24. why?

2.6K 350 33
                                    

Jeritan ketakutan Haruto membuat Junghwan yang sedang ada didalam kamarnya langsung berlari tunggang langgang, padahal baru tadi malam pemuda manis itu bahagia karena keinginannya terpenuhi tapi pagi-pagi buta tangisan histerisnya memenuhi seisi rumah.

"Ada apa bi?"

Junghwan dengan wajah bantal dan baju kusut berdiri dengan tatapan linglung didepan pintu Haruto, ada maid yang sedang menunggu penuh kekhawatiran.

"Saya tidak tau tuan muda, tadi saat saya akan membersihkan kamar tuan muda Haruto dia tiba-tiba berteriak, saya sudah mencoba membukanya tapi sepertinya pintu di kunci dari dalam"

Jelas maid itu panjang lebar.

"Haruto biar saya yang urus, bibi beres-beres di kamar saya aja dulu"

Maid itu mengangguk, membungkuk hormat, sedangkan Junghwan mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu secara paksa.

"HARUTO!"

BRAK!

BRAK!

BRAK!

BRAK!

"RU!"

Nafas Junghwan terengah, bahunya sungguh sakit namun keadaan kamar Haruto yang kacau jauh dari rasa sakit Junghwan, kecemasan pemuda So itu semakin menjadi ketika tak menemukan sahabatnya. Toples bekas permainan semalam pecah dilantai, bola mata itu menggelinding hampir saja terinjak oleh Junghwan.

Huek!

Meskipun sudah melihatnya semalam tetap saja lambung Junghwan tidak bersahabat, rasanya asam lambung terus naik.

Huek!

"Ru-- huek, lo dimana?"

Terdengar suara tangisan samar dari dalam lemari, Junghwan menggeser pintu lemari baju, Haruto tampak menangis, meringkuk memeluk dirinya sendiri.

"Lo kenapa?"

Tapi Haruto tak menjawab, pemuda manis itu terus menangis bahkan sampai nafasnya tersendat, jari telunjuk Haruto dengan gemetar menunjuk kearah satu bola mata yang tak jauh dari mereka.

"T-takut hiks... darah..."

Haruto segera memeluk Junghwan, begitu erat sampai tak ingin terlepas, Junghwan yang masih bingung memutuskan untuk menggendong tubuh Haruto, membawa tubuh Haruto keluar dari dalam kamar.

Pemuda So itu mendudukkan Haruto di kursi ruang televisi.

"Lo tenang, okay?"

Junghwan menggenggam tangan sahabatnya yang masih bergetar ketakutan, netra Haruto tampak menatap sekitar dengan tatapan waspada, tangisan pemuda itu belum juga reda meski tak sekencang tadi namun tetap saja dada Junghwan ikut sesak karena mendengarnya.

"Coba bilang pelan-pelan, lo kenapa Ru? Jangan buat gue khawatir, ingat apa kata dokter kalau lo gak boleh banyak pikiran, kasihan tubuh sama calon anak lo"

Tangan Junghwan terulur mengusap dada sahabatnya, memberikan ketenangan, sedangkan itu Haruto masih berusaha menetralkan nafasnya.

"K-kenapa ada b-bola mata di kamar gue?" Ucap Haruto dengan nafas tersendat,

"Loh, kan semalam lo yang minta sama Junkyu, lo gak inget?"

Junghwan menyampirkan helaian rambut Haruto yang menutupi mata pemuda manis itu

"Lo yang bilang sendiri kalau lo mau bunuh manusia, lo mau koleksi bola mata"

"Enggak pernah hiks...gue gak mau, t-takut Ju"

Trapped In Bad Guy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang