BAB 63

1.3K 156 12
                                    







SEBELUMNYA
=========

Tama menaikkan alisnya " Aku sudah tahu kalau ini pasti kamu yang masak, Ki"

"Kok bisa?"

Tama terkekeh.

"Dua tahun makan masakan kamu, aku kenal dengan rasa bumbu nya.."

Kiara tampak memalingkan wajahnya.

Tama tersenyum, apakah Kiara sedang tersipu-sipu?. Dulu ekspresi ini sering ia dapatkan, tapi dulu biasa saja. Tapi mengapa kini terasa menggemaskan?

******

Jody terpaku saat  melihat siapa yang berdiri di depan pintu itu.

Tanpa sadar ia mengepalkan tangannya.

Bagaimana bajingan itu tahu tempat ini?

"Siapa?"

Jody menoleh ke belakang. Kayana telah berdiri dibelakangnya.

Bel pintu kembali berbunyi.

"Jangan bilang apa pun, jangan cerita apa pun!. Usir dia dari sini, bila perlu panggil keananan, Setelah dia pergi kita harus bicara!" Bisik Jody dengan wajah memerah menahan marah.

Kayana tampak bingung.

Jody segera menuju kamar Pevita, sebelumnya ia memastikan ia tidak meninggalkan jejak apa pun diruangan ini.

Lalu ia mengunci pintu kamar Pevita.

Brengsek! Jody mengumpat dalam hati.

******

.
.

Tama tidak bisa menghentikan senyum nya saat melangkahkan kakinya menuju gedung kantor yang terletak di seberang gedung kantor nya.

Ia baru saja memarkirkan mobilnya, ia sudah berjanji menjemput Kiara, dan mengajaknya makan malam.

Mungkin mereka akan memilih salah satu tempat makan yang sering mereka kunjungi.

Gampang lah, yang penting bersama Kiara dimana saja makan ia tak masalah. Apa yang dipilihkan Kiara untuknya selalu pas dilidahnya.

Seorang sekuriti yang ia kenal memberikan senyum padanya.

Tama membalas, sambil mengangkat tangannya.

Ia segera menuju lift, lalu menunggu hingga kotak besi itu turun dan tak berapa lama pintu lift itu terbuka.

"Tama?"

Ani dan Andien ternyata berada dalam kotak besi itu.

Tama segera menyingkir agar tidak menghalangi karyawan yang akan  keluar.

Ani dan andien juga ikut menepi menghampiri Tama.

"Mau ke Atas? Jemput Kiara? Kok bisa? Kalian sudah janjian? Aku kok nggak tahu? Grup kita kosong nggak ada info apa pun.."

Andien dan serangan pertanyaannya, kadang bisa membuat Tama senewen.

"Jemput Kiara" Sahut Tama to the point. Ia mengabaikan pertanyaan lain, karena dengan jawaban yang ia berikan sudah menjawab semua pertanyaan itu.

"Kami nggak di ajak?" Tanya Andien lagi, kali ini dengan binar mata penuh harap.

"Gue sudah dijemput" Seru Ani.

"Oh, gue Ralat kalau gitu, gue nggak  di ajak?" Andien tak masalah dengan hal itu, baginya jika Tama menjemput, bakal ada makan malam, lalu dia akan diantar pulang, hematnya banyak banget. Efek hidup di Rantau membuatnya sangat teliti dengan seluruh pengeluarannya.

PROBABILITAS  HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang