33. Pelajaran berharga

14 1 0
                                    

Tandai jika typo and happy reading guys
.
.
.

Keesokan hari nya Caca harus kembali dihadapkan dengan masalah kemarin yang balum tuntas.

Semua orang selalu menyudutkan nya tanpa mau mendengar penjelasannya terlebih dahulu.

Sekarang Caca paham mengapa marga orang tua sangat penting berada di belakang nama anak-anak mereka. Apalagi jika bukan untuk melindungi sang anak dari kecaman dunia luar.

Lalu bagaimana dengan nya? Marga siapa yang akan melindungi nya dari hinaan para guru dan teman-teman nya? Siapa yang akan melindungi nya disaat semua orang tak mempercayai ucapannya?

"Saya tidak mau tau, pokoknya anak sialan ini harus tetap di drop out dari GIS atau akan bertambah lagi korban yang menjadi sasaran kenakalannya," Jeda nya melirik gadis yang sedari tadi diam "Anda tidak mau kan hal ini terjadi untuk kedua kalinya terlebih pada anda"

Ace, sang kepala sekolah mengangguk. Tentu bukan hal sulit untuk mengeluarkan gadis miskin ini dari sekolah milik keluarga nya sendiri.

"Jika memang itu yang anda inginkan-"

"Saya mau lihat cctv kemarin"

Ace menatap gadis dihadapan nya malas. Menyusahkan. Batinnya sengit

"Jika memang saya melakukan seperti yang dituduhkan saya siap menanggung risikonya termasuk mengeluarkan saya dari GIS," Terang Caca menatap tajam kepala sekolah dihadapannya

"Tetapi dengan satu syarat. Jika didalam cctv tersebut saya menemukan keganjilan, saya akan menyebut itu sebagai sebuah sabotase. Tentu bukan hal sulit untuk memviralkan kejadian memalukan yang terjadi pada sekolah kebanggaan anda, Pak Ace yang terhormat," Caca tersenyum sinis. Raut wajah kesal bercampur benci begitu ketara di wajah tua Ace.

Ingatkan Caca bahwa salah satu cita-cita nya adalah menjadi seorang pengacara!

"Dasar tidak tahu diri. Berani sekali kamu menyuruh kepala sekolah untuk menuruti keinginan mu. Memang nya siapa kamu sampai berani mengancam nya seperti itu? Ohh saya lupa, kamu kan tidak memiliki orang tua maka nya sifat kamu jadi liar"

Caca menyandarkan punggung nya ke kursi, menaikan salah satu kaki nya sembari bersedekap dada " Ohh jadi begini tabiat asli seorang Nyonya Okalina Erdyan? Beda ya sama cover nya yang sering dipuji-puji masyarakat diluar sana. Sebelas dua belas sama anak nya, PEN.CIT.RAAN"

BRAKK!!!

"Kamu ini siapa sampai berani menilai seseorang semau kamu, haa?!! Memang nya saya perduli dengan penilaian gadis rendahan seperti mu? Tidakk!! Bahkan ketika kamu meminta maaf dengan membawa nyawamu sekalipun saya tidak sudi menerima maaf mu. Cuihh," Hardik Kalina-ibunda Luna- yang sudah tersulut emosi.

Sedari awal pertemuan nya dengan Caca, gadis itu hanya diam dan menunduk. Bahkan ketika ia mengeluarkan sumpah serapah kepadanya karna menyebabkan sang anak patah tulang gadis itu hanya diam. Tetapi sekali nya berbicara, ucapan gadis itu begitu menusuk.

"Mahh," Lerai Hendry Sebastian Erdyan memegang kedua bahu sang istri agar tetap mengontrol emosi nya. Ia menyuruh Kalina untuk duduk kembali

"Papa aja yang duduk disana saya malas, bisa-bisa saya terkena sial karna duduk berdekatan dengannya," Hendry bergeming dan menuruti perintah sang istri. Dia ini tipe laki-laki yang menyukai kedamaian tetapi tidak dengan istri dan anak nya yang selalu membuat keributan.

Alhasil begini pola duduk mereka

Ace
--------------------------------
Kalina Hendry Caca

RADICAWhere stories live. Discover now