BAB. 66

857 141 12
                                    

SEBELUMNYA
≈==================

Tama membuka pintu toilet lalu ia melangkahkan kakinya untuk kembali ke ruangan VIP restoran ini.

Tapi belum sampai ia ketempat tujuannya, Tama menghentikan  langkahnya.

"Tama...."

Mengapa ia bisa menduga jika akan begini kejadiannya?

Tama menatap wajah didepannya dengan tenang.

Senyum itu masih seindah dulu.

"Lily..." Tama balas menyapa.

Senyum yang membuatnya patah hati untuk pertama kali.
.
.
.

***
.
.
.

Kini mereka berdua duduk di salah satu sofa di lobby  The Palace hotel and restaurant. Bagas telah kembali ke kantor bersama Fitri. Demikian juga dengan rekan Lily yang lain.

Lily minta waktu sebentar untuk berbicara. Dan Tama mengabulkannya.

"Apa kabar Tama? tadi kita bertemu dalam suasana resmi. Bagaimana kalau kita ulang lagi pertemuan kita setelah sekian lama?"

Tama juga tidak menduga jika klien yang ia temui hari ini  adalah perusahaan dimana Lily bekerja.

Wanita itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

Tama menatap tangan itu sebentar, lalu menyambutnya

"Kabar baik, Ly.." Ia pun membalas senyumnya.

"Senang melihat kamu dalam keadaan baik, Tama.." Suara itu terdengar tulus.

"Aku juga, senang kamu baik-baik saja..." Sahut Tama dengan ketulusan yang sama. Ternyata bertemu lagi dengan Lily Tidak seburuk yang Tama bayangkan.

Lily mengangkat bahunya "Bagus dong, artinya aku berhasil..."

"Ya?" Tama bingung dengan ucapan Lily barusan.

"Aku berhasil tampak baik-baik saja..." Sahut Lily dengan senyum misterius.

Tama mengangguk, walau sebenarnya ia tidak mengerti.

Lalu Lily tertawa sambil menepuk  lengan Tama. "Kamu masih saja seperti dulu Tam,  lempeng banget"

Tama hanya bisa tersenyum menanggapi hal itu.

Lily selalu  senang tertawa. Mungkin itu dulu yang membuatnya betah berada di dekatnya.

"Kapan kamu ada waktu? Aku mau ajak kamu makan siang, boleh?"

Tama menatap Lily.

"Makan siang?" Beo Tama mengulangi kalimat wanita yang terlihat anggun dengan terusan warna biru dongker dengan aksen pita putih di lehernya.

"Kita sudah lama nggak ketemu, enam atau tujuh tahun?, dan hari ini kita ketemu, tapi sayang masing-masing kita sudah terikat pekerjaan, mungkin kita harus cari hari untuk bisa bercerita?"

Sejak dulu Lily selalu jadi negosiator ulung.

"Oke..." Sahut Tama, rasanya tidak enak jika ia menolak tawaran Lily.

"Lusa bisa?" Tanya Lily dengan matanya yang berbinar.

"Lusa aku nggak bisa..." Sahut Tama tanpa berpikir lama.

"Besok?" Wajah itu terlihat penuh harap.

"Maaf, aku juga nggak bisa.."

"Wow, kamu sesibuk itu ya?. Bagaimana kalau hari senin atau selasa?" Lily pantang menyerah.

PROBABILITAS  HATIWhere stories live. Discover now