanti saya menyakiti hati hamba-Mu. Sungguh bila saat itu terjadi sakit yang saya rasakan menjadi berlipat ganda, karna saya sangat mencintai nya Tuhan"

Rayyanka mencium tasbih milik Caca beberapa kali. Mensejajarkan tasbih itu dengan kalung salib yang menggantung dileher jenjang nya "Saya percaya jika Tuhan ada dalam setiap langkah kami"

Rayyanka turun dari mobil, Caca pasti melupakan tasbihnya "Cacaaa"

Merasa namanya dipanggil Caca menoleh kebelakang, mendapati seorang pemuda yang tengah tersenyum sangat manis sembari melambai.

Caca sedikit menyipitkan mata, ternyata ia melupakan tasbihnya.

"Hati-hati nyebrang nya," Peringat Caca "Awas mundur sih Ray, jangan maju-maju dulu kendaraan nya rame banget," Omeli nya kala Rayyanka terlihat buru-buru menyebrang

Caca tersenyum was-was ketika Rayyanka berada ditengah jalan raya nampak menunggu sebuah mobil berwarna merah yang berjalan dari arah utara. Begitu mobil itu melewati tubuh Rayyanka, pemuda itu kembali menyebrang.

"Mampus loe cupu"

Bruuummm!!!

Duaakhhhh!!!

Dunia Caca seolah berhenti, tubuh Rayyanka yang terhempas sangat jauh ketika sebuah pick up menabrak nya dengan sengaja.

Ingat dengan sengaja!

Caca masih diam tak berkutik, bahkan ketika beberapa warga mengerubuni tubuh Rayyanka yang bersimbah darah. Caca masih syok dengan kejadian di hadapannya yang begitu cepat.

Baru saja Rayyanka tersenyum hingga memperhatikan lesung pipinya sembari melambai kepadanya, mata teduh yang selalu Caca rindukan kini terpejam begitu rapat "Rrayyy, jangan tinggalin guee... Ntar gue sama siapa kalau lloe p-pergi"

RADICAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt