BAB 64

957 153 32
                                    

HAIIIII...

MAAF YA SUDAH LAMA TAK UPDATE..

🙇‍♂️🙇‍♂️🙏🙏🙏

SEMOGA MASIH MENUNGGU CERITA INI.

🥰💃💃

SELAMAT MEMBACA

LUV💜OCTOIMMEE




Sebelumnya...

============

Hingga malam berganti dini hari,  Kayana tidak juga pulang.

Jody benar-benar kehilangan kesabarannya.

Apa yang dilakukan Kayana dengan pria itu?

Sejak tadi ia menunggu informasi dari Kayana, tapi tak ada satupun yang masuk. Baik itu panggilan telepon maupun chat.

Dimana otak Kayana?

Apa yang dia pikirkan saat meninggalkan  Pevita begitu saja?.

Apa Kayana pikir dengan keberadaannya disini membuat dia busa pergi seenaknya?.

Dan jangan lupa,  Kayana pergi dengan bajingan yang sudah membuat hidupnya berantakan.

Bagaimana wanita itu lupa dengan   segala keburukan yang harus ditanggung nya oleh karena orang bejat itu?

Bagaimana semudah itu Kayana pergi dan mengabaikan peringatannya?

Seharusnya Kayana menuruti kata-katanya, karena selama ini Ia yang membiayai segala kebutuhannya.

Dirinyalah yang mengulurkan bantuan, saat Kayana terusir dari keluarganya sendiri.

Jangan harap ia bisa memaafkan wanita itu kali ini.

Jody berjanji, jika Kayana kembali melakukan kesalahan, jangan salahkan dirinya yang akan  melakukan sesuatu yang pasti disesali Kayana seumur hidupnya.

Jody mengacak rambutnya. Rasa kesal membuat mood nya merosot.
Ia bahkan belum sempat berganti pakaian sejak ia tiba.

Kesibukan dengan pekerjaan yang harus ia selesaikan, lalu memenuhi janjinya pada Pevita untuk menemaninya sepanjang hari, membuat Jody tak sempat lagi memikirkan tentang dirinya.

Jody kembali masuk ke kamar, Pevita. Tadi ia merasa sangat lapar  dan baru ingat jika sejak Pagi ia belum makan dengan benar.

Rencananya ia akan melanjutkan pekerjaannya, tapi ia ingin  melihat Pevita sebentar, saat akan tidur tadi suhu tubuhnya sedikit hangat. Dan ia sudah  memberikannya obat penurun panas.

Untunglah Pevita tak pernah rewel soal minum obat, ia akan meminum apa saja yang di sodorkan kepadanya. Setelah memastikan Pevita tertidur, barulah ia memesan makanan  di restoran yang ada di lantai bawah dan menikmati makan malamnya setelah kurir mengantarkan makanan pesanannya.

Ia tatap wajah mungil yang terlelap. Dan wajahnya sedikit lebih pucat dari biasanya.

Jody resah, ia selalu begini saat Pevita sakit. Dan ia yakin tak hanya dirinya saja yang begini, seluruh orang tua pasti merasakan hal yang sama.

Perlahan ia mendekati ranjang dan membungkukkan tubuhnya.

Lalu Jody memegang kepala Pevita, dan ia terkejut saat mendapati kening Pevita sangat panas.

Segera ia meraih termometer di atas nakas, lalu menjepitkannya di bagian ketiak Pevi.

Begitu alarm thermometer digital itu berbunyi, Jody segera memeriksa angka yang tertera disana.

PROBABILITAS  HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang