32. Jebakan

5.2K 654 34
                                    

Alistor memasuki sebuah rumah yang terlihat terbengkalai di tengah hutan, dia berjalan mengikuti ayahnya.

Alistor memperhatikan sekitarnya, ada beberapa penjaga di sana, Alistor diam-diam menghitung jumlah mereka.

Mereka lalu berjalan memasuki ruang bawah tanah yang ada di rumah itu. Alistor mengernyit mencium bau amis yang berasal dari salah satu ruangan.

Mereka lalu memasuki sebuah ruangan, yang terlihat seperti ruang tamu biasa.

"Nah kamu duduk dulu."

Alistor menurut dan duduk dengan tenang di sofa.

Tidak lama Adhitama datang kembali dengan sebuah camilan cookies, agak tidak cocok dengan sifatnya.

Adhitama duduk di sofa dengan Al, dia menyalakan rokoknya, "Hah~ Sayang sekali rencana penculikan Arvie harus gagal begitu saja."

"Penculikan Arvie?" Al pura-pura tidak tau soal penculikan Arvie.

"Iya. Boss menyuruh untuk menculik anak itu, dia ingin menggunakan anak itu sebagai alat untuk mengancam keluarga Ariendra." Adhitama menghembuskan asap rokoknya.

"Memangnya masalah boss ayah dengan Ariendra sebesar apasih?"

Adhitama memegang dagunya sedikit berpikir, "Masalahnya cukup besar. Beberapa waktu lalu boss mencuri beberapa senjata yang diproduksi oleh pabrik keluarga Ariendra, senjata-senjata itu model terbaru, jadi pasti menguntungkan jika dijual di pasar gelap, apalagi jika dijual ke negara yang sedang berkonflik. Dulu, boss sempat ingin membeli senjata itu dengan legal, tapi Cedric Ariendra yang tau kalau boss adalah seorang mafia, langsung menolak untuk menjual senjata itu."

Adhitama menghela napas berat, "Sekarang tindakan pencurian senjata itu sudah diketahui oleh keluarga Ariendra, dan 2 putra pewaris mereka sudah bergerak untuk menangkap boss."

Alistor terdiam, dia lalu tersenyum tipis sangattt tipis, "Oh ya? Apakah boss ayah itu ada di negara ini?"

Adhitama menggelengkan kepalanya, "Tidak. Dia sedang di Russia, dia bersembunyi di markasnya yang berada di perbatasan antara Russia-Mongolia. Karena itu dia bekerjasama dengan ayah, agar ayah mengurus keluarga Ariendra yang berada di sini."

Dapat!

"Apakah tugas ayah hanya menculik Arvie?"

"Tidak. Selain itu, ayah juga disuruh mengurus penjualan organ ilegal yang ada di sini. Oh! Penjualan narkoba juga!" Adhitama bercerita dengan penuh semangat, tidak menyadari bahwa Alistor sedang memancingnya.

Alistor menghela napas berat, "Hah, dia benar-benar seorang mafia ya~"

"Ya, karena itu akan menguntungkan bagi kita jika bekerjasama dengannya. Setelah tujuannya selesai, kita bisa lanjut balas dendam pada Kaisar yang sudah menyiksamu, juga pada Avalle yang sudah mengacaukan rencana kita dulu."

"Baiklah baiklah, aku juga akan membantu ayah." Alistor tersenyum, tapi Adhitama tidak menyadari kalau senyum itu adalah senyum yang mengancam.

Alistor lalu melanjutkan, "Karena menculik Arvie sudah gagal, lalu rencana ayah selanjutnya apa?"

"Hmmm... Ayah berencana untuk melakukan metode yang sama seperti pada Avalle dulu. Ayah akan mengirim orang untuk berpura-pura menjadi maid, lalu memberikan racun pada makanan dan minuman Arvie, dengan begitu Arvie akan mati perlahan."

"Kenapa pakai cara itu? Bukankah dulu saja metode itu gagal pada Avalle? Malahan kita yang kena."

Adhitama tertawa, "Kita gagal karena Avalle ternyata tidak sepolos itu, tapi Arviekan berbeda, dia benar-benar seperti bayi yang tidak tau apa-apa. Jadi kali ini pasti berhasil."

Kaisar : New LoveWhere stories live. Discover now