BAB 62

1.2K 160 7
                                    

SEBELUMNYA

=======

Ck, mengapa hal sepenting ini bisa-bisanya ditinggalkan Arjuna?.

Tama berpikir pastilah urusan ke Singapura memang jauh lebih penting dari pertemuan hari ini.

Proyek miliaran rupiah ini, tak boleh gagal hanya karena ia tidak profesional, mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan.

******

Tama mengerutkan keningnya saat menjumpai Sonya menunggunya di lobby sebuah hotel, dimana tempat pertemuan nya dengan pemilik King Furniture.

Cobaan apa lagi ini?

Ingin rasanya ia mengumpat keras-keras. Tapi tidak mungkin ia berteriak disini.

Sonya menyinggingkan senyum profesional nya.

"Pagi, Mas Tama. Aku sudah siapkan semua keperluan untuk pertemuan dengan Pak Abu Raja."

******

"Papaaaaa....."  Gadis itu melompat bangun dan Jody buru-buru meletakkan boneka beruang itu lalu  menyambut Pevita sebelum gadis kecil itu jatuh dari tempat tidur.

"Heiii princess...."

Pevita melekat erat dalam pelukannya. Gadis kecil itu menempel bagai koala.

Lalu Jody membawa Pevita berputar-putar hingga membuat gadis kecil itu tertawa-tawa.

"Aku sudah bilang mama kalau papa pasti datang, aku tahu papa nggak akan melupakan ulang tahunku..." Pekik Pevita senang.

******
.
.
.
.
.

"Mengapa pesan aku belum dibaca, Mas?"

Mengapa sejak tadi malam dirinya tidak pernah tenang?

Bagas membawa sepeda motor, tidak mungkin Sonya kembali ke kantor dengan Bagas yang hanya membawa satu helm. Selain itu Sonya mengenakan rok pensil yang ketat,  yang tidak memungkinkan dirinya untuk naik motor sport dengan bangku belakang yang tinggi dan hanya sejengkal itu. 

Jadilah Sonya ikut bersamanya untuk kembali ke kantor, wanita itu duduk di samping nya, aroma parfumnya memenuhi kabin mobilnya. Tama merasa pusing.

Berita baiknya adalah, proyek pembangunan gerai King Furniture  akan segera di mulai. Abu Raja setuju dengan semua yang sudah mereka persiapkan. Tama dapat memberikan penjelasan yang membuat Abu Raja yakin dengan kemampuan mereka untuk mewujudkan gerai yang ia inginkan.

Tama akui jika keinginan Abu Raja cukup rumit, tapi Tama yakin dianya dan Tim mampu mewujudkannya.

Wajah ceria menghiasi wajah Bagas dan Sonya juga. Penambahan bonus akhir tahun sudah di depan mata, tinggal mengawal dan memastikan proyek ini berjalan dengan lancar dan tepat waktu.

"Mas Tama..."

"Tadi pagi, saya terburu-buru belum baca pesan apa pun.." Jawab Tama buru-buru.

Tama memusatkan perhatiannya pada jalanan yang ada di depannya. Lalu lintas siang ini seperti biasa cukup ramai dan ia  harus waspada, apalagi dengan para bikers yang  suka menyalip tiba-tiba.

"Aku minta maaf..." Sonya berpikir jika ia tak mungkin berkelit lagi, dan jujur adalah satu-satunya kesempatan baginya untuk memperbaiki keadaan.

"Ya..." Sahut Tama tidak tertarik dengan apa pun yang akan dikatakan Sonya. Ia sudah memutuskan untuk tidak memeperdulikan Sonya, selain hanya untuk kebutuhan kerja saja.

PROBABILITAS  HATIDove le storie prendono vita. Scoprilo ora