BAB 84

737 106 16
                                    





SEBELUMNYA

==================

Begitu Kiara menutup teleponnya, Tama langsung meraih kedua tangan Kiara dan menariknya untuk duduk.

Dan kini mereka berdua saling berhadapan, dengan mata yang saling mencari dengan jantung Tama yang berkejaran.

Tama tak bisa menunggu lagi, ia tidak bisa menjamin jika ia menunggu moment yang tepat ia masih punya kesempatan.

Bagaimana jika ia tidak menemukan moment yang tepat itu?. Atau bagaimana jika ia tidak punya kesempatan lagi. Atau bagaimana jika dua pesaing kuat nya itu yang duluan menyatakna isi hatinya?. Lalu ia menyatakan perasaannya saat Kiara harus mempertimbangkan perasaaan orang lain?

NO. BIG NO!.

Ia tidak mau dibanding-bandungkan nantinya.

Dan ini saat nya, inilah moment yang tepat itu.

===================

Kiara terlihat cantik dengan gaun rumahan berbahan kaos berwarna lilac, dengan rambut setengah basah, dengan aroma sabun dan shampo, dengan wajah polos tanpa sapuan make up, Kiara terlihat sempurna. Bagiamana ia bisa melewatkan bidadari dihadapannya ini?

Dan dirinya yang hanya mengenakan celana kargo, dengan kaos oblong berwarna biru, dan untungnya ia juga sudah mandi, semoga rambut messy-nya tidak membuat Kiara ilfil. dan menurutnya ini lah saat yang tepat untuk menyatakan isi hatinya.

Lihatlah betapa ia sangat menyukai saat ini, bagaimana ia bisa melihat masa depannya bersama Kiara. Kelak mereka juga akan seperti ini, menghabiskan akhir pekan bersama, tanpa melakukan apa pun. Hanya saling memeluk, bicara hal-hal tidak penting, menonton film-film yang berakhir tanpa tahu jalan ceritanya, bermalas-malasan sepanjang hari. Ia akan dengan puas memandang wajah cantik ini, atau melakukan hal seperti di lagu Nothing Bruno Major

.....So shut all the windows
And lock all the doors
We're not looking for no one
Don't need nothing more
You'll bite my lip and
I'll want you more
Until we end up in a heap on the floor
Mmm....

Tama mengerjabkan matanya, mengapa bagian itu yang ia ingat?

"Tama..." Suara Kiara semakin membuatnya kembali tersadar.

Tama meremas tangan Kiara yang tampak mungil di tangannya, dan rasanya begitu pas dengan tangannya.

"I Have something to confess..." Tama memulai pengakuannya, dan matanya tidak bisa ia alihkan dari wajah cantik itu.

"Aku nggak tahu kapan mulainya, aku juga nggak pernah mengira akan merasakan hal ini sama kamu, Ki...." Tama menyelipkan rambut Kiara kebelakang telinganya.

Kiara memiringkan kepalanya, dan Tama tersenyum. Kiara akan selalu begitu saat ia sedang mendengar dengan serius.

"Hal...?" Tanya nya

"Ya... Hal yang akhirnya aku tahu apa.."

"Yaitu...."

Tama terkekeh " Ki, kamu nggak lagi dengar tim kamu sedang presentasi lho ini. This is me.."

"Oh, sorry..." Kiara tampak tersipu-sipu, dan dimata Tama Kiara terlihat sangat menggemaskan, dan ia tahan dirinya untuk tidak membawa Kiara ke dalam pelukannya. Not now, ia tidak mau membuat Kiara ketakutan.

"You know, Ki....." Tama menelan ludahnya, astaga ia harus bilang apa?. Kemana perginya keberanian dan semua kata-kata yang sudah tersusun rapi tadi?

PROBABILITAS  HATIWhere stories live. Discover now