BAB 67

870 137 15
                                    


Sebelumnya..

===========

Apakah ini yang seharusnya ia rasakan pada Kiara?

Apakah Kiara juga merasakannya?.

Betapa Tama ingin mendekap Kiara dalam pelukannya, lalu bertanya, apakah dirinya jatuh cinta?.

Cinta?

Tama melihat jemari mereka yang saling bertaut, yang menghantarkan getaran yang membuat perutnya serasa dihinggapi sejuta kupu-kupu.

Tanpa sadar ia membawa tangan Kiara ke bibirnya dan mengecup punggung tangannya.

Dan tiba-tiba saja mereka saling tatap.

Waktu seolah membeku.
..
.

=============
.
.
.

"Kenapa bawaan nya banyak,Ki? Nanti repot..."

"Nggak banyak, kok"

Tama memandang putus asa pada dua koper di dekat pintu.

Kiara hanya pergi satu minggu.

Kiara keluar dari kamar membawa satu tas ukuran sedang.

Tama curiga dengan tas itu.

Kiara tahu jika Tama bertanya tentang tas yang dibawanya melalui tatapan matanya.

"Tadi nggak muat dalam koper, jadi aku bawa pakai tas ini saja.."

Tama melipat bibirnya agar tidak mengeluarkan kata-kata yang membuat mereka berdebat.

"Yuk, aku sudah selesai" Tanpa dosa Kiara melenggang menuju pintu.

Hari ini Tama mengantar Kiara ke bandara. Meskipun Kiara menolak,  tapi Tama bersikeras untuk mengantar.

Jody yang awalnya berjanji akan menemani Kiara, memutuskan mereka bertemu di Hongkong

Ada sesuatu yang membuatnya belum bisa meninggalkan Singapura.

"Kita berangkat?" Tanya Kiara

Tama baru saja masuk ke mobilnya, setelah memastikan  tiga tas Kiara  masuk dalam bagasi.

"Disana benaran Pak Arjuna bisa jemput di bandara?"

"Katanya begitu. Lagian ada kalo nggak Bang Jody, ada yang jemput aku kok disana.."

"Ki..."

"Tiga tas itu nggak banyak, Tam. I'll be fine!"

See?

Tama memang sebaiknya menyimpan saja pendapatnya. Ia hanya membayangkan Kiara kewalahan dengan tiga barang bawaan ini, belum lagi harus menjaga diri sendiri. Wajarkan kalau ia cemas?

"Oke, I Just worry, Ki.." Akhirnya tercetus juga isi hatinya.

"I Know, tapi kamu jadi julid bukan worry"

Fine,  sebaiknya ia diam. Tama menyalakan mesin mobilnya dan melaju menuju jalan raya. Memutuskan untuk lebih bijak lagi dalam memilih bahan obrolan. Dan berharap jika Kiara benar-benar aman dalam perjalanannya sampai di apartemen di Hongkong.

Saat Tama Fokus pada jalan raya,  tiba-tiba ia merasa ada yang menyentuh lengannya.

Dan siapa lagi kalau bukan Kiara yang melakukan nya.

"Sorry, ya, Tam. Aku tadi nyebelin ya...?" Suara lembut itu terdengar manis ditelinga nya.

Tama menahan senyum nya. Dulu Kiara juga begini,  ketika mereka berdebat tentang sesuatu, dan ia mengalah, maka Kiara akan merasa bersalah. Lalu Kiara akan meminta maaf padanya.

PROBABILITAS  HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang