BAB 52

1.1K 165 23
                                    


Selamat malam minggu

Ditemani Kiara.

Minggu lalu komentarnya cukup lumayan..😄😄👏👏👏👏👏

Terima kasih buat semua yang berkomentar 🥰🥰😘😘😘😘

Malam ini kembali jangan lupa kasih vote dan komentarnya yang banyaaaakkkkk yaaaaaaa...

🥰🥰🥰🥰😘😘😘😘

SELAMAT MEMBACA
LUV💜OCTOIMMEE

SEBELUMNYA...
===========

"Aku sudah bilang, Kamu nggak special buat Tama, posisi kamu hanya sahabat, jangan berharap banyak. Tama mencintai saya. Dan saya heran, mengapa Ibu Kiara Banureksa yang terhormat sampai mau merendahkan diri menjadi karyawan biasa demi mendapat cinta laki-laki, menyedihkan sekali.."

"Selamat malam..". Kiara segera memutuskan  sambungan. Ia tidak mau mendengar sesuatu yang bersifat toxic seperti itu.

Tangannya gemetar, ucapan itu membuat emosinya memuncak.

..
.

Untung ia sedang duduk hingga ia bisa menenangkan diri.

Kiara memutuskan sama sekali pikirannya. Ia tidak mau mereka-reka apa yang terjadi antara Tama dan Sonya saat ini.

Itu bukan urusannya.

Dan tiba-tiba hujan deras membasahi bumi. Berton-ton Air seakan ditumpahkan begitu saja dari langit.

Angin kencang membuat orang-orang merapat dan menjauhi   selasar.

Kiara menatap air hujan dalam gelap malam.

Harusnya ia tidak menggantung kan diri pada orang lain hanya untuk urusan sederhana seperti ini.

Harusnya ia cukup menyuruh Pak Fahmi, supir keluarganya untuk menjemputnya.

Pasti dirinya kini sudah berada di rumah dan bergelung di balik selimut, bukan menunggu dengan  sia-sia di terpa angin malam yang dingin.

Mungkin Kiara sedikit terbuai, karena beberapa waktu belakangan  ia dan Tama kembali dekat.

.....
..

"Kiara?".

Kiara tertegun, lalu menoleh ke sebelah kanannya.

"Ryan?". Mata Kiara melebar tak percaya. Ryan datang bagai jawaban doa. Dia butuh seseorang  saat ini, dan ia diberi Ryan, sahabatnya.

Ryan tersenyum lebar. Ia memeluk Kiara.

=========

.
.
.
Kepalanya terasa sangat pusing, ia baru saja terbangun.

Ia masih sibuk menenangkan denyut di kepalanya.

Sekujur ubuhnya seperti habis ditabrak mobil.

Matanya membuka, dan mencoba mengingat-ingat di manakah sekarang?

Kini ia baru sadar jika ia tidur di sebuah sofa. Dan segera ia mengenali jika ini adalah sofa di ruangan nya.

What?

Ia berada di ruangannya?

Ia memandang sekelilingnya. Dinding warna krem dan Poster-poster gedung yang berhasil ia bangun, tumbuhan hijau artificial dalam pot,  lalu meja kerjanya.

Ia memegang kepalanya dengan kedua tangannya.

Rasa pening masih mengelilingi kepalanya.

Mengapa ia berada di ruangannya?

PROBABILITAS  HATIOnde histórias criam vida. Descubra agora