BAB 71

954 136 13
                                    

Haiiii semuanya...

Kita lanjutkan yaa..

Masih ingat ceritanya??😄😄💜💜

Jangan lupa vote dan komentar yaaaa...

Selamat membaca
Luv💜Octoimme

.
.
.
.



SEBELUMNYA
==========≈=

Kadang ia mengira jika Jody ada rasa pada putrinya itu. Tapi itu semua terbantahkan dengan deretan pacar Jody yang mengisi hari-harinya.

Keduanya kini tengah berkejaran di ruangan dan kini menuju balkon, Uli memilih untuk masuk ke kamar, membiarkan kedua anak muda itu menyelesaikan masalahnya.

"Hei, jangan marah dong Ki..." Jody berhasil mendapatkan Kiara dan segera mengunci nya dengan cara merangkul pundak Kiara dari belakang, dan kini Kiara tidak lagi bisa berlari menghindar.

Mereka berdua kini menghadap pemandangan kota di malam hari, dengan lampu-lampu kota yang begitu cantik.

"Glad to hear your laugh, Bang. Do you feel better now?". Jody terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang dikatakan Kiara, lalu ia tertawa dan merangkul Kiara lebih erat.

Ternyata gadis itu sengaja membuat pikirannya teralih dari masalahnya.

"Much better, Chiara, much better...thank you sweety..." Bisik Jody, hatinya menghangat.

Hanya Kiara yang bisa membuatnya merasa berharga,
.
.
.

============

.
.
.

"Masih banyak kerjaannya, Tam?"

"Lumayan, sedikit lagi beres..."

"Sedikit versi kamu itu beda ya sama aku?"

Terdengar suara tawa ditingkahi suara tuts keyboard laptop yang terus saja  sibuk  sejak mereka bicara.

"Kalau kamu lagi banyak kerjaan kan juga begitu, Ki..."  Tama mencari alasan.

"Iya,  tapi kan aku nggak bilang dikit lagi-dikit lagi.  Kalau masih banyak, ya aku bilang masih banyak...."

"Maaf Bu Kiara, nanti  saya nggak ulangi lagi..."

"Nggak ah,  nggak di maafin..."

"Lho, kok gitu? "

"Ya,  kan kalau kamu sibuk kita nggak usah teleponan dulu..."

"Kan aku biar ada yang nemenin lembur..."

"Tumben..."

"Kangen, Ki"

Untung mereka nggak dalam mode video,  hingga Tama tidak perlu melihat wajahnya yang memerah. 

Astaga Tama!

Ia pikir setelah  berada di Hongkong,  jantungnya akan normal kembali,  ternyata tetap jumpalitan jika Tama dalam mode nggak jelas begini.

"Apaan sih Tam..."   Semoga Tama nggak dengar suaranya yang sedikit gugup. 

Come on Kiara, 

ingat sahabat,   

sa  ha   bat!

Tama hanya menganggapnya sahabat.

"Kamu nggak kangen aku, Ki?"

"Tama!"

PROBABILITAS  HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang