BAB. 15

1.3K 201 29
                                    

Yang mulai lupa ceritanya, cek bab sebelumnya yaa💃...

=========

Tapi baru saja Kiara merasa lega, jantungnya kembali berdegup resah. Ketika Andin tiba tiba mengatakan sesuatu yang tidak ingin didengar nya.

"Eh... itu Tama...sama eummm..siapa tuh namanya..ah ya Sonya si wanita penggoda..." Andin tampak merengut dan tidak berusaha menutupi raut wajah tidak senangnya.

====================

Ani menyikut lengan Andin.

"Apaan sih Ni? Sakit tau disikut sikut..."

"Ntar dia denger Ndin..ga enak...". Tegur Ani dengan suara pelan.

"Biarin aja, gue ga suka liat dia...lagian ngapain Tama ngajak dia sih?". Andin masih tidak bisa menahan mulutnya.

Bagas dan Rian saling pandang dan menggelengkan kepala melihat Tama yang bersama Sonya.

Ada rasa kesal melihat Tama yang seperti tidak menjaga perasaan Kiara. Meskipun Kiara berkata tidak apa-apa,  tapi tetap saja ini membuat suasana tidak nyaman.

Kiara terlihat tenang dengan tetap melanjutkan makan siangnya. Tidak terlihat ekspresi apapun dari wajah itu.

Bagas masih penasaran bagaimana  Kiara bisa tau tentang perasaan Tama? apa Tama sendiri yang memberi tahu?. Atau Kiara mengambil kesimpulan sendiri dengan kedekatan Tama dan Sonya?. Rian sudah menceritakan kesepakatan mereka padanya. Andin, Ani, dan Rian  memutuskan untuk tidak membahas masalah ini, saat mereka berkumpul. Mereka untuk membiarkan berjalan seperti apa adanya.

Tiba tiba Sonya menoleh ke arah meja mereka, lalu ia tersenyum dan melambaikan tangannya. Lalu menarik tangan Tama menghampiri mereka.

"Heii...kami gabung disini aja yaa....yuk mas Tama kita makan disini aja...."

Anya menarik tangan Tama untuk duduk di dekat nya. Seperti biasa Tama yang memang sulit ditebak perasaannya duduk ditempat yang ditunjukkan Anya.

Ia terlihat sibuk dengan ponselnya nya. Sehingga bergerak seolah tak sadar.

"Udah pada pesen yaa....tunggu disini ya mas Tama, aku pesenin bentar...." Sonya berlalu sambil tersenyum.

"Maksud Lo Apa Tam?" Andin langsung nyolot

Tama menaikkan alisnya. Pandangan nya dari ponselnya beralih pada Andin yang suaranya cukup keras.

Lalu Tama tampak sedikit terkejut ketika melihat siapa yang duduk bersama dengan nya. Seolah ia baru menyadari ia sedang berada dimana.

"Maksud Lo ngajak Sonya makan bareng ? Gue ga suka kalo kita lagi ngumpul ada orang lain, Ani aja bela belain nggak ngajak Heru makan siang bareng biar kita bisa ngumpul!"

"Ndin...udah...." Kiara berusaha tenang.

"Ngak  bisa gitu dong Ki...." Potong Andin yang tidak bisa menahan emosinya.

"Ngga papa Ndin...Sonya teman Tama..ga salah kok makan sama kita...." Kiara mencoba menenangkan. Ia Tahu jika Andin sebenarnya membela dirinya.

"Gimana kerjaan Tam..?" Sambung Kiara lagi seolah tidak memperdulikan kekesalan Andin.

Meskipun hatinya sangat terluka, tapi Kiara berusaha belajar untuk bersikap dewasa. Dan berharap wajahnya tak berubah dan tangannya yang gemetar tak terlihat.

Sementara Andin menatap Kiara tak percaya karena  melihat Kiara yang santai menyikapi situasi yang canggung ini.

"Hmmm..kerjaan ya seperti biasa saja, Ki..." Tama merasa tidak enak menyebabkan suasana menjadi canggung.

PROBABILITAS  HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang