36. Memulai Aksi

22 1 0
                                    

Tandai jika typo and happy reading guys
.
.
.

Akhir-akhir ini Rayyanka selalu merasakan kepalanya sakit yang teramat sangat, sakit yang sangat menyiksa dikala malam menjelang tidur, hal itu kerap membuat nya mimisan.

Kilatan-kilatan balik tanpa warna terus menghujam memorinya. Ia tak dapat mengenali siapa wajah yang terus tertawa tanpa henti. Tak jarang rasa takut yang teramat sangat masuk hingga kealam mimpi.

Seorang pemuda yang menyatukan tangan nya didepan dada terus mengucap kata maaf hingga bulir-bulir keringat menetes deras dari tubuhnya. Sementara didepan seorang pemuda itu terdapat segerombol pelajar yang terus menyiksa bahkan mempermainkan tubuh pemuda itu layaknya seekor katak eksperimen. Masing-masing dari mereka terus menyayat tubuh pemuda itu, mengukir goresan luka dengan berbagai macam bentuk.

Srett!!!

"Aaaarggggh!!!" Nafas Rayyanka terengah, seolah-olah pemuda tsb adalah ia.

"Sshh," Beberapa tetes darah mengucur dari hidung mancungnnya meninggalkan noda merah pada sprei berwarna biru langit.

Rayyanka berjalan kekamar mandi untuk membersihkan darah yang melebar hingga ke pipi mulusnya. Setelah dirasa mimisannya berhenti Rayyanka menatap dirinya dalam cermin.

Rayyanka terus meraba wajahnya yang pucat bagai mayat hidup, seperti tak ada aliran darah disana. "Ini kenapa ya?" Tangan Rayyanka berhenti bergerak, ia semakin menoleh kekiri tanpa melepas pandangannya dari kaca dihadapannya.

Bukan, itu bukan tato biasa melainkan tato yang digambar diatas kulit yang terbakar!

'Hahaha, tambahin tato lah biar tambah bagus hasil karya loe'

'Ide bagus. Cepet miring. Gue bilang miringin kepala loe bangsat!!'

'Akkhhh!!'

'Awas sampai loe hilangin tato ini, gue nggak segan-segan siram tubuh loe pakai aspal panas! Cabut'

"Aarggh... Siapa-siapaaa? Pergiii!!!"

Prangg!!!

Prangg!!!

Entah sudah berapa banyak barang yang Rayyanka lempar, namun bayang-bayang itu terus bermunculan dan membuat kepalanya serasa dihantam puluhan palu.

Seiiring dengan tenaganya yang terkuras habis tubuh Rayyanka merosot kelantai. Ia meringkuk diatas dinginnya lantai kamar mandi yang terasa lembab. Beberapa helai rambut hitam berjatuhan kelantai, namun rasa sakit itu masih betah bersarang di kepala nya

"C-cukupp, ssudah cu-kup saya... Hahhh... Uhukk uhukk... Sakitt," Lirih Rayyanka sebelum kegelapan menguasai semuanya

"Tuan mudaa!!" Stive berlari mengangkat tubuh Rayyanka yang sudah melemas kembali kedalam kamar. Ia merebahkan tubuh tuan mudanya hati-hati. Tangan Stive begitu cekatan, mengambil oksigen yang berada dikamar sebelah lalu memakaikan nya pada Rayyanka, ia juga memeriksa denyut nadi Rayyanka yang sedikit melemah.

"Apa yang terjadi pada Anda tuan muda? Mengapa sampai seperti ini?" Stive terus menggosok-gosok tangan Rayyanka yang terasa dingin, mencoba memberi kehangatan semampunya sembari menunggu Dokter Larry tiba.

"S-saya bukan katak percobaan, saya... Saya tidak mau"

Stive terus memperhatikan tuan muda nya yang tengah mengigau. Hingga sebuah kata setelahnya mampu membuat Stive terkejut. Buru-buru Stive merogoh ponselnya untuk menghubungi seseorang

[Tuan, seperti nya tidak lama lagi ingatan tuan muda akan kembali pulih. Saya harus melakukan apa tuan?]

...

RADICAWhere stories live. Discover now