Bab 20

6.5K 140 1
                                    

Humaira melangkahkan kakinya, masuk kedalam rumah terlihat di sana ada mahen yang sedang duduk di sofa dengan menonton TV, dan beberapa camilan yang menemaninya.

Kemudian pandangannya, beralih menatap humaira yang baru saja pulang, ia sedikit terlambat karena taksi yang ia pesan mogok di jalan.

Alhasil dirinya harus pulang dengan berjalan kaki. Jika dirinya tahu begini mendingan tadi diantar aja pulang naik mobil oleh rehan.

"Assalamu'alaikum.. " ucap humaira, berjalan melangkahkan kakinya menuju mahen, lalu mencium punggung tangan suaminya itu.

"Ish kak jawab dong itu wajib loh.. " ucap humaira, namun mahen tak mendengar ia malah memeluk tubuh humaira lalu mendudukkan dirinya di pangkuan mahen.

Humaira tertegun dengan kelakuan suaminya ini, kenapa dia tidak seperti biasanya ia seperti ini sangat aneh sekali. Sedetik kemudian mahen malah mendorong dirinya dengan kasar dan sedikit menjauh darinya.

"Gue udah nunggu lo dari tadi kenapa baru pulang hmm?.. " suara berat nan serak itu, membuat humaira bergidik ngeri apalagi tatapan tajam nya itu, serasa ingin kabur saja.

"Anu itu kak.. " ucap humaira kebingungan.

"Sstt gue tau lo pulang bareng si ketos itu dan ibunya kan?.. " ucap mahen dengan menyilang kan tangan di dadanya.

"I-ya maafin humaira kak jangan marah.. " ucap nya seraya menunduk.

Mahen mengacak jilbab humaira lembut sembari tersenyum.

"Gue gak marah lain kali lo hubungin gue dulu.. Yaudah sekarang cepetan lo mandi terus nanti makan gue mau masak dulu.. " ucap nya berlalu pergi meninggalkan humaira yang mematung di tempat.

Pipinya memerah astaga malu sekali. Kemudian humaira pun berlari menuju kamar.


                                           🐰



Kini humaira sudah beres mandi, sekarang dirinya sedang rebahan di atas kasur sambil membaca novel, dan menunggu masakan mahen matang. Ia kira jika menikah dengan mahen dirinya akan hidup menderita, karena sikap mahen itu.

Ternyata dirinya salah, selama ini mahen sangat baik padanya, semua kebutuhan dirinya selalu terpenuhi dan selalu di siapkan oleh mahen, namun sayangnya, hubungan mahen dan dirinya tak ada perkembangan selama mereka menikah.

Drtt..

Drtt..

Ponsel mahen berbunyi, tanda panggilan masuk, humaira pun beralih menatap ponsel itu, terlihat di sana ada nama 'kanya honey' kemudian ia mengangkat telpon tersebut.

"Halo devan? Kamu dimana? .. "

"Devan?! Jawab.. "

"Maaf tapi in_" ucapan humaira terpotong karena mahen dengan cepat mengambil alih handphone tersebut, humaira menundukkan kepala nya. Mehen mengisayaratkan dirinya untuk keluar dengan dengan kedua matanya, kemudian humaira pergi dari kamar tersebut menuju meja makan.

Ia pun duduk di salah satu kursi yang berada di sana, terlihat banyak makanan yang terhidang di meja makan tersebut, Humaira pun mengambilnya dan makan sendiri.

Tak berselang lama, terlihat mahen yang baru keluar dari kamar ia nampak sudah rapih dengan tergesa-gesa, pergi meninggalkan dirinya sendiri di rumah tanpa berpamitan terlebih dahulu.

Humaira menghela nafas kasar, ia menjadi tidak nafsu untuk makan, sebenarnya ada kaitan apa suaminya ini dengan devan, dan kanya. Kedua nama itu seperti nya sudah tidak asing lagi di telinganya. Ntahlah, kepala nya selalu berdenyut sakit jika mengingat nama itu.

"Bayi Sang Ketua Geng Motor" (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang