29. Rencana

5.1K 702 28
                                    

Askar, Avalle, dan Arkanna menatap tajam manusia di depan mereka.

Mereka sedang berada di ruang hukuman yang berada di markas tengah hutan mereka.

Pintu ruang hukuman tiba-tiba terbuka. Kaisar datang dengan mata sembabnya, dia lalu memasuki ruangan itu. Kaisar menahan heran orang yang sedang diikat di kursi.

"Jadi, dia yang sudah menyerang Avalle?"

Avalle menghela napas berat, "Bukan menyerang, hanya memata-matai. Selain itu, sepertinya bukan aku yang jadi targetnya."

Kaisar mengernyit mendengar itu, "Lalu? Siapa yang jadi target utamanya?"

"Arvie... Barusan aja dia jujur soal itu." Avalle menunjuk tahanan mereka.

"Kenapa Arvie?" Kaisar menatap tajam sosok di depannya.

Tubuh pria itu seketika bergetar ketakutan lagi, "S-saya tidak tau, tuan Adhitama hanya menyuruh saya untuk memata-matai orang bernama Arvie, selain itu dia tidak mengatakan apapun."

Kaisar mengeluarkan sebuah revolver dari balik jaketnya, lalu menodongkannya ke kepala pria itu, "Jujur atau nyawamu melayang."

"S-saya sudah jujur. Memang dia hanya memberi perintah tanpa menjelaskan apapun."

Avalle memegang dagunya, "Sepertinya dia jujur. Dilihat dari kemampuan amatirnya, sepertinya Adhitama tidak akan memberikan informasi penting pada orang sepertinya."

Kaisar terdiam, lalu menganggukkan kepalanya. Pria itu tersenyum berpikir kalau dia akan dilepaskan, tapi kemudian...

DOR

Dalam hitungan detik, setengah bagian kepala pria itu hancur.

Kaisar tersenyum puas, lalu memasukkan kembali pistolnya.

"Hey, setidaknya lakukan itu setelah Avalle keluar dari sini." Askar menutup pandangan Avalle, agar tidak melihat hal menjijikan dihadapan mereka.

Kaisar berbalik menatap teman-temannya, lalu terkekeh, "Maaf... Kelepasan."

"Hah, yasudah. Tapi pada akhirnya kita tidak mendapat apa-apa." Askar membalikkan tubuh Avalle, lalu mengajaknya keluar ruangan.

Kaisar dan Arkannapun mengikuti dari belakang.

Arkanna mengernyitkan dahinya, merasa ada yang janggal, "Tapi kalau dari informasi tadi. Berarti dugaan kita soal target utama itu salah? Kita menduga Kaisar yang jadi target, tapi sekarang malah Arvie. Dan lagi, dari mana Adhitama tau Arvie? Arviekan sudah koma dari sejak dia SMP. Akan lebih masuk akal jika yang dia targetkan itu Avalle, karena Ava yang sudah menghancurkan rencananya."

Kaisar, Askar, dan Avalle langsung terdiam. Mereka menyetujui pendapat Arkanna.

"Ada kemungkinan kalau Adhitama itu dibantu seseorangkan? Mungkin ini ada hubungannya dengan orang itu." Kaisar menatap teman-temannya.

Askar mengernyit mendengar itu, "Sekalipun begitu, kenapa harus Arvie? Memangnya Arvie pernah membuat kesalahan apa?"

"Sammy. Mungkinkah target utamanya Sammy?  Tapi karena Sam tidak ada di sini, dan dia dekat dengan Arvie. Mereka jadi menargetkan Arvie."

Kaisar, Askar, dan Avalle kompak langsung menatap Arkanna. Benar, kemungkinan terbesar target utamanya Sam.

"Itu artinya, sekarang yang harus kita lakukan adalah mencari keberadaan Adhitama dan mencari tau siapa yang membantu dia?" Askar mulai memikirkan rencana untuk kedepannya. Mereka tidak bisa membiarkan hal buruk terus berlarut-larut.

Kaisar menjentikkan jarinya, "Gue punya ide."

Kaisar menatap teman-temannya yang juga menatapnya, "Ayok kita gunakan Alistor untuk memancing ayahnya agar keluar dari persembunyian."

😇

"Narkoba, perdagangan manusia, perdagangan organ, dan perdagangan senjata ilegal. Dengan semua kejahatan ini, mereka bahkan sudah pantas untuk di buru seluruh negara." Sammy membaca dokumen yang diberikan bawahannya.

Sam dan Lan memang memberitahukan posisi mereka ke bawahan yang paling mereka percaya.

Lan menghela napas berat, tujuan mereka adalah untuk mengambil kembali senjata mereka yang dicuri, tapi ternyata lawan mereka memiliki catatan kriminal yang bukan maen.

"Kalau seperti ini, gue rasa jika kita meminta bantuan pada polisi internasional, mereka juga akan menyetujui."

Sam menganggukkan kepalanya, "Ya. Gue rasa kita memang harus meminta bantuan orang lain. Pasti sulit kalau melakukan semuanya sendiri."

"Sepertinya badai saljunya masih belum berhenti." Lan menatap ke seluruh goa, bisa mati bosan dia kalau terus diam di sana.

Sam menghela napas berat, "Setelah badai salju berhenti, kita harus keluar dari sini. Kita harus menghubungi pihak-pihak terkait."

Lan menganggukkan kepalanya, "Ya, gue setuju. Selain itu, gue udah gak betah di sini. Pengen pulang..."

Tatapan Sam menyendu, dia juga ingin pulang. Dia rindu rumahnya yang hangat, rindu teman-temannya. Padahal mereka baru beberapa hari pergi.

Tanpa Sam dan Lan ketahui, di luar goa mereka sudah ditunggu oleh beberapa sniper utusan musuh mereka.

😇

Al menatap gugup orang-orang di depannya. Kaisar dkk tiba-tiba berkunjung ke rumah Jo dan Al. Ini pertama kalinya mereka berkumpul di rumah itu semenjak 2 tahun lalu.

"Jadi, apa yang ingin kalian bicarakan?" Jo bertanya melihat muka serius teman-temannya.

"Kami mau menjadikan Al sebagai umpan untuk memancing ayahnya keluar dari persembunyian." Askar langsung to the point, dia tidak ingin berlama-lama ada di sana, Askar masih dendam atas apa yang dilakukan Alistor 2 tahun lalu.

Jo mengernyit, "Maksudnya?"

Kaisar menghela napas berat, "Kami baru menangkap seseorang yang memata-matai Arvie, dan orang itu adalah orang suruhan ayah Al. Kami berpikir target utama ayah Al bukan gue, tapi Sammy. Lalu..."

Kaisar menarik napas dalam, "...Kami pikir ayah Al berkerja sama dengan seseorang untuk membalas dendam. Sepertinya orang itu yang menargetkan Sam. Sekarang masalahnya jadi ada 2, pertama ayah Al, dan kedua orang yang berkerjasama dengannya. Kita gabisa menangkap ayah Al dan orang itu, kalau kita bahkan gatau di mana ayah Al sekarang. Karena itu, kami mau Al menjadi umpan untuk memancing ayahnya keluar."

Jo menatap tidak suka pada Kaisar, "Kalau Al sampai terluka gimana?"

"Itu gak mungkin..." Kali ini Avalle yang berbicara, "... Ayah Al menawari Al untuk kerja sama dalam balas dendamkan? Al hanya perlu berpura-pura menyetujui itu, jika seperi itu dia tidak akan melukai Al karena berpikir Al mau bekerjasama dengannya."

Alistor memegang dagunya, "Hmmm... Sepertinya itu oke. Aku hanya perlu menyetujui kan? Setelah itu, ayah pasti akan membicarakan semua rencananya denganku, dan aku tinggal membocorkannya saja."

Kaisar tersenyum puas mendengar itu. Memang ya, otak licik akan tetap licik. Meski Al hilang ingatan, tapi jiwa liciknya tetap terbawa.

Jo menghela napas berat, "Oke, gue setuju. Gue juga akan coba bantu."

Setelahnya, mereka terus berbincang membicarakan soal rencana mereka. Sampai waktunya untuk Kaisar dkk pulang.

TBC

Ehe aku up malem-malem. Chap kali ini pendek banget ya :"

Chap besok kayaknya bakal agak panjangan.

Kaisar : New LoveDove le storie prendono vita. Scoprilo ora