Bab 33

4.7K 118 3
                                    

Aloo apa kabar? Maaf ya
Up nya selalu telat kouta
Nya tuh🗿🍒.

Mahen memarkirkan motornya, lalu ia masuk kedalam bangunan yang berdiri kokoh, walau sedikit terlihat tak terurus dengan cat berwarna biru laut, dengan hitam. Markas tiger adalah tujuan nya saat ini.

Ia melangkahkan kakinya masuk, terlihat disana ada teman-temannya yang tengah asik mengobrol, namun mereka berhenti saat melihat ketuanya berjalan ke arah mereka, dengan wajah marah.

Mahen mendudukkan tubuhnya di dekat Gilang, lalu memijit pelipis nya yang terasa berdenyut nyeri. Menyadari ketuanya yang terlihat kebingungan, mereka pun saling lempar pandangan, seolah bertanya.

"Lo kenapa hen? Ada masalah coba cerita ke gue?.. " ucap Gilang, mahen hanya melirik nya sekilas dan memijat lagi pelipisnya itu, mana mungkin dirinya bercerita tentang humaira? Bisa-bisa mereka membocorkan nya.

Mahen menghela nafasnya. Lalu menggeleng pelan, membuat semua orang di sana berdecak pelan.

"Mau gue buatin minum bos?.. " ucap Bima, kemudian ia mengangguk, tanda setuju. Lalu Bima pergi ke dapur untuk membuatkan minuman untuk bosnya ini.

Kini hanya tersisa dua orang di ruangan tersebut, karena sebagian anggota inti geng tiger ada yang sudah pulang. Hanya menyisakan Bima, dan gilang.

"Ekhem.. Lo habis berantem ya sama istri lo?.." ucap Gilang, sontak mahen langsung melirik ke arahnya, ia nampak terkejut. Seingatnya tak ada satu pun orang yang mengetahui pernikahan dirinya dengan humaira, kecuali geng Atlas, itu pun tak semua.

"Maksud lo?.. "

"Gue tau kok... Lo udah nikah sama adik kelas kita.. Namanya humaira kan?.. " ucap Gilang, mahen mengangguk lesu, ada rasa yang sulit di ucapkan dengan kata-kata, dan ia pun merasa khawatir jika ada yang mengetahui pernikahannya ini.

Walaupun cepat atau lambat semua orang pasti mengetahuinya, Entahlah.

"Lo tau dari mana?.. " ucap mahen, kemudian Gilang mulai bercerita, bahwa waktu itu dirinya datang ke rumah mahen untuk membicarakan sesuatu, dan ia melihat seolah perempuan bercadar yang sedang bersama dengan mahen.

"Mumpung gue ada sekarang lo mau ngomong apa?.. "

"Tentang seorang perempuan yang membakar markas kita, dan membunuh devan.. Dia salah satu anggota geng Atlas dan menjabat sebagai ketua.." ucap Gilang, mahen mengerutkan halisnya, jadi menurut nya ketua Atlas itu ada dua? Mana mungkin, setahunya, hanya husein ketua Atlas.

"Lo tau namanya?.. " ucap mahen, Gilang hanya menggeleng pelan.

"Boro-boro.Ahh semua tentang dia gak ada satu pun informasi,Kayaknya mereka sengaja nyembunyiin itu semua. " ucap Gilang.

Lalu datang lah Bima, dengan nampan dua gelas minuman di tangannya.

"Nih bos tehnya." ucap Bima. Menyodorkan gelas berisi teh hangat itu.

"Mana punya gue?. " ucap Gilang.

"Bikin sendiri ege! Punya tangan juga jangan manja!. " ucap bisa, membuat Gilang menatap tajam ke arahnya, lalu laki-laki itu bangkit dan bergegas pergi.

"Mau kemana lo? " tanya Bima.

"Pulang lah.. Gak liat sekarang mendung. " ucap Gilang, menghilang di balik pintu.

"Lo juga mendingan pulang bim.. Bentar lagi hujan. "

"Lo gimana bos? Di sini sendiri gak papa?."

Mahen hanya mengangguk lalu menyandarkan tubuhnya di sofa, dan memejamkan matanya. Bima pun pulang dengan mengendarai motornya.


🍒




Humaira berjalan mondar-mandir, bergerak ke sembarang arah, dengan menggigit kukunya. Ia merasa khawatir dengan mahen, sudah dua jam kepergian laki-laki itu. Namun tak ada tanda- tanda dirinya kembali.

"Astagfirullah kak mahen kemana sih! Udah dua jam ya allah lindungi lah suami hamba.. " ucap humaira, karena sudah beberapa kali ia menelpon suaminya, namun tidak ada jawaban.

"Ya allah lindungilah kak mahen!.. " ucap humaira, mulai menitikkan air matanya. Dengan menatap langit malam, di kaca kamarnya.terlihat grimis hujan mulai turun mengenai tanah.

"Kak maafin humaira pless pulang.. " gumam humaira.


🍒


Mahen terbangun dari tidurnya, saat ada notif dari handphone nya itu. Ia mengucek matanya melirik ke arah jam, sudah pukul sebelas lebih tapi dirinya belum juga pulang.

Dan diluar terlihat hujan deras, bagaimana dirinya pulang? Pasti humaira saat ini sedang cemas, karena dirinya tidak pulang.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya hujan sedikit reda. Buru-buru mahen pergi meninggalkan tempat itu, menuju rumahnya. Karena ia merasa tubuhnya, sudah sangat lemas dan pusing.

Mahen menepi sebentar, di pinggir jalan untuk membeli sesuatu.

Akhirnya dirinya sampai di rumah, mahen membuka helmnya, lalu memasukkan motornya itu ke dalam bagasi.

Tok..

Mahen mengetuk pintu, lalu pintu itu terbuka menampilkan humaira, dengan raut wajah khawatir nya. Tanpa aba-aba dia langsung memeluk tubuh tegak suaminya itu.

"Hikss.. Kak maafin humaira.. " ucap humaira dengan isakan kecil.

"Gue udah maafin lo.. Udah jan nangis.. Liat gue bawa apa.. " ucapnya.

Mahen mengusap lembut kepala humaira. Lalu mereka pun masuk ke dalam rumah. Mahen menyodorkan satu kresek untuk humaira, lalu humaira membuka nya. Itu adalah baso!.

Humaira langsung memeluk kembali mahen, dan mahen pun membalas pelukan nya.

"Makasih kak.. Aku makan dulu ya soalnya udah ngiler.. Oh iya.. Kakak pasti belum makan kan?.. Yuk makan dulu.. " ucap humaira.

"Emm gak deh.. Lo makan aja sendiri gue ngantuk.. "Ucap mahen, dengan membaringkan badannya di kasur.


🫐


Setelah makan humaira langsung membereskan piringnya, lalu dia masuk kedalam kamarnya.

Lalu dirinya duduk di samping mahen, yang pulas tertidur. Ia mencium pipi mahen, panas! Lalu humaira menempelkan telapak tangannya di kening mahen. Dan rasanya panas. Apa mungkin suaminya ini demam.

" ya allah panas banget.. "Ucap humaira, lalu dirinya mengambil air panas untuk mengompres mahen.

"Bang gue akan temuin orang yang bunuh lo.. Dan bunuh dia.. Maaf bang.. Yang tenang disana.." gumam mahen, humaira diam mendengarkan ocehan yang terucap di mulut suaminya itu.

"Bang Devan.. " lirihnya.

"D-evan??.. " ucap humaira terbata. Dengan mata terbelalak.








~Sekian Terima takdir..🍒💆‍♀️

"Bayi Sang Ketua Geng Motor" (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang