42. Greyson's Family

94 42 206
                                    

Tandai jika typo and happy reading guys 🤗
.
.
.

Seperti yang sudah dijanjikan, beberapa jam lagi pertemuan dengan para kolega-kolega terkemuka akan segera dimulai. Memikirkan status baru yang akan terjadi setelah pertemuan itu membuat nya seperti orang linglung.

Bagaimana dunia akan menilai nya? Seorang gadis tiba-tiba masuk kemarga Greyson hanya karna ia memiliki golongan darah yang sama dengan sang kepala keluarga? Terlalu plot twist sekali.

Wajah Caca benar-benar datar, tidak ada kesedihan atau amarah yang menguasainya. Ia berjalan tak tentu arah seiring langkah kaki yang membawa nya entah kemana.

Seharusnya ia tidak berada disini, jalanan sekitar rusun bukanlah tempatnya. Beberapa kali Faza menyuruhnya agar segera datang ke hotel dan mempersiapkan diri namun ucapan Faza ditolak mentah-mentah oleh Caca.

Gadis itu menghabiskan setengah harinya disamping pusaran nenek Ida. Mencurahkan segala beban pikiran yang masih menganggu dan terasa berat untuk ia tampung sendiri.

Jujur hatinya masih terasa sakit namun air mata nya enggan untuk keluar. Hanya rasa sesak yang menyelimuti nya.

"Selamat datang, mari silahkan dilihat-lihat dulu barangnya kak," Ucap pegawai itu ramah

Beberapa orang ditoko sempat mencuri pandang kearahnya. Bagaimana tidak? Caca datang dengan penampilan yang memprihatinkan. Seragam sekolah lusuh, rambut pendek yang tidak tertata rapi, mata sembab, serta noda tanah liat yang menempel di wajah, tangan, kaos kaki, dan sepatu putih.

"Sst, jangan bawa gembel ke dalem toko nanti kalau ketahuan bos kita bisa dipecat," Ucap pegawai toko yang terlihat lebih senior memperingati juniornya

Caca tidak ambil pusing, toh ia sudah terbiasa dengan hinaan yang orang lain lontarkan padanya. Semua itu sudah menjadi makanan sehari-hari nya.

Caca mengambil sebuah kemeja biru sky lengan pendek, ia sedikit menyunggingkan senyum masamnya. Terlihat seperti sebuah smirik namun sangat tipis.

"Tolong bungkus yang ini mbak," Tak kunjung mendapat respon Caca menatap pegawai di hadapannya "Mbakk," Panggil Caca sekali lagi

Pegawai tersebut terlihat bingung antara harus mendengarkan senior nya atau tetap melayani pelanggan "Ituuu...mmmm... Anuu.."

Caca melirik sinis pegawai diujung yang seolah mengatakan 'jangan melayani gadis itu, dia hanya pengemis. Bagaimana jika dia bermaksud untuk mencuri'

"Gue masih punya uang untuk beli kemeja ini. Nggak percaya?" Caca menunjukkan empat lembar uang berwarna merah pada pegawai tsb.

"Maaf kak, saya cuma anak magang disini," Caca berdehem samar. Membiarkan pegawai itu melakukan tugasnya.

"Ekhmm... Punya nyali juga ada disini. Biasanya cuma kepasar sekarang sok-sokan pergi ke toko. Emang situ punya uang buat beli baju disini?"

Dihina seperti itu Caca hanya diam, tentu ia hafal siapa pemilik suara yang begitu membenci nya entah karna apa.

"Lusuh banget, beneran sekolah atau belok dulu ke Oy*?" Tawa Alya setengah meledek

"Ibuk sih nggak jamin. Bilangnya aja jadi murid GIS tapi siapa tau kalau tuh seragam cuma nyewa aslinya mah cuma ngejal*ng," Sambung Mak Tin.

Alya mengangkat alis tak percaya, biasanya gadis itu akan membalas seluruh ucapannya dengan balasan tidak terduga namun kali ini Caca hanya diam. "Tumben diem? Ohh atau jangan-jangan yang dibilang gue sama ibuk gue bener ya kalau loe itu aslinya nggak sekolah tapi ngejal*ng sama om-om idung belang?"

RADICAWhere stories live. Discover now