Bab 3

10.7K 258 7
                                    


Takdir adalah hal yang harus di Terima kehadirannya, sekalipun menyakitkan, karena itu adalah hal terbaik dari Tuhan.

~HumairaAl-mardiyah


Matahari berganti menjadi bulan, langit berubah menjadi hitam dengan cahaya bulan serta para manusia maupun hewan yang sudah mengakhiri aktivitasnya, dan beristirahat di rumah masing-masing.

Humaira mengelus tubuhnya yang terasa sangat dingin karena di terpa angin, walaupun sudah memakai kardigan tapi tubuhnya tetap kedinginan.

Tepat jam delapan malam humaira dan aulia telah sampai di tempat tujuan mereka Yaitu Puncak, Setelah pulang sekolah mereka langsung pergi berlibur ke puncak untuk healing karena besok adalah hari libur.

Humaira dan aulia pergi berlibur ke puncak berdua, itu pun sangat susah mendapatkan ijin dari umma dan abi karena mendadak, Namun setelah nya mereka mengijinkan humaira Dengan syarat tidak boleh lebih dari tiga hari.

Ntah kenapa tiba-tiba saja aulia mengajak dirinya pergi ke puncak, jika di tolak aulia akan marah. Tapi di sisi lain ia rasa feeling nya mengatakan jangan ke tempat ini Tapi ia menepis nya karena tak mau membuat sahabat nya ini kecewa.

Mereka berdecak kagum saat memasuki hotel tersebut, hotel ini terlihat sangat rapi dan tenang meja dan hiasan nya tertata dengan sempurna serta ada tempat untuk bernyanyi juga.

"Aul kok berisik banget? Mana dangdutan lagi Gak ada sholawat sama pengajian apa?" tanya humaira polos, lalu Aulia pun menoyor kening sahabatnya itu.

"Yaelah humaira kalo mau pengajian mah di masjid aja ngapain di hotel." ucap Aulia, memutar bola matanya malas, dan menggelengkan kepalanya. Sebenernya sahabatnya ini tolol apa goblok?

"Tapi telinga aku sakit denger nya Mana suaranya kayak kucing kejepit lagi Gak ada enak-enaknya." ringis humaira, dengan menutup telinganya menggunakan kedua tangannya.

"Bwahaha, ngadi-ngadi lo, yaudah lah pergi yok." ucap nya sambil tak kuasa menahan tawa, dan merangkul humaira untuk pergi dari tempat itu.

Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya mereka pun sampai di kamar pesanan mereka. Aulia langsung merebahkan dirinya dikasur sementara humaira membereskan barang- barang nya, Setelah itu ia pergi mandi.

Aulia kagum dengan wajah cantik humaira sahabat ini, kulitnya yang putih bersih Hidung mancung, halis tebal Bibir nya yang sedikit sexy sungguh perpaduan sempurna, Kadang ia iri sekali dengan sahabatnya ini Sudah otak pintar wajahnya pun cantik.

Sedangkan dirinya? Kulit nya tak seputih humaira. Ia memang cantik tapi dari segi apapun tetaplah humaira pemenangnya.

"Humaira yok jalan- jalan kita jajan, gue denger seblak di daerah sini enak loh!" ucap aulia humaira nampak berfikir kemudian ia mengangguk pelan.

"Ayok Tapi tungguin aku mau di baju dulu." ucapnya, aulia hanya mengangguk sambil merebahkan dirinya di kasur, dengan memainkan handphone nya itu.

"" 🌹""

Brumm..

Brumm..

Seorang laki-laki memacu motornya dengan kecepatan diatas rata-rata,
saat bendera putih di angkat ke udara, segera ia memacu motornya
meninggalkan lawannya tertinggal di belakang.

Teriakan ricuh para pemuda di sana menyemangati dirinya, menjadi kesenangan tersendiri bagi laki-laki itu. Ia terus melajukan motornya sampai akhirnya ia menjadi orang pertama yang sampai di garis finish.

"Bayi Sang Ketua Geng Motor" (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang