31. Ayah(?)

16 1 0
                                    

Tandai jika typo and happy reading guys
.
.
.

Kelima remaja saling berlarian di koridor rumah sakit. Beberapa diantara nya sempat menabrak pasien, tenaga medis, maupun tanaman yang diletakkan di pinggir ruangan. Sesekali suara tangis mengiringi langkah kaki mereka membuat suasana di rumah rumah sakit semakin mencekam.

"Gue cinta sama loe"

"Hah?"

"Gue, Asgavaro Immanuel mengakui gue jatuh cinta sama loe Ca"

"L-loe kayak nya sakit deh kak, mau gue anter ke rumah sakit?"

"Maaf... Gue baru berani bilang sekarang, maafin gue Ca" 

Walaupun wajah nya terlihat datar diantara teman-teman nya, percayalah pikiran Caca tak pernah lepas dari kejadian beberapa hari yang lalu.

Mungkin ini semua terjadi karna diri nya, karna ia yang menolak perasaan Asga. Lantas Caca harus bagaimana? Apa ia harus memutuskan hubungan nya dengan Rayyanka dan kembali kepada Asga? Atau menghiraukan perasaan Asga dan fokus pada Rayyanka? Bukan kah itu terdengar egois? Caca sungguh tidak bisa berpikir jernih. Rasa nya setiap tindakan yang ia ambil selalu salah dan merugikan orang-orang disekitar nya.

"Om Faza"

Seseorang yang tengah menelpon itu mematikan sambungan nya ketika melihat kelima remaja berlarian kearah nya. Seolah ia adalah bapak kucing.

"Gimana keadaan Asga, om? Dia baik-baik aja kan? Dokter nggak jadi cabut alat-alat ditubuh Asga kan om?" Pertanyaan beruntun itu keluar dari bibi Reza. Setelah mendapat telp dari Faza-Ayah Asga- rasanya ia hampir gila karna memikirkan bagaimana kondisi sahabat nya.

"Belum ada perkembangan yang signifikan, tubuh Asga masih belum bisa menerima oprasi yang dilakukan oleh tim dokter beberapa jam yang lalu"

"Om..." Xavier terduduk dihadapan Faza, kaki nya terasa lemas kala mengingat ucapan Asga. Kali ini ia akan berlutut, memohon sebuah permohonan yang sempat ia dengar secara diam-diam kala Asga tengah beribadah.

"Jangan pergi kemana-mana lagi om, setiap malam Asga selalu bilang ke Vier kalau dia rindu ayah nya. Asga rindu keluarga nya yang dulu om, keluarga yang selalu utuh dan menjadi tempat nya berkeluh kesah tentang keseharian nya," Kelima pemuda itu terdiam, menitikan air mata nya, ucapan Xavier benar-benar menusuk hati mereka.

"Dulu Asga selalu nungguin om pulang didepan gerbang sampai Tante Sarah bingung harus dengan cara apa supaya Asga mau masuk. Sesekali Vier juga nawarin kalau Asga bosen dirumah dia bisa nginep dirumah Vier tapi dia nolak. Semenjak om pergi dari rumah sikap Asga langsung berubah, Asga yang dulu suka jahil mendadak jadi anak pendiam"

Ingin sekali Xavier bercerita lebih banyak, namun semua itu hanya tertahan di tenggorokan. Lidah nya sangat kelu untuk mengeluarkan sebaris kalimat lagi. Hingga uluran tangan Rayyanka berhasil menarik tubuh nya yang berlutut menjadi duduk di kursi tunggu.

"Itu salah nya sendiri, sejak dulu hingga sekarang anak itu selalu mengutamakan rasa gengsi. Biarlah untuk sesaat ia menyadari bahwa ego nya sendirilah yang akan membuat nya semakin menderita"

Ucapan Faza Greyson yang kelewat santai justru membuat tanda tanya besar bagi kelimanya. Memang hanya sahabat terdekat Asga yang mengetahui bahwa keluarga Asga tidak seharmonis yang orang lain pikirkan. Itu terbukti dengan Faza yang tidak pernah pulang kerumah semenjak Asga memasuki bangku sekolah dasar. Entah karna apa mereka juga tidak mengetahui permasalahan intern didalam Keluarga Greyson

"Maaf om, bukan nya itu terlalu kejam?" Tanya Pietter memberanikan diri. Diantara Xavier dan Caca yang notabene nya teman masa kecil Asga, Pietter dan Reza justru mengenal sosok Asgavaro yang angkuh nan dingin ketika memasuki jenjang SMP. Itupun mereka tidak sekelas, hanya karna ekskul basket yang mereka pilih sama menjadikan mereka bertiga dekat. Baru ketika mereka memasuk SMA Xavier datang dari Belanda dan menambah keakraban keempat nya.

RADICAWhere stories live. Discover now