BAB.56

1.1K 167 13
                                    

Mari vote dan ramaikan dengan komentar nyaaa...

🥰🥰💃💃💃

.
.


Sebelumnya
==============

Tama menatap mata Kiara dengan tatapan putus asa.

"Aku nggak bisa menahan keinginan aku untuk ketemu kamu, aku..aku rindu Ki.."

Kiara menggelengkan kepalanya, ia harus pergi, sebaiknya ia masuk ke kamarnya.

"Ki...kamu bisa kasih tahu kenapa aku bisa begini?"

Kiara tentu tidak tahu, dan ia tidak Mau tahu.

Kedua anak manusia itu tampak saling tatap dalam pikiran yang sulit untuk mereka pahami.

Kiara yang telah memutuskan melupakan perasaannya pada Tama.

Dan Tama yang merasa jika ia takut kehilangan Kiara.

=========

Kiara berusaha menarik tangannya, tapi usahanya sia-sia Tama menahan tangannya, dan mata pria itu menatap nya lekat.

Tama merasa jika ia tidak mau melepaskan genggaman tangan Kiara, seolah jika ia lepaskan maka ia akan kehilangan Kiara.

Kehilangan?

Tanpa sadar ia semakin mengeratkan genggaman tangannya.

"Ki, bilang kalau kamu maafkan aku.."

"Sebenarnya nggak ada yang perlu  dimaafkan, kamu nggak salah..."

"Aku salah, dan aku akan perbaiki semua.."

"Nggak ada yang harus diperbaiki.."

"Ada Ki, aku bikin kamu nunggu, kelancangan temanku, semua salah dan keliru, aku akan memperbaiki nya.."

"Tama, aku..."

Kiara terkejut, tiba-tiba Tama
memeluknya erat.

"Maaf, Ki..."

Tubuh Kiara terasa kaku dalam pelukan Tama. Ia terlalu terkejut untuk bisa merespon apa yang dilakukan Tama saat ini.

"Sejak kemarin aku ingin melakukan ini, memeluk kamu. Aku  kangen banget..."

Selama mereka bersahabat, baru kali ini Tama memeluknya lama, dan mengatakan jika dirinya rindu.

Tama hanya memeluknya lama saat ia sakit, dan rasanya nyaman sekali.

Tapi kali ini pelukan Tama rasanya...

Jantung Kiara berkejaran, degupnya membuat Kiara seperti berlari.

"Ta...Tama..." Kiara harus bagaimana?

Membalas pelukannya?

Atau ia hanya perlu diam saja?

Kangen? Tama kangen katanya
Haruskah ia bahagia ?

Atau ini hanya rasa bersalah Tama saja?

"Ki..."

Tama mengurai pelukan mereka, lalu menatap Kiara dalam.

"Kiara, kamu maafin aku kan? Biar aku bisa tenang..."

"Tam ini berlebihan.."

"Aku tahu, tapi aku perlu itu, aku perlu kamu bilang kalau kamu maafkan aku.."

Kiara menghela nafasnya, mengapa Tama jadi kekanakan seperti ini?.

"Ya, aku maafin kamu..."

Kembali nafas Kiara terhenti karena kini ia terjebak dalam pelukan Tama lagi. La gi

PROBABILITAS  HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang