34. Misi Penyamaran

12 1 0
                                    

Tandai jika typo and happy reading guys
.
.
.

'Tidak, bukan begitu. Difaktorkan dulu baru dikali'

'Minus ketemu minus hasilnya positif'

'Uraikan dulu semua fungsinya kedalam bilangan pokok dasar yang sama'

'Carilah bilangan primanya --Jangan bilang anda tidak mengetahui bilangan prima'

'Saya tidak yakin anda lulus sekolah dasar nona'

Tiga hari ini begitu berat bagi Caca, rasanya sudah setengah abad dari umurnya ia habiskan untuk memecahkan berapa persen kemungkinan Suratmi dapat melunasi hutang-hutangnya dalam waktu 9 bulan.

"Haahh, dia yang ngutang gue yang pusing," Caca memijit kening nya. Sebelumnya ia tidak pernah merasa sepusing ini, bahkan dipelajaran fisika pun ia dapat menyelesaikan beberapa soal walau membutuhkan waktu lama setidaknya fisika jauh lebih mudah daripada matematika!

"Lemah letih lesu lelah laper. Nggak kuaatt... butuh pelukan sehangat Jaemin, senyum semanis Jeno, dompet seseger Chenle. Dukun mana yang bisa ngirim jin lintas negara ya? Gue mauu melestarikan warisan mistis para leluhur," Rengek Caca. Bahkan posisinya saat ini sudah berguling-guling diatas karpet bulu yang cukup lembut.

Sementara Stive yang berperan sebagai guru privat dadakan hanya menatap datar murid di hadapannya. Ia tak habis pikir kemana saja gadis ini sewaktu Tuhan membagikan akal dan logika kepada manusia? Jangan-jangan dia hanya mengambil seperempat bagian yang ada atau bahkan tidak sama sekali.

Ini lebih sulit dari mengajarkan rumus algoritma pada anak sekolah dasar yang hanya membutuhkan waktu setengah semester untuk memahami materi yang Stive berikan.

Berbeda dengan Caca, baru satu menit lalu dijelaskan nyatanya saat ini sudah dilupakan. Definisi masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

"Ayolah nona, anda hanya tinggal mencari persamaan nya setelah itu selesai," Ujar Stive sabar. Baru kali ini ia memiliki murid pemalas dan tidak mau berusaha, benar-benar sebuah tantangan tersulit yang harus Stive lalui.

Caca bangkit dari duduknya, sudah tiga hari pula ia terkurung didalam apartemen milik Rayyanka seorang diri. "Gue nggak mau belajar matematika. Gue mau nya belajar ekonomi, biologi, sama ppkn. Bahasa juga nggak boleh ketinggalan," Final Caca mantab

"Baiklah jika memang itu yang anda inginkan esok hari akan saya bawakan beberapa latihan soal. Jika dirasa nilai anda masih kurang maka bersiaplah memperpanjang masa hukuman anda menjadi seminggu," Imbuh Stive yang disetujui Caca.

"BMT syariah mau langsung pulang?" Tanya Caca kala melihat Stive yang merapikan kertas-kertas yang ia bawa.

"Menurut anda?"

"Au ah nyebelin"

Stive menghela napas, sebenarnya berat rasanya untuk meninggalkan gadis ini seorang diri. Tetapi apa boleh buat? Toh ia juga sudah menyewa apartemen disebelah tanpa sepengetahuan Caca.

"Tetaplah dirumah, cuaca sedang tidak baik, dan jangan makan makanan pedas. Ingat itu, saya hanya tidak mau nilai anda menurun nona"

"Jangan panggil anda atau nona, formal banget kesan nya. Kuping gue nggak terbisa BMT," Eluh Caca "Panggil Caca aja napa sie? Susah amat"

"Saya tidak terbiasa"

"Iya makanya dibiasaiinn... Ihh gemes deh sama BMT, saking gemesnya sampai mau nyekek"

Ujung bibir Stive sedikit tertarik keatas, gadis ceroboh sepertinya ingin membunuh nya? Bahkan Sabana pun tahu siapa yang paling berbahaya antara zebra dengan singa.

RADICAWhere stories live. Discover now